Pandiran Warung: _"Marasa maka tahu..."

*Pandiran Warung: _"Marasa maka tahu..."_*

Dalam sepekan ini, isu bahwa portal pasar di Barabai akan diberlakukan 24 jam jadi _kambang pandiran_ di warung, di masgit, di gardu dan tentu jua group-group WA. Bagaimana tidak jika sejak awal keberadaan portal itu sendiri sudah terjadi pro kontra. Langkah 'modernisasi'(?) pada area pasar tradisional ini memang selalu berpotensi akan jadi polemik. Mereka yang pro terhadap kebijakan ini berpandangan positif dengan mengaitkan pada optimalisasi PAD dari sisi bea parkir. Bagi mereka yang kontra jelas memandang dari efektifitas dan efisiensi mobiltas konsumen dengan pedagang. 

Terlepas dari polemik itu, nampaknya memang berefek yang lumayan terasa sekali dalam beberapa tahun terakhir. Semisal lahirnya pasar tungging di beberapa titik bahu jalan, halaman dan teras rumah yang menjelma jadi toko dan kios, _pangguntingan_ pinggir jalan menjamur jua _pasar kasbah_ yang kadang meluber hingga ke trotoar atau bahu jalan hanya sebagian dari efek domino kebijakan portal itu. Semua itu bersumber dari satu keluhan; _"pasar sunyi siim bilang kaya kuburan. Pacah sahari sahari haja liwar untungnya hudah...,"_ begitu biasa terdengar _pandiran_ di warung atau gardu.

_Ulun_ sering _bapandiran_ ke kawan-kawan bahwa sukses tidaknya sebuah rezim pemda dapat diukur dari suksesinya mengatur dan membenahi tiga fasiltas publik. Rumah Sakit, Pasar dan terakhir adalah Lahan Parkir. Entah sarana prasarana terlebih soal pelayanannya. Tidak mudah, memang. Perlu tenaga dan kreatifitas ekstra, iya. Tetapi jika ada bupati yang mampu membenahi tiga macam itu, maka _ulun_ secara subjektif meyakini bahwa untuk membenahi soal lainnya kelak jelas lebih mudah. Sebaliknya, jika gagal. _Game over!_ Jangan mencoba berangan bisa kembali mencalonkan diri untuk kali kedua. 

Lantas, apa yang jadi point dari _pandiran warung_ kita hari ini? 

Polemik yang hakikatnya belum selesai soal diadakannya portal itu rupanya sempat dijadikan amunisi sekaligus barangkali janji dari beberapa kandidat paslon Bupati dan wakilnya pada saat debat terbuka beberapa waktu lalu. Tentu saja dengan adanya isu bahwa pemberlakuan portal parkir selama 24 jam pada akhirnya membuat banyak orang heran dan mungkin saja _batambah gagarunum._ Celakanya, bupati yang terpilih saat ini (Aulia dan Amansyah) jua pernah mengangkat isu ini dalam orasi kampanyenya. Bahwa kebijakan portal ini _mangalihi_ masyarakat, tidak berpihak pada masyarakat kecil dan seumpamanya. Lalu dalam masa periode Aulia dan Mansyah sekarang muncullah sebuah ide(?) di atas. *Portal parkir pasar keramat akan diberlakukan selama 24 jam mulai akhir Oktober.*

Memang dalam kondisi keuangan pemda HST yang ketar ketir ditambah penyerapan anggaran dalam menghadapi pandemi hampir dua tahun, pejabat kita sudah pasti _bapicik kupala_ mensiasati keadaan. PAD yang terbatas dan kebutuhan belanja rutin yang tak sebanding, menguji kreatifitas dan inovasi yang mumpuni. Keadaan _asa ganting paparutan_ para pamangku kebijakan di HST banyak orang mungkin paham dan mencoba mengerti. Meski begitu, adanya isu Portal Parkir ini jelas tetap memantik _warga netijen_ mencari jejak digital mereka pada saat kampanye. Menyebarlah rekaman video kala debat terbuka di TVRI di mana saat itu sang wabup dengan berapi-api "menyalahkan" akan keberadaan portal parkir yang notabene hasil dari kebijakan bupati sebelumnya. 

Adanya pemberitaan soal 24 jam ini mau tak mau membawa kita pada keinginan untuk menengok kembali rekam jejak digital bupati dan wakil sebelum terpilih. Tentu saja kita bisa membayangkan raut muka para kompetitor lain yang tidak beruntung terlebih pemangku kebijakan sebelumnya alias mantan bupati periode sebelum mereka. Jangan-jangan sang mantan ini _takulibi_ sembari berucap; _"marasa maka tahu...!"_

_(Kayla Untara, 10/09)_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi