Pandiran Warung; Caramin

Pandiran Warung; Caramin

Kayla Untara
(Budayawan Muhammadiyah Kalsel)

"Untuk apa cermin diciptakan?"

Barangkali pertanyaan itu akan memiliki jawaban yang beragam. Jelas, akan ada lebih dari satu jawaban. Namun, tatkala kita sikit rubah diksi dari pertanyaan itu dari "apa" menjadi "siapa". Maka jawabannya hanya satu; Perempuan. Wanita. 

Ya. Memang cermin hakikatnya diciptakan atau ada oleh sebab karena adanya wanita. Karena perempuan. Marga ada babinian. Bagi lelaki, cuma hiburan dan ala kadarnya saja. Sebagiannya sekadar buat alat. Tapi sebaliknya, bagi 'mereka', itu barang 'sakral' yang wajib ada. Cek sahaja, di kamar mesti ada cermin. Di dapur mesti ada cermin. Di dalam tas atau dompet mesti ada cermin. Bahkan adanya front camera di telepon bimbit juga karena alasan yang sama. Buat memuaskan hasrat perempuan. Bagi lelaki yang senang selfie, ya, nilai sendiri sajalah. 

Barangkali memang jadi fitrahnya, tiap wanita ingin terlihat cantik parasnya. Tak serta merta bisa disalahkan memang, toh para lelaki juga mendukung soal ini. Bukankah tumbuhnya cinta para lelaki didahului dari ia memandang paras mukanya. Elok tubuhnya. Tidak dengan mereka (wanita), mereka cenderung jatuh cinta pada lelaki disebabkan dari rasa nyamannya. Artinya, jangan heran misal lelaki bertampang preman macam ulun bisa memiliki istri jelita seperti sekarang. Itu cuma keberuntungan dari memanfaatkan fitrah perempuan. Rasa nyaman. Seandainya mereka mencintai lelaki pakai otak dan logika, sudah barang tentu orang macam ulun akan menjomblo. 

Kembali soal cermin. Memang cermin ini luar biasa. Banyak nasehat dan peribasa hanya dari sekeping cermin. Lagi-lagi, para perempuan lebih paham soal ini. Toh mereka mau tidur lihat cermin, bangun tidur jua memandang cermin. Cermin memang jadi teman wajib keseharian babinian. Kalau bisa, setiap dinding di rumah ada cerminnya. Dalam bilik jamban pun ada cermin. 

Bacaramin adalah ritual wajib perempuan. Sedang kita para lelaki, ya seperlunya saja. Dulu, pada saat masih bujang dan nge-kost, satu-satunya cermin yang menempel di dinding adalah cermin dari kaca spion motor (karena zaman dulu motor keren itu motor yang tanpa spion/dilepas), retak pula. Tapi itu sudah cukup. Karena sadar, bahwa menarik hati perempuan bukan melulu pada soal tampang dan penampilan. Nah, mumpung mereka belum sadar, tidak memakai logika dan otaknya, maka manfaatkan momentum itu sebaik mungkin. Jangan biarkan otak dan logika kembali ada pada mereka. Maka, belikanlah cermin sebanyak-banyaknya. Jika pecah satu, beli dua. Pecah dua, beli tiga. Ingat, wahai para lelaki!

(HST, 31/0721)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi