Ibrahim Seorang Demokratis
Ibrahim Seorang Demokratis
Ahmad Darojul Ali
Gresik, 20 Mei 2025.
Beberapa hari lagi kita umat Islam akan masuk pada hari raya Akbar, ialah Idul Adha.
Pelajaran yang bisa kita ambil dalm hari raya Akbar adalah pribadi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail.
Ketika Ibrahim bermimpi dan itu jadi wahyu, tapi umat Muhammad tidak diajarkan mimpi jadi referensi dalam sikap hidup.
"Hai anakku, bagaimana pendapatmu sesungguhnya aku bermimpi menyembelih mu, bagaimana pendapatmu?"
Dan mimpi itu berulang-ulang, jelas perintah Allah.
Ismail berkata, "Kerjakan Ayah, kalau itu perintah Allah. Insyaallah kau jumpai aku termasuk orang orang yang sabar."
Dialog Ibrahim dan anaknya ini bisa kita ambil pelajaran .
Pertama, Ibrahim seorang demokratis , bukan ayah otoriter, mentang mentang perintah Allah Ibrahim langsung narik Ibrahim dan penggal lehernya.
Tidak begitu, Ibrahim berkata bagaiman pendapatmu ?
Minta pendapat anaknya dulu, sangat luarbiasa , nilai nilai demokratis dan tidak otoriter ditunjukkan Ibrahim AS.
Kedua, demokrasi yang ditunjukkan ibrahim, demokrasi ilahiyah, demikian kata mantan ketua Humas internasional Lukman Harun PP Muhammadiyah.
Kebenaran tidak bisa di voting, bila kebenaran di voting, maka boleh jadi kebatilan yang menang, itulah sisi lemah demokrasi sekarang.
Ketiga, harmonisnya hubungan anak dan ayah.
Ibrahim seorang ayah yang menjunjung nilai nilai ilahiyah, maka dengan anak sungguh nilai nilai itu tetap terjaga.
Ibrahim tidak menganut freedem untuk anak.
Silahkan bebas berbuat sesuka hatimu kau tidak sholat, tidak memakai jilbab, tidak puasa, terserah yang penting kamu senang dan jadi orang berhasil.
Keempat, ketika Siti Hajar ditinggal Ibrahim untuk kepalistina, Siti Hajar tidak menanyakan perbekalan hidup di Makkah, ia hanya bertanya, wahai suamiku , apakah ini perintah Allah ?
Ibrahim berkata, iya ini perintah Allah.
Siti Hajar menerima dengan sami'na wa'atho'na.
Meskipun sikap ini tidak bisa dilakukan manusia biasa ( istri istri sekarang ).
Paling tidak Siti Hajar memberi pesan pada kita, bahwa hidup pasti dicukupkan Allah.
Komentar
Posting Komentar