KEMBALI KE JATI DIRI MANUSIA (Bagian 2)

 KEMBALI KE JATI DIRI MANUSIA (Bagian 2)

Kasdikin, M. HI

(Kepala KUA Kecamatan Rengel; Alumni Ponpes Raudlotul Ilmiyah, Kertosono, Nganjuk)


Kembalilah ke asal kita, kembali ke jati diri manusia dengan mendatangi rumahNya, Dia adalah sahabat terbaik kita, yang pasti cinta, pasti sayang, dan tidak mungkin benci dengan kita, karena Dia sudah menunggu lama untuk kita datangi, maka ungkapan yang kita kumandangkan adalah “labaik allahumma labaik” baik ya Allah aku penuhi panggilanMu. Oleh karena itu lanjut Ali syariati mengatakan; 

“Wahai manusia semua malaikat bersujud kepadamu, tetapi karena pengaruh masyarakat lama-kelamaan engkau sangat berubah, engkau tidak berpegang teguh pada janjimu, untuk tidak menyembah apapun juga kecuali Allah yang maha besar. Sebaliknya engkau menghamba kepada berhala-berhala yang sebagiannya adalah ciptaan manusia...”

“Ciri hidup manusia adalah loyalitas kepada manusia manusia lainnya, pemujaan diri sendiri, kejam, bodoh, hidup tidak terarah dan tujuan, tidak merasa takut, tamak, kehidupan ini telah merubah kalian manusia menjadi menjadi punya sifat kebinatangan, kalian bagaikan srigala, anjing, tikus dan domba”.

Wahai manusia, kembalilah kepada awalmu, seperti sedia kala, tunaikanlah ibadah haji dan jumpailah sahabat terbaikmu, yang telah menciptakan engkau sebagai yang sebaik-baiknya diantar semua mahluknya, dia sedang menantikan kedatanganmu. Tinggalka istana-istana kebesaran, Gudang-gudang kekayaan, dan kuil-kuil yang menyesatkan. Lepaskanlah dirimu dari kawanan binatang yang digembalakan oleh srigala, ikutilah rombongan mi’ad menuju rumah allah atau Rumah ummat manusia. Mari kita luruskan, kita bersihkan  niat untuk berjumpah dengan Allah untuk kembali ke jatidiri.

MENGGUGAT NIAT

Setiap amal harus diawali dengan Niat, maka membereskan niat adalah sesuatu yang penting dalam beribadah khususnya haji. Oleh karena itu Dr. Ali syariati, mengajurkan kita untuk menggugat niat, perangkat dan prilaku jiwa kita. Sudah benarkah niat kita? Halalkah uang yang kita pakai untuk menunaikan ibadah haji kita?.  Hasil korupsi, hasil mark up, hasil menipu,  hasil kongkalikong dengan pejabat,  sesama pejabat atau hasil jerih payah murni kita?. Jiwa mana yang akan kita bawah, jiwa srigala, yang menggambarkan agresifitasnya, atau  jiwa anjing yang menggambarkan tipudayanya, atau jiwa tikus yang menggambarkan ketamakanya, atau jiwa domba yang melambangkan kerelaan diperbudak? Atau tanggalkan semuanya bawalah  jiwa yang hendak bertekuk lutut dan mengakui kehinaan, dihadapan Tuhan, ataukah jiwa yang hendak “memperalat” Tuhan, demi status baru sebagai manusia yang gila hormat, dan sanjungan? Atau memperpanjang gelar yang kita sandang? Itulah jiwa yang berkecamuk didalam diri kita yang patut kita gugat sehingga benar-benar tulus dan suci dalam memenuhi panggilanNya. Itulah pentingnya Niat.

Lalu bagaimana agar niat kita menjadi baik dan lurus, maka kata Ali syariati, selamilah jiwa kita, bunuhlah tikus-tikus busuk yang ada pada jiwa kita, selamilah hakekat haji, untk kemudian kita biyarkan keagunganNya bersemayam didalam jiwa kita, dan memancar jauh kedalam relung kehidupan kita sebagaimana Ibrahim AS. Maka itulah pentingnya manasik haji, yang diperuntukkan sebagai upaya memaknai haji secara fiqh, atau secara maknawi, sehingga seluruh proses hajio tidak hanya sekedar ritual fisik belaka, tetapi penuh pemahaman dan pemaknaan sehingga pulang menjadi manusia yang kembali suci. Wallahu A’lam. (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi