Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Tetap Kontributif, walau Ujian Silih Berganti

Gambar
Tetap Kontributif, walau Ujian Silih Berganti Ust.  Nofa Miftahudin  Alumni YTP 2008  (Koordinator Divisi Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial HAPPRI)  Kehidupan manusia pastilah menjumpai kesulitan, tantangan, rintangan, ujian dll. Namun di sisi lain Allah Ta’ala memberikan kemudahan bersamaan dengan kesulitan. Atau di ayat lain menyebutkan bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. Allah Ta’ala berfirman : فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Karena sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah :5) Ayat ini pun diulang setelah itu, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6) Rahasia mengapa di balik kesulitan, ada kemudahan yang begitu dekat? Ibnu Rajab telah mengisyaratkan hal ini. Beliau berkata, “Jika kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang hamba akan menjadi putus asa dan demikianlah keadaan makhluk yang tidak bisa keluar dari kesulitan. Akhirnya, ia pun menggan

Politik Identitas suatu Niscaya

Gambar
Politik Identitas suatu Niscaya Ust. A.  Darojul Ali (Alumni Ponpes YTP, Kertosono)  Ada semacam kampanye semisal  hilangkan politik identitas, dengan berbagai macam narasi. Tentu yang dimaksud identitas disini identitas Islam, bahkan jokowipun ikutan berkampanye demikian dalam satu kesempatan. Identitas suatu niscaya, kita sebagai manusia,punya identitas jelas sesuai di KTP kita. Suku Jawa, Batak , Papua, Sumatra semua adalah identitas. Lalu ajakan jangan terjebak dengan politik identitas , bukannkah ini narasi konfius. Kalau dulu bilang jangan Islam dibawa bawa ke politik, karna politik itu kotor,  tapi sekarang dengan narasi politik identitas suruh tinggalkan. Identifikasi berpolitik identitas  pelakunya sering ke masjid, komunikasi politiknya santun, nilai2 Islam terbawa dalam politik. Dan konsituennya membludak di area masjid siap2 sholat Jum'at. Yang demikian ini di katakan sedang berpolitik identitas bahkan disematkan politik kadrun. Identitas Poltik bisa sosiali

Ketika Akal Terbalik

Gambar
Ketika Akal Terbalik Dr. Slamet Muliono Redjosari (Pengurus Dewan Da'wah lslamiyah lndonesia, Jatim) Surabaya - Al-Qur'an merekam akal manusia yang berpotensi terbalik. Terbaliknya akal itu muncul ketika manusia membangkang ketika diperintah untuk mentauhidkan Allah semata. Bahkan pembangkangan itu dilakukan secara kolektif, dan diikuti kebanyakan manusia. Padahal yang memerintah itu Dzat yang menghidupkan, menjaga, dan merawat eksistensi hidupnya. Seharusnya, akal sehatnya akan mendorongnya untuk bersyukur dengan merespon positif perintah itu. Karena sudah terbalik, maka fungsi akal justru menjadi pembenar atas pembangkangan untuk menyerang balik perintah itu. Ketika sudah menyerang balik itulah, manusia menempati kedudukan yang lebih rendah daripada binatang. Alam dan Tanda Kekuasaan Allah Al-Qur’an banyak memaparkan berbagai narasi agung untuk menunjukkan kekuasaan Allah. Pertunjukan Allah itu dalam rangka menggugah kesadaran manusia untuk memfungsikan akalnya. K

Tafsir الكتاب (QS. Al-Baqarah/2: 2)

Gambar
Tafsir الكتاب   (QS. Al-Baqarah/2: 2)   Bukhori at-Tunisi  (Alumni Ponpes YTP, Kertosono)   Kata “ al - Kitab ” ( الكتاب ), berasal dari kata dasar “ kataba ” ( كتب ). Ia berbentuk Isim Mashdar dari kata kerja “ka-ta-ba” ( كتب ). Kata “ kataba ” ( كتب ) memiliki makna: “ Menggaris [khath], mendikte [imla’],menulis, mencatat, mengirim [surat], menetapkan [ketetapan], mencicil [pembayaran]. ” Kata   “Kitab” misalnya, dapat berarti: “Buku, tulisan, catatan, surat.” Dalam Kamus Lisan al-‘Arab karya Ibn Manzhur, kata “kataba” antara lain, diartikan: 1.       Kataba dengan makna “[membuat] garis ” ( khath ). Misalnya syair:   تخط رجلاي بخط مختلف تكتبان في الطريق لام الف ( Kakiku menulis berbagai macam garis,  Keduanya menulis “lam” “alif” di jalan )   Kalau dalam Matematika disebutkan bahwa Garis adalah kumpulan titik, maka “menulis” adalah kumpulan garis yang tersusun dalam bentuk tertentu. Kata “Katulistiwa” diadopsi dari kata Arab “ khath ” dan “ istiwa’