Ning Akar

Ning Akar

Kayla Untara
(Budayawan Muhammadiyah Kalsel) 

Ning Akar, wanita tua ini sering disebut. Nining Sambi  dikenal oleh warga Cabai dan sekitarnya. Konon katanya, usia Sang Nenek ini sudah mencapai 110an tahun lebih. Sulit memang dipercaya, tetapi bukankah memang ada orang yang berusia panjang hingga 100 tahun lebih di dunia. Persentasinya sedikit , memang. Biasa di negara Cina atau Jepang banyak orangtua yang panjang usia. Jarang memang, tapi ada. 

Panggilan Ning Akar bukan tanpa alasan. Si Nenek yang murah senyum ini memang sering menjual akar-akaran yang beliau dapat (entah di mana) lantas ia jual di pasar Hantakan. Sebagai obat herbal tentu saja. Yang luar biasanya adalah rutinitas itu ia lakukan dengan hanya jalan kaki. Ya, bajalan batis wara! Serius. 

Bagi yang pernah ke gubuk beliau, tentu akan paham sejauh apa jarak yang harus ditempuh jika hendak menuju ke pasar Hantakan. Pakai motor atau mobil saja akan memakan waktu 20 sampai 30 menit dengan kecepatan normal baru sampai. Jalan kaki? Perkirakan sendiri saja. Jangan bayangkan jalan di tanah mendatar. Berbukit pula. 

Dengan semua rutinitas yang bisa sahaja bagi ulun yang baru berumur di awal dua puluhan ini (serius) terasa melelahkan, tetapi bagi Ning Akar dengan santainya tetap ia lakukan. Mengenyampingkan tubuh renta dan bilangan usianya. Kaki tuanya masih kuat menapak aspal yang sebgaiannya terjal dan berbatu. Ditambah kebiasaannya berjalan tanpa alas kaki, tentu saja kekuatan itu terukir abadi di telapak kakinya. 

Kebiasaan Ning Akar tiap bersua dengan orang di jalan, selalu berbicara panjang lebar yang separuhnya barangkali agak terkesan mahayabang,  separuh sisanya soal keinginan beliau ingin beli gulaan sebagai kode keras untuk kita bersedekah padanya. Lipatan kerutan di kulitnya seakan memetakan keras dan lamanya jalan kehidupan yang telah ia lalui. Meski begitu, tidak nampak sedikitpun wajahnya menyiratkan kepedihan. Sebaliknya, kesan yang muncul adalah betapa ia bahagia di usia rentanya. Seakan tanpa beban pikiran. Tidak pusing memikirkan soal kebijakan (?) PPKMnya pemerintah apalah lagi soal sapi politik yang membuat mauk kawan-kawan beberapa hari lalu. 

Ketegaran dan kebersahajaan Ning Akar mencambuk siapapun yang masih terlena dengan perasaan beratnya menghadapi kehidupan. Ning Akar yang barangkali tak mengenal penciptanya, merupakan potret dari betapa mudahnya menjalani kehidupan jika selalu diiringi dengan optimisme dan rasa syukur. Bahagia dengan keadaan. Menikmati setiap goresan di garis hidup dan kehidupan.

(HST, 25/07/21)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi