A Tribute to: Pa' Dudur

A Tribute to: Pa' Dudur

Kayla Untara
(Budayawan Muhammadiyah Kalsel) 

Abdurrahman. Lebih dikenal dengan panggilan Pa Dudur, Paman Dudur, atau Amang Dudur oleh rekan atau orang yang sempat mengenal beliau. Sosok Pa Dudur ini mudah dikenali. Tinggi dan tegap. Bagi warga desa Cabai dan sekitarnya sosok Pa Dudur ini sudah tentu jua familiar. Profesi utama beliau sebagai penjual sayur dan ikan keliling jadi sebabnya. Bunyi klakson motor yang hampir sepanjang jalan ia nyalakan sebagai kode bahwa beliau berjualan sudah menjadi irama yang khas bagi warga. 

Sebelum beliau menikah untuk kali kedua, Pa Dudur adalah seorang Duda yang jika tak khilaf menjalani ke-duda-annya 2 tahun atau lebih. Dari mendiang istri pertama, beliau memiliki 2 (dua) orang putri. Si sulung saat ini sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Islam Swasta dengan dukungan beasiswa Lazismu HST dan si bungsu tahun ini baru saja melanjutkan ke jenjang kelas 8 Tsanawiyah. Tidak mudah menjalani profesi sebagai orangtua tunggal bagi dua orang putri yang sudah menginjak remaja. Lebih sulit lagi jika bicara mesti mencari ibu sambung bagi keduanya. Sebagai seorang lelaki, sudah wajar tentunya memiliki pendamping (istri), namun sebagimana kebanyakan lelaki duda sekaligus beranak dua, ada problematika tersendiri yang mesti dihadapi. 

Banyak pertimbangan dan mesti kuat perhitungan untuk menyikapi persoalan itu. Bagi calon istri baru, tentu tak mudah jika mesti berhadapan dengan kenyataan akan “maingu” dua putri remaja. Bagi anak, remaja, putri apalagi, tentu pula agak sulit menerima kehadiran “oranglain” dalam kehidupan mereka. Sudah jelas akan timbul perasaan bahwa perhatian dan kasih sayang bapaknya akan terbagi dengan orang lain. Akan muncul penilaian bahwa bapaknya ‘diambil’ oleh seorang perempuan lain. Cemburu. Namun itu hal kodrati bagi semua anak yang berada dalam posisi yang sama. 

Jika tak salah, Agustus tahun 2020 kami mengantar beliau untuk menikah kali yang kedua. Sebagi kader Pemuda Muhammadiyah, dengan bangganya beliau saat menikah hari itu memakai Jas persyarikatan menghadap penghulu. Memang, Pa Dudur ini merupakan kader militan persyarikatan. Dedikasi dan loyalitas beliau terhadap organisasi sangat patut dibanggakan. Hampir setiap kegiatan organisasi beliau ikuti. Beberapa kali menjadi utusan untuk mengikuti beragam pelatihan dan pertemuan. Tatkala tergabung dalam tim MDMC HST, kiprah dan dedikasi sebagai seorang relawan dengan semangat ia geluti. Selama menangani kebencanaan, beliaulah salah satu relawan yang paling ringan tangan dan aktif mengikuti program-program penanganan kebencanaan. Yang paling utama adalah, andil beliau dalam mensukseskan program dakwah para Mubaligh dalam menyusun strategi pembinaan di desa-desa lereng Meratus. Pa Dudurlah ujung tombak dakwah. Dari beliaulah segala persoalan sosial warga binaan bisa kami ketahui dan menjadi bahan untuk menyusun strategi dakwah.

Kini, Pa Dudur telah mendahului. Siapapun yang pernah mengenal dekat dengan beliau pasti akan memiliki kesan dan perasaan yang sama. Bahwa beliau adalah orang yang memiliki kebersahajaan dan semangat yang luarbiasa demi dakwah dan organisasi. Semua itu terbukti dengan kerelaan beliau untuk mengenyampingkan profesi utama sebagai mata pencaharian demi menyukseskan kegiatan-kegiatan persyarikatan. Kepergian Pa Dudur meninggalkan seorang istri dan 2 (dua) putri (dari istri pertama) yang kini berstatus Yatim Piatu. 

Kami, PD.Pemuda Muhammadiyah HST, Januari lalu telah kehilangan orang terbaik kami, alm. Didi Rusadi. Pasca meninggalnya Didi, sedikit terasa agak timpang kami rasakan jalannya organisasi. Kurang labih enam bulan setelahnya, sabtu kemaren (10/07), kami kehilangan orang terbaik kedua pula. Tentu saja peristiwa ini akan menambah ketimpangan jalannya pergerakan. Namun pelangi acapkali muncul setelah hujan reda. Dakwah dan giat sosial kemanusiaan akan terus kami lanjutkan. Meski waktu terus berpacu dan kami semua pun barangkali akan menyusul mereka satu persatu, tetapi semangat untuk menebar kebaikan dan risalah kenabian adalah tugas yang harus dilakukan. 

Selamat jalan Pa dudur jua Didi. InsyaAllah Pian berdua mendapatkan tempat terbaik di sisiNya. Banyak rencana pernah kita diskusikan, namun rencana terbaik tetaplah milikNya. Do’a selalu kami haturkan. Semoga Allah membalas segala amal ibadah pian berdua dengan rahmat yang tak berbatas. InsyaAllah, kami pun akan pergi pula yang entah bila. 

Allahumaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu

(HST, 13/07/21)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi