Feodalisme Londo Ireng
Feodalisme Londo Ireng
Bukhori at Tunisi
(Alumni YTP, Kertosono)
Ada sekolah yang didirikan atas inspirasi Nyai Dahlan
TK ABA namanya
Bersemai hingga pelosok penjuru negeri
Di sudut-sudut ruang hati rakyat Indonesia bahkan Mondial
Ruhnya untuk mencerdaskan bangsa
Agar tak ditindas dan dijajah terus oleh Londo atas nama kolonialisme
Sejelek-jelek kolonial Londo masih bantu Persyarikatan yang didirikan Yai Dahlan, tentu di dalamnya ada TK Aisyiyah.
Banyak yang mencibir, kok menerima, bantuan Londo?
Loooo, air, tanah, udara, dan se isinya, itu kan milik bangsa sendiri.
Malah Londo iku seng garong bin nyolong kekayaan bangsa.
Seng nyinyir, karena gak ngerti, iku duit-duite dewe, bangsa Indonesia.
Kalau itu haknya sendiri yang dianeksasi Londo
Zaman wes merdeka, 70 tahun lebih. Di tahun 2020, masih ada fikiran yang lebih sadis dibandingkan dengan kolonial Walondo.
TK ABA bukan aset "Negoro".
Aduh, punya "mukhkhun" tapi " laa ya'qilun"
Punya "Udzunun",
Tapi "laa yasma'un"
Punya "qalbun"
Tapi "laa yahissun"
"Ulaika kal an'am"
"Laa ya'qiluna syai'an wa laa yahtadun"
Memang TK ABA iku aset Negoro Amerika, Chino, atau Negoro liyane?
Sehingga nanti dicoret dari data Negoro Anoman?
Masjid, Madrasah Tsanawiyah, Musholla, majelis TA'LIM, dst., Itu bukan aset Negoro?
Looo, kok guru TPA, guru ttt, digaji dari duit yang sama?
Apa ya lembaga itu, atas nama Negoro? Kok digrojok karo duit Negoro, padahal "bukan aset" Negoro.
Atau orang MD, Aisyiyah, dan ortom-ortomnya, bukan aset Negoro?
Terus bebas bayar pajak, iuran, santunan, dst, dari Negoro?
Terus duit seng dikuasai Feodalis zaman Corona iku diute mbahe? Lain duit APBN? Sehingga dikelola seenak NAFSU sendiri?
Londo yang kolonial, penjajah, masih ngasih. Padahal mereka tahu, itu sama dengan ngasih makan "anak singa", yang akan membuat Londo lari terbirit-birit meninggalkan Indonesia.
Lah ini, zaman sudah merdeka, fikirannya masih belum keluar dari zaman "Batu".
Fikiran, Minna wa minhum masih menganga.
Adi Gung, Adi Guna,
Sopo siro, sopo ingsun? Masih dipakai?
Fikiran diskriminasi masih dipakai
Pola pikir zhalim masih terpatri
Bukan fikiran keadilan, pemerataan, mensejahterakan, maju bersama, dst.
Malah dianggap musuh, yang harus dibunuh dan dimusnahkan?
Londo putih nyingkrih
Londo Ireng menteleng
Wedi gak warek lan gak uman
Wedi nek bangsane dewe maju, cerdas, berwawasan luas dan agamis
Sering berkata pakai ayat, sabda Nabi, perkataan bijak para ulama', kiyai, para sufi
Tapi itu baju gamis saja
Aksesoris
Isinya: DISKRIMINATIF
Tak tahu, karena hati tertutup nafsu Iblis
Ada Dewan Rakyat
Tapi cingur dikelu
kepala ditarik tali Lasso dari belakang
Dikasih makan
Tapi sering dipecut
dan disuruh bajak
Bahkan Nyruduk bolo dewe
Tapi Ra rumongso
Mengapa?
Yang penting aku mangan suket, wareg, turu angker karo ngiler
Anak lemu
Nek didol payu
Gak ngurus konco
Gak ngurus liyane
Seng penting:
AKU MENANG
PERSETAN ORANG SUSAH
KARENA aku
Yang penting Asyik
Sekali lagi asyek
Namaku Bento
Rumah real estate
Mobilku banyak
Harta berlimpah
...
Londo boleh pergi
Tapi fikiran diskriminatif, pembodohan, ketidakadilan, kezaliman, masih diwariskan kepada Londo Ireng.
Krosone bener
Sebab gak mudeng
Gak mudeng
Wong waktu sekolah sering ngerpek, takok konco, diterangno ngantuk, ngomong dewe karo koncone, guyon gak ruh lor kidule
Saat jadi penguasa
Yo sak karepe dewe
Sak enake wetenge dewe
Gak seperti karepe Pengeran lan Rasule
Adil, beradab, dan Rahmat untuk semua.
Bukan Rahmat untuk kita
Qiyamat bagi lainnya
Ngono iku krosone bener
Mergo nafsu pingin Kuoso
Liyane gudu kalah, mati, dang Bubrah
Gak ada rasa ingin maju bersama, sejahtera bersama, bahagia bersama.
Orang zaman gini
Masih bahagia kalau menzalimi orang
Zaman gini masih bahagia kalau bertindak curang
Zaman gini
Merasa benar, kalau berbuat ketidakadilan
Mau dibawa ke mana bangsa ini?
Baru jadi gini
Sudah merasa jadi penguasa negeri
Kaya Fir'aun
Berbuat semaunya
Walau menginjak yang lain, bahkan lebih dari itu.
Ada tukang doa
Menengadahkan tangan meminta
Tahunya menghadap Qiblat
ditipu iblis
Tak tahu
Karena tak nampak
Komentar
Posting Komentar