Puisi Bersambut
Puisi Bersambut
Dahnil Anzar Simanjuntak
(Ketua PP Pemuda Muhammadiyah)
Zainul Muttaqin Sa'i
(Alumni PonPes YTP Kertosono dan Pemuda Ranting Muhammadiyah Sedayulawas).
Bulan Maret 2018 musim hujan tgl 23 malam sabtu. Desa Sedayulawas-Brondong-Lamongan dibuat berhujan ilmu yang lebat sekali dengan kehadiran Bung Dahnil Anzar Simanjuntak selaku Ketum PP Pemuda Muhammadiyah. Dalam rangka Pengajian Akbar Kepemudaan yang diadakan PRPM Sedayulawas yang diketuai Muhammad Kholis, S.Pd agenda tahunnanya. Malam itu suasananya luar biasa, saling isi mengisi bagaimana peran pemuda memikir lingkungan dan bangsa, hari ini dan kedepan. Singkatnya yang menjadi bintang malam itu Bung DAHNIL dan Bung MUTTAQIN sosok pemuda Penyair weton YTP juga pemuda ranting Sedayulawas devisi SBO.
Bung Dahnil menjabarkan panjang lebar tentang pemuda, Bung Muttaqin mencambuk lewat puisi. Hingga Bung Dahnil membalas puisi juga. Akhir sari forum malam itu " Puisi Bernyanyi yang Bersejarah " di-Bumi Sedayulawas.
Puisi Bung Muttaqin berjudul : ' INI SALAH SIAPA '
Negaraku Indonesia 1945 merdeka tanda berjaya dikenang.
Tetapi aku masih bingung kurang percaya tuk senang.
Gara-gara tikus-tikus berdasi masih tak henti berteater riang.
Mereka berbaju oranye senyum-senyum bagai artis cantik terpandang.
Tikus Jumbo,Tikus Mungil sama saja berkeliaran menggondol Bankker Duit terang benderang.
Menular Bumiku Pantura warisan nenek moyang hampir hilang.
Padahal pinta leluhur buat kemakmuran sepanjang zaman selalu girang.
Sawah ladang nan tanah pinggir laut tidak ditukar dengan gudang-gudang.
Harapan Nenek moyang panen melimpah serta kaya raya alam laut dikelola sendiri buat jutaan orang-orang.
Bumi Pantura warisan nenek moyang kami serta Bumi Indonesia yang hilang?.
Dari misimu Pasukan Investor Kapitalis Rakyat kau syihir dengan duit menjadi malang.
Penyangga Indonesia kau tidurkan, banyak kekayaan alam serta tanah-tanah dilelang!.
Ditambah Koruptornya dalam negeri masih bertualang.
Bagaimana nasib kami Pemuda anak bangsa akan datang.
Contoh kecil Asu gedhe menang garangnge, menang duitnya mudah mengganyang.
Area industri terbanyak senang sesaat, luka berat tak terbilang.
Karena pro Penjajahan Kapitalis ekonomi, Rakyat sendiri peduli kurang.
Negri Asing tidur nyenyak bantal ' DUIT ' pulang.
Semuanya imbas dari pada manusia rakus uang bergelimang.
Dan Rakyat kecil bisanya hanya menangis darah, hidup sengsara malang melintang!!!.
Puisi Bung DAHNIL :
Embun pagi tanda langit cerah.
Pemburu ridha Allah tak pernah kalah.
Karena kalah milik Mereka yang takut dan menyerah.
Salam wahai para pemuda pelukis sejarah.
Jangan biarkan masa depanmu dirampok para penjarah.
Maling besar bermodal silat lidah.
Ketika keberanian adalah barang mewah.
Hai, laki-laki subuh pengukir sejarah, akan datang bantuan dari Allah.
Bantuan yang kau sendiri tak tahu datang dari berbagai arah.
Musa tak pernah menyerah.
Menghadapi Firaun berkuasa lagi gagah.
Ingin rasanya dia menyerah. Tapi, tauhidnya mencegah.
Bagi para pemburu ridha Allah.
Hidup tergelar bak sajadah.
Mencari makna tiap ibadah.
Bersimpuh tengah malam pengobat gelisah.
Bandit bersekongkol penuh gelisah.
Namun, hai bandit sehebat Apa pun rekayasa kalian, Kebenaran tak akan pernah kalah.
Bagi laki-laki subuh pengukir sejarah. Takut hanya kepada Allah.
Aku mau bersamamu, memeluk mesra nurani yang mewah.
Wahai, laki-laki subuh pengukir sejarah.
Camkan, mereka yang bertauhid tak pernah kalah. mbun pagi tanda langit cerah.
Pemburu ridha Allah tak pernah kalah.
Karena kalah milik Mereka yang takut dan menyerah.
Salam wahai para pemuda pelukis sejarah.
Jangan biarkan masa depanmu dirampok para penjarah.
Maling besar bermodal silat lidah.
Ketika keberanian adalah barang mewah.
Hai, laki-laki subuh pengukir sejarah, akan datang bantuan dari Allah.
Bantuan yang kau sendiri tak tahu datang dari berbagai arah.
Musa tak pernah menyerah.
Menghadapi Firaun berkuasa lagi gagah.
Ingin rasanya dia menyerah. Tapi, tauhidnya mencegah.
Bagi para pemburu ridha Allah.
Hidup tergelar bak sajadah.
Mencari makna tiap ibadah.
Bersimpuh tengah malam pengobat gelisah.
Bandit bersekongkol penuh gelisah.
Namun, hai bandit sehebat Apa pun rekayasa kalian, Kebenaran tak akan pernah kalah.
Bagi laki-laki subuh pengukir sejarah. Takut hanya kepada Allah.
Aku mau bersamamu, memeluk mesra nurani yang mewah.
Wahai, laki-laki subuh pengukir sejarah.
Camkan, mereka yang bertauhid tak pernah kalah.
Komentar
Posting Komentar