Dua Alasan Mendukung Perjuangan Rakyat Palestina
Teks Khutbah Jum’at
untuk Para Khatib Seindonesia
yang Berkenan
Menggunakannya
Khutbah |
: |
Jum’at Ke-empat |
Tanggal |
: |
28 Rabiul Awwal 1445H. / 13 Okt. 2023M. |
Tema |
: |
“Dua Alasan Mendukung
Perjuangan Rakyat Palestina” |
Disediakan oleh |
: |
K.H. Hamim Thohari, B.IRK (Hons), [Pengasuh Pesantren al-Qur’an Sangatta Taqwa, (PAQUSATTA) Kutai Timur] |
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ
التَّنْزِيلِ، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ: ﴿ إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ﴾ [ الحجرات: 10] وَالصَّلَاةُ
السَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ، مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ، أّمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ
بِتَقْوَى اللهِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ﴾[آل عمران: 102]
Saudara-saudaraku, Jamaah Jum’at yang dirahmati
Allah
Dari atas mimbar jum’at ini, khatib berpesan
untuk diri sendiri dan untuk para jama’ah sekalian, agar selalu bertaqwa kepada
Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan istiqomah dalam iman dan islam hingga akhir hayat.
Sebagaimana Allah, Swt. berpesan dalam firman-Nya: يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا
وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali 'Imran: 102)
Saudara-saudaraku, Jamaah Jum’at yang dirahmati
Allah
Dunia digemparkan oleh keberanian pejuang
kemerdekaan Palestina yang dipelopori olej Hamas menyerang dan
memasuki wilayah yang diduduki oleh penjajah Zionis Yahudi. Kemudian dunia
terbelah, ada yang mendukung dan ada juga yang mengutuk. Namun kata Presiden
Turki, Reccep Tayyip Erdogan: “Tak perlu menjadi muslim untuk membela
Palestina. Cukup Kau menjadi manusia!”
Jika demikian, sudah tepatlah jika bangsa
Indonesia, apalagi sebagai muslim untuk memberikan dukungan penuh kepada
perjuangan rakyat Palestina dari penjajahan Zionis Yahudi. Sekurang-kurangnya
ada dua alasan:
1.
Konstitusi Negara
kita mendukung setiap perjuangan untuk kemerdekaan
2.
Muslim di mana saja
adalah saudara
Saudara-saudaraku, Jamaah Jum’at yang dirahmati
Allah
Sekali lagi kenapa kita harus mendukung
perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka?
Alasan Pertama: Konstitusi negara
kita mendukung setiap perjuangan untuk kemerdekaan.
Sebagai bangsa yang pernah mengalami masa-masa suram
dan penderitaan di bawah penjajahan, maka tumbuhlah rasa empati yang mendalam
di dalam jiwa bangsa ini kepada bangsa-bangsa yang terjajah. Rasa empati itu
kemudian dimaterialisasikan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia, yang berbunyi: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan,
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Maka benarlah kata Presiden Turki di atas, bahwa
untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina cukuplah kita menjadi manusia. Artinya,
jika orang masih punya rasa perikemanusian, tidak mungkin untuk tidak berempati
terhadap rakyat Pelestina yang terus berjuang untuk membebaskan diri dari
penjajahan Zionis Yahudi, di saat bangsa-bangsa lain di dunia ini telah
menikmati kemerdekaanya. Karena satu-satunya bangsa yang belum merdeka hingga
hari ini adalah bangsa Palestina. Maka sebagai bangsa Indonesia yang memiliki
jiwa anti penjajahan, “karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan” seperti penjajahan atas tanah Palestina oleh Zionis Yahudi itu
wajib dihentikan. Dan mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk bebas dari
penjajahan adalah perkara yang wajib diberikan dan sah secara konstitusional.
Penderitaan rakyat Palestina selama puluhan
tahun di bawah penjajahan Zionis Yahudi sungguh tidak dapat digambarkan. Mereka
terusir dari negerinya sendiri dan jika masih ada yang bertahan di Palestina
hanya di wilyah sempit, di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Jalur Gaza misalnya, memiliki
panjang sekitar 41 kilometer dan luas antara 6 hingga 12 kilometer atau luas
total 365 kilometer persegi, dihuni sekitar 1,7 juta jiwa. Maka jadilah kota
Gaza sebagai kota penjara dengan kesulitan air bersih, dan kekurangan pasokan listrik,
belum lagi perlakuan semena-mena dari penjajah Zionis. Lalu bagaimana orang
yang masih punya nurani kemanusian untuk tidak boleh berempati dan mendukung
perjuangan mereka?
Apa lagi setiap manusia dilahirkan sebagai
makhluq yang merdeka, tidak ada hak atas manusia lainnya untuk menindas dan
memperbudak sesamanya. Inilah prinsip kebebasan yang pernah dinyakan oleh Khalifah
Umar, ra. yang terkenal: مَتَى اسْتَعْبَدْتُمُ النَّاسَ وَقَدْ وَلَدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ أحْرَارًا / “Sejak kapan kamu memperbudak manusia,
sedangkan mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan merdeka.” Kata-kata ini
kemudian diambil dan dipakai dalam piagam Hak Asasi Manusia tentang hak
kemerdekaan dan persamaan. Sayangnya, sikap mereka yang konon paling menghargai
dan menjunjung tinggi HAM selalu bias ketika berbicara tentang persoalan
Palestina. Seoalah-olah bangsa Palestina itu bukan manusia seperti mereka,
sehingga nilai-nilai kemanusiaan itu tidak berlaku untuk mereka.
Padahal kita punya hutang budi kepada bangsa
Palestina, di saat negara-negara Barat tidak satu pun bersedia mengakui
kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia, justru pengakuan itu pertama kali datang
dari rakyat Palestina yang dipelopori langsung oleh Mufti besarnya, Syekh
Muhammad Amin Al-Husaini. Bahkan seorang saudagar kaya Palestina yang sangat
bersimpati terhadap perjuangan Indonesia, Muhammad Ali Taher, spontan
menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia, sambil berkata: “Terimalah semua
kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia!”
Saudara-saudaraku, Jamaah Jum’at yang dirahmati
Allah
Sungguh malu sebagai bangsa yang merdeka, jika
kita melupakan peran dan kontribusi bangsa lain dalam kemerdekaan yang kita
nikmati sekarang ini. Lalu dengan sinis dan nyinyir mengatakan, apa perlunya
kita memikirkan rakyat bangsa lain, sedangkan bangsa kita sendiri masih banyak
yang menderita. Ingatlah, dahulu bangsa Palestina ketika mendukung perjuangan
kita juga dalam keadaan sulit melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota Al-Quds,
namun hal itu tidak membuat mereka surut untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Maka saya katakan di sini, “Untuk membela perjuangan rakyat Palestina, Anda cukup
menjadi manusia Indonesia yang memahami sejarah dan konstitusinya.”
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Alasan Kedua: Muslim di mana saja
adalah saudara
Jika dengan satu alasan di atas, kita sudah
paham dan menerima alasan kenapa kita harus memberi dukungan terhadap
perjuangan rakyat Palestina, maka sebagai muslim ada satu lagi alasan yang
perlu kita kemukakan. Adalah karena perjuangan rakyat Palestina tidak
semata-mata untuk pembebasan tanah air mereka, akan tetapi mereka adalah muslim
yang sedang berjuang menjaga dan melindungi bumi wakaf ummat Islam di mana
masjidil Aqsa berdiri di sana. Jika menurut syariat Islam, sejengkal tanah di
mana ada muslim tinggal di dalamnya wajib dibela dan dipertahankan, apalagi
Palestina, di mana Masjidil Aqsho berada, kiblat pertama ummat Islam dan bumi
wakaf bagi seluruh kaum muslimin, maka lebih utama untuk dijaga dan dibebaskan
dari dicemari oleh tangan-tangan penjajah.
Dan pastinya, para pejuang Pelestina adalah dari
kaum muslimin. Dan di mana pun seorang Muslim tinggal, dia adalah saudara kita.
Kata Rasulullah, saw.: مَثَلُ الْمُؤمنِينَ في تَوادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِم وَتَعَاطُفِهِمْ
مَثَلُ الْجسَدِ إذَا اشْتَكَى مِنْهُ عَضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ
والْحُمَّى / “Perumpamaan Kaum mukminin
dalam cinta, kasih dan empatinya laksana satu tubuh, jika satu anggota tubuhnya
mengeluhkan sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut merasakan sakit dengan tidak
bisa tidur dan terasa demam.” (Hr.
Bukhari dan Muslim)
Saking pentingnya persaudaraan dalam Islam,
sehingga perkara itu akan menjadi salah satu pertanyaan di alam kubur, yakni: “Siapa
saudara-saudaramu?” Maka jawaban yang tepat adalah “seluruh muslim adalah
saudaraku.” Maka siapa pun, dari bangsa mana pun dan tinggal di mana pun di
dunia ini, selagi mengikrarkan dua kalimat syahadat maka dia adalah muslim dan
berarti adalah saudara kita. Maka jika kita tidak peduli dengan urusan dan
kesulitan saudara sesama muslim, maka kita tidak dianggap sebagai bagian dari
mereka. Rasulullah, saw. bersabda: مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ
مِنْهُمْ / “Barangsiapa yang tidak peduli terhadap keadaan (kesulitan)
kaum muslimin maka dia tidak termasuk golongan mereka.” (Hr. Al-Hakim dan
At-Thabrani)
Di zaman penuh fitnah seperti sekarang ini,
upaya memotong-motong dan mengamputasi tubuh ummat Islam agar tidak lagi
menjadi “satu tubuh” gencar dilakukan. Ummat Islam dipecah-pecah menjadi berbagai
organ yang terpisah-pisah dengan bermacam-macam lebel dan penamaan. Ada yang
disebut Islam nusantara, Islam Arab, Islam Jawa, Islam politik dan islam-islam
lainnya. Masing-masing punya klaim keunggulan. Seperti Islam nusantara
dikatakan yang paling damai dan Islam Arab dianggap yang suka perang. Celakanya,
pandangan yang bertujuan mengadu domba itu kita amini. Padahal Islam itu datang
dengan tabiat kedamaian dan keselamatan di mana pun dan dianut oleh bangsa
manapun.
Maka memperhatikan dan berempati dengan saudara
seiman di mana pun berada, bahkan yang tinggal di kutub utara pun, menjadi
sebuah kewajiban. Dan bagi seorang muslim hakekat ini bukan aneh, bahkan
menjadi aneh ketika seorang muslim tidak merasa satu tubuh dengan muslim yang
lainnya. Sebab Islam tidak pernah mengajarkan kepada ummatnya untuk bercerai
berai dan hidup secara bersendiri-sendiri. Ruh berjamaah senantiasa dibangun
dan bertemu dalam satu arah kiblat dalam sholat. Maka hati setiap muslim
disatukan dengan tauhid dan kesatuan arah dalam menyembah Allah yang Esa.
Sedangkan sikap egois, ananiyah dan hanya
mementingkan diri sendiri bukan ajaran Islam, melainkan ajaran materialisme. Di
dalam Islam dikenal sikap itsaar (lebih mengutamakan kepentingan orang
lain) yang menurut Imam al-Ghozali merupakan sifat persaudaraan yang tertinggi.
Sifat seperti itu pernah dipraktekkan oleh sahabat Anshor terhadap saudaranya kaum
Muhajirin. Dan, Allah memuji sifat mereka itu dalam al-Qur’an: وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ
خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ / “dan mereka mengutamakan (orang-orang
Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang
beruntung.” (al-Hasyr: 9)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Sifat itsar
(mengutamakan kepentingan saudaranya meski pun mereka sendiri membutuhkan) juga
pernah dilakukan oleh bangsa Palestina kepada bangsa kita. Di saat mereka
berjuang menghadapi Ingris dan Zionis, mereka tetap memberikan dukungan aktif
untuk kemerdekaan bangsa kita. Bahkan seperti disebut di atas, seorang saudagar
Palestina, menyumbangkan seluruh simpanan uangnya di Bank Arabia untuk
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebab, seorang Muslim memahami arti sabda
Rasulullah, saw.: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ
الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، / “Barangsiapa
yang melapangkan satu kesempitan seorang mukmin dari kesempitan-kesempitan
dunia, Allah akan melapangkan kesempitannya dari berbagai kesempitan hari
kiamat.” (Hr. Muslim) Maka seorang muslim faham bahwa dukungannya kepada perjuangan
Palestina bukan semata-mata faktor kemanusiaan tapi juga merupakan perintah
agama.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ []
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى
سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ * فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ* فَقَالَ تَعَالَى: بَعْدَ الْعِيَاذِ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ -- ﴿لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ
آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا ۖ وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُم
مَّوَدَّةً لِّلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَىٰ ۚ ذَٰلِكَ
بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ﴾ [المائدة: 82] وَقَالَ تَعاَلَى: ﴿إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى
يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ نَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لَنَا
شُؤُونَنَا كُلَّهَا وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، لَا إلَهَ اِلَّا
أَنْتَ. اَللَّهُمَّ الۡعَنِ الۡكَفَرَةَ الۡيَهُوۡدَ الصُّهْيُونِيَّةَ ٱلَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنۡ سَبِيلِكَ وَيُكَذِّبُونَ
رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُونَ أَوۡلِيَآءَكَ ، اَللَّهُمَّ اشۡدُدْ وَطۡأَتَكَ
عَلَيۡهِمۡ وَاجۡعَلۡ عَلَيۡهِمۡ رِجۡزَكَ وَعَذَابَكَ. اَللَّهُمَّ خَالِفۡ بَيۡنَ كَلِمَاتِهِمۡ، وَبَدِّدۡ شَمۡلَهُمۡ وَ فَرِّقۡ جَمۡعَهُمۡ وَ زَلۡزِلۡ
أَقۡدَامَهُمۡ . اَللَّهُمَّ أَنزِلۡ
عَلَيۡهِمۡ بَأۡسَكَ ٱلَّذِى لاَ تَرُدُّهُ عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡمُجۡرِمِينَ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإسْلَامَ والْمُسْلِمِينَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْإسْلَامَ
والْمُسْلِمِينَ، وَانۡصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِينَ فِيۡ
فَلَسۡطِيۡنَ وَانۡصُرِ الۡمُسۡلِمِيۡنَ فِيۡ كُلِّ مَكَانٍ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِينَ!
وَصَلِّ اللَّهُمَّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَسُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِيْفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ، إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ – أَقِمِ الصَّلَاةَ!
[][][][][]
Komentar
Posting Komentar