Pandiran Warung: "Manalinga"

Pandiran Warung: "Manalinga"

Tajdid at Turats, HST., Alkisah, pernah terjadi sebuah peristiwa manalinga sekitar tujuh tahun silam. Di saat sebuah negara bernama Indrokunesia sedang mengalami sebuah transisi rezim dan akan memiliki pemimpin baru hasil pemilu. Seorang pemuda rupanya manalinga pembicaraan empat mata dua petinggi negara kala itu di sebuah lokasi rahasia sejauh langit banganga. Yang seorang, sebut saja Mantan, seorang lagi kita namakan saja AmaTiran. Inilah transkrip percakapan tersebut.


AmaTiran: "Pak Mantan, bolehkah Bapak naikkan BBM sekarang?"

Mantan; "Ya Gak bisalah, Pak. Nanti sampean sajalah yang naikin itu BBM..."

AmaTiran; "Wah gak bisa begitu Pak. Nanti rakyat bs marah sama saya. Apalagi ini kan perdana saya jd presiden."

Mantan; "Pak Tiran, kalau mau jujur, malah akhir bulan September atau awal Oktober saya ingin turunin harga BBM. Gak banyak sich hanya gope alias 500 perak aja..."

AmaTiran; "Bujuk bune!. Itu namanya bakal killing me softly. Jangan gitu donk, Pak. Saya akan amankan Bapak dengan keluarga bapak bila bapak akomodatif dengan saya tentang persoalan BBM ini."

Mantan; "Oh, jadi bapak Tiran mulai main ngancam-ngancam nich...?!"

AmaTiran; "Gak ngancamlah, Pak. Tapi bapak harusnya ngerti dong dengan perasaan saya dan Pak Ucup, wakil saya. Kan pa Ucup bekas rekan bapak juga kan..."

Mantan; "Dulu waktu saya naikkan BBM kau dengan partai kau mencak-mencak memarahi saya, menghina saya. Menuduh saya Neoliblah, malinglah, inilah itulah. Sampai-sampai si Oneng dan temanmu yang anggota dewan itu separtai dengan kau itu pakai demo di depan istana teriak-teriak macam kernet angkot nyari penumpang!"

AmaTiran; "Itukan dulu, Pak. Kalau sekarang gak bisa begitu, Pak. Nanti citra saya yang merakyat ketahuan bohongnya kalau saya naikkan BBM itu. Ayolah, Pak..."

Mantan; "Masa bodo! Itu urusan kaulah. Saya tinggal menonton aja di tipi. Saya mau momong cucu ajalah, macam niat tulus pak Ucup dulu, sampeyan masih inget toh? Pas kalah sama saya dulu itu lo... Saya ingatkan anda bahwa jangan ajak kader-kader saya untuk ikut-ikut di kabinet anda, saya gak setuju mereka masuk kabinet anda._"

AmaTiran; "Lho koq gitu sich, Pak. Sentimen amat sama saya dan Pak Ucup?"

Mantan; "idiiihhh.... Gak sentimenlah hanya meniru Bu Wati yang tidak mengijinkan kader-kader terbaiknya untuk masuk kabinetku selama 10 tahun aku jadi presiden."

AmaTiran; "Yauowislah kalau begitu. Aku ra popo..."

Lalu Pak Tiran pulang dengan gontai untuk melapor pada mbok dan opungnya...

Demikianlah kisah berakhir.

Setelah tujuh tahun berlalu sejak percakapan itu, rupanya Sang AmaTiran dan gerombolan membuat kerusakan dan ketimpangan di sana-sini bahkan kadang sambil masuk got entah mencari apa. Belumlah cukup, maka wacana untuk  kali ketiga disebar ke publik. Sebuah negara yang pernah jaya pada zaman dulu berubah menjadi negara penuh baliho. 

(Kayla Untara, 31/08/21)
(Budayawan Muhammadiyah asal Borneo) 

Nb. Kisah ini hanyalah fiksi dan rekaan belaka, apabila terdapat kesamaan nama, tempat, dan alur cerita itu hanyalah kebetulan belaka. Bisa juga sih disengaja...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi