JALAN BERDEBU PARA MUJAHID (Menghidupkan Semangat Juang di Tengah Ujian Zaman)

 
JALAN BERDEBU PARA MUJAHID
(Menghidupkan Semangat Juang di Tengah Ujian Zaman)



DR. Nur Raihan*

Iftitah

Ada jalan panjang yang dilalui para pejuang iman. Jalan itu berdebu, terjal, bahkan penuh duri. Namun di balik debu yang melekat pada kaki para mujahid, tersimpan kemuliaan yang tak ternilai. Mereka berjalan bukan demi dunia, melainkan demi tegaknya kalimat Allah Swt. 

Debu di wajah mereka adalah mahkota, peluh yang bercucuran adalah perhiasan, dan luka yang mereka bawa adalah tanda cinta kepada Rabb semesta alam. Ujian zaman tak kalah berat dari medan perang. Jika dahulu pedang dan tombak menghadang, kini gelombang syahwat, arus materialisme, dan derasnya hedonisme menjadi musuh yang lebih licik. 

Maka, semangat juang para mujahid tetap relevan: menjaga iman, menegakkan kebenaran, dan menapaki jalan yang meski berdebu, namun berujung pada surga.


Jalan Berdebu yang Mulia

Rasulullah Saw pernah memberi kabar gembira bagi para pejuang:

مَنْ غُبِّرَتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللهِ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa kakinya berdebu di jalan Allah, maka Allah haramkan dirinya dari neraka.” (HR. al-Bukhārī, no. 907)

Hadits ini menegaskan betapa mulianya perjuangan, bahkan hanya sekadar debu di kaki seorang mujahid menjadi saksi di hadapan Allah Swt. Jalan berdebu itu adalah simbol kesungguhan, keikhlasan, dan pengorbanan.

Namun, mujahid bukan hanya mereka yang berperang di medan jihad fisik. Mujahid sejati adalah siapa pun yang berjuang menundukkan hawa nafsunya, sabar menanggung beratnya ujian, dan istiqamah menjaga kebenaran. Nabi ﷺ bersabda:

الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ

“Seorang mujahid adalah yang berjihad melawan dirinya untuk taat kepada Allah.” (HR. Ahmad, no. 23445; dinyatakan hasan oleh al-Albānī)

Maka, setiap muslim yang berjuang melawan kemalasan untuk shalat Subuh, berjuang menahan amarah, atau berjuang menolak godaan dunia, ia pun tengah menapaki jalan para mujahid.


Semangat Juang di Tengah Ujian Zaman

Zaman ini adalah medan tempur tanpa pedang. Musuhnya adalah kelalaian, kesibukan yang melalaikan, dan budaya yang menjauhkan manusia dari Allah. Semangat juang tidak boleh padam, sebab musuh-musuh iman kini jauh lebih halus dan menggoda.

Allah Swt berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. al-‘Ankabūt [29]: 69)

Ayat ini memberi harapan: siapa pun yang sungguh-sungguh berjuang menegakkan iman, Allah akan bimbing ia menuju jalan kebenaran. Inilah energi ruhani yang harus terus dihidupkan di tengah godaan zaman.

Imam Ibn al-Qayyim rahimahullāh menjelaskan bahwa jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling utama, karena ia menjadi pondasi bagi jihad-jihad lainnya. Tanpa mampu menundukkan diri, manusia tak akan mampu menundukkan musuh dari luar. (Ibn al-Qayyim, Zād al-Ma‘ād, jilid 3, hlm. 9).


Refleksi: Menjadi Mujahid di Kehidupan Sehari-hari

Hari ini, menjadi mujahid bisa dimulai dari hal-hal sederhana:
• Seorang guru yang sabar mendidik muridnya di tengah keterbatasan.
• Seorang santri yang tekun menuntut ilmu meski dalam kesederhanaan.
• Seorang ayah yang menafkahi keluarganya dengan halal di tengah derasnya arus korupsi.
• Seorang ibu yang menjaga rumah tangga dengan penuh kesabaran dan cinta.

Semua itu adalah bagian dari jihad di jalan Allah Swt Jalan mereka mungkin berdebu dengan kesulitan, namun kelak debu itu akan menjadi saksi kemuliaan.

Khatimah

Jalan para mujahid memang tidak selalu indah. Ia berliku, penuh rintangan, bahkan melelahkan. Namun debu yang melekat di kaki mereka adalah cahaya yang menyinari jalan menuju surga.

Mari kita hidupkan semangat juang itu di tengah ujian zaman. Jadilah mujahid dalam ibadah, mujahid dalam dakwah, mujahid dalam menahan diri dari dosa, mujahid dalam kesabaran, dan mujahid dalam istiqamah.

Kita berdoa agar Allah Swt menjadikan kita bagian dari para pejuang-Nya, meski hanya dengan debu di kaki, dengan air mata dalam doa, atau dengan kesungguhan dalam amal kecil yang ikhlas.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِكَ، وَارْزُقْنَا الصِّدْقَ فِي الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْحُسْنَى

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk para mujahid di jalan-Mu.
Anugerahkanlah kepada kami kejujuran dalam setiap ucapan dan amal perbuatan.
Teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu, dan tutuplah perjalanan hidup kami dengan akhir yang terbaik."
Amin ya Rabbal-‘alamin.
Semoga bermanfaat
*Al-Faqier HR
*Alumni Ponpes YTP Kertosono.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obituari Kanda Kaeladzi

الحاكم (الصادر الحكم بين أهل الرأي و أهل التقليدي

K.H. Ja'far Yasa': Kyai yang Bersahaja