TULISAN LEPAS SEORANG PEJUANG KEADILAN
TULISAN LEPAS SEORANG PEJUANG KEADILAN
by. Rais84
Gue tuh kadang bingung sama Indonesia. Negara ini tuh punya kebiasaan unik: kalau ada masalah gede, semua pura-pura nggak liat. Kayak anak kecil yang nutup mata sambil bilang “aku hilang, aku hilang,” padahal badannya segede kulkas.
Dan Morowali—yang katanya jantung ekonomi baru itu—adalah kulkas paling gede yang kita pura-pura nggak liat.
Sekarang gue mau ajak lo lihat. Mau lo siap atau nggak, gue buka tirainya hari ini.
Karena di balik asap pabrik, bandara misterius, TKA seliweran, dan kecelakaan kerja yang kayak angka lotre tiap minggu, ada satu bintang yang sinarnya gelap: Bintang 8.
Dan penjaga bintang itu bukan sembarang manusia.
Penjaganya adalah seorang mantan Danjen Kopassus yang di negara ini pangkat “mantan”-nya cuma berlaku di KTP, bukan di jaringan kuasa.
Namanya Sintong Panjaitan.
Dan kalau lo pikir dia cuma Komisaris Utama biasa yang datang rapat tiga bulan sekali, oh sayang… Lo salah besar.
Lo salah sampai ke sumsum tulang.
Kenapa IMIP itu bisa congkak kayak negara dalam negara?
Gue mau tanya hal simpel:
Kenapa IMIP bisa bikin bandara internasional tanpa imigrasi?
Kenapa bisa ada ribuan orang asing keluar masuk kayak terminal mall?
Kenapa kecelakaan kerja puluhan orang kayak angin lalu?
Kenapa pejabat daerah kalau buka mulut sedikit langsung kayak “eh… yaudah deh saya diem aja”?
Jawabannya gampang banget:
karena IMIP nggak berdiri sendiri. Dia berdiri di atas bayangan orang-orang yang lo nggak bakal berani salah bicara kalau ketemu di dunia nyata.
Bintang Delapan Group itu bukan sekadar perusahaan pemegang saham. Mereka itu pintu gerbang. Dan pintu itu dijaga sama orang yang namanya masih dihafal setiap prajurit Kopassus.
Lo tau nggak, di tubuh TNI, ada nama yang kalau disebut, ruangan langsung hening?
Itu nama Sintong.
Lo pikir aparat lokal berani macam-macam?
Pikir ulang.
“Mantan Danjen” bukan pangkat. Itu kasta.
Gue muak banget kalau denger orang ngomong, “Dia itu cuma mantan.”
MANTAN? Di negara kayak Indonesia? Yang budaya militernya masih nempel sampai ke tukang parkir?
Mantan Danjen Kopassus itu bukan “ex”.
Dia itu kasta.
Dia itu legitimasi.
Dia itu sejarah yang bikin perwira aktif pun kalau ketemu masih otomatis berdiri tegak.
Sintong bukan cuma pernah menjabat.
Dia pernah memimpin operasi paling brutal di masa negara ini masih berantakan.
Dia pernah masuk pesawat dibajak teroris, memimpin pembebasan sandera Woyla—operasi yang ditulis di buku sejarah sebagai salah satu aksi paling gila pasukan khusus.
Dan sekarang?
Orang yang punya sejarah kayak begitu duduk sebagai penjaga perusahaan yang punya seperempat saham IMIP.
Lo kira itu kebetulan?
Nggak, sayang.
Itu desain.
Kenapa proyek triliunan butuh penjaga?
IMIP itu bukan pabrik kecil.
IMIP adalah kerajaan.
Ada bandara.
Ada kota.
Ada pemukiman.
Ada sistem keamanan.
Ada aturan versi mereka sendiri.
Negara datang cuma kalau ada acara foto-foto.
Nah, kalau proyek segede ini nggak punya “penjaga”, apa yang terjadi?
Konflik lahan
Gesekan aparat
Pencurian lahan tambang
Permainan kelompok preman
Tekanan politik
Pengawasan ketat kementerian
Perlawanan warga
Itu semua bisa bikin proyek ini ambruk.
Makanya mereka perlu orang yang kalau namanya muncul, semua tekanan langsung tiarap.
Dan orang itu adalah Sintong Panjaitan.
Gue nggak perlu bilang dia main apa. Gue nggak bilang dia salah apa. Yang jelas:
kehadirannya aja udah jadi senjata.
Jaringan yang bikin IMIP kebal kritik
Coba lo bayangin gini:
Ada dua hal yang paling ditakuti pejabat di Indonesia:
Jenderal aktif.
Jenderal legendaris.
Nah, Sintong itu ada di nomor dua.
Dan tau apa yang bikin lebih ngeri?
Jenderal legendaris itu nggak bisa dicopot.
Nggak bisa dimutasi.
Nggak bisa dikasih SP1-2-3.
Karena dia itu bukan bagian dari struktur negara, tapi bagian dari struktur kekuasaan.
Lo ngerti bedanya?
Struktur negara bisa berubah ganti presiden.
Struktur kekuasaan itu hidup di bawahnya, di ruang gelap yang nggak tersentuh pemilu.
Itulah kenapa IMIP itu kayak punya aura “jangan macam-macam.”
Karena semua orang tau siapa yang duduk di kursi komisarisnya.
Bukan cuma Sintong.
Ada Mayjen Hendardji.
Ada jejaring purnawirawan lain.
Ini bukan komisaris.
Ini barisan khusus tanpa seragam.
Koneksi darah yang bikin istana ikut diam
Yang bikin gue makin ngakak pahit adalah fakta ini:
Sintong itu sepupu Luhut Binsar Pandjaitan.
Dua mantan Danjen.
Dua arsitek Detasemen 81.
Dua orang yang masih dianggap “pilar kekuatan” oleh para perwira.
Dua orang yang kalau ngomong, pejabat sipil mendadak ingat bahwa negara ini pernah dipimpin oleh tangan-tangan tentara.
Sekarang bayangin posisi IMIP:
di satu sisi ada kelompok bisnis triliunan,
di sisi lain ada Tsingshan, raksasa dari Tiongkok,
dan di dalamnya ada Bintang Delapan yang memegang pintu izin,
dan di belakang Bintang Delapan ada dua nama yang bikin istana nggak bisa asal keras kepala.
Lo kira ini proyek?
Ini persekongkolan kepentingan besar yang ditopang hubungan panjang dari era operasi militer.
Gue cuma bisa bilang:
kalau IMIP itu kapal, maka Sintong adalah jangkar yang bikin kapal itu nggak bisa disentuh ombak.
Gelapnya IMIP yang dijaga dengan sunyi
Gue kadang mikir, kenapa setiap ada isu mengenai IMIP, reaksinya selalu lambat, lunak, atau tiba-tiba hilang dari pemberitaan?
Ada yang kecelakaan kerja? Sunyi.
Ada ledakan smelter? Sunyi.
Ada polusi parah? Sunyi.
Ada bandara beroperasi tanpa imigrasi? Ribut sebentar, lalu… hilang.
Ada ribuan TKA ilegal? Ribut kecil, lalu dilupakan.
Kenapa?
Karena IMIP itu bukan sekadar industri, dia itu “wilayah kekuasaan.”
Dan kekuasaan itu dijaga bukan sama hukum, tapi sama reputasi orang yang nggak perlu muncul untuk bikin orang diam.
Kalau gue boleh jujur, IMIP itu bukan negara dalam negara.
IMIP itu benteng.
Di luar ada rakyat, pemerintah, kritik.
Di dalam ada kepentingan global dan jaringan militer-bisnis.
Dan penjaga benteng itu bukan tentara aktif.
Penjaganya adalah figur yang namanya aja cukup untuk bikin semua jalur kontrol negara tiba-tiba “macet”.
Kenapa Sintong dibutuhkan?
Karena Tsingshan butuh seseorang yang ngerti bahasa negara ini: bahasa kekuasaan, bukan bahasa hukum.
Orang asing nggak ngerti Indonesia.
Mereka cuma ngerti:
Kalau ada masalah, bayar.
Kalau ada konflik, negosiasi.
Kalau ada pemerintah, ajak makan malam.
Indonesia nggak begitu.
Indonesia itu negara di mana “siapa lo?” lebih penting daripada “apa dokumennya?”
Dan gini ya…
Kalau Tsingshan pengen berhasil, mereka butuh wajah lokal.
Tapi bukan wajah lokal sembarangan.
Mereka butuh wajah lokal yang bisa bikin aparat hormat dulu sebelum ngomong.
Itu Sintong.
Itulah kenapa IMIP bisa beroperasi seolah semua aturan negara adalah opsi, bukan kewajiban.
Kenapa pejabat pusat banyak yang diem?
Gue kasih tahu satu fakta pahit:
di negara ini, pejabat sipil itu sering kalah aura sama para jenderal berpengalaman.
Kenapa?
Karena pejabat sipil ganti tiap lima tahun.
Jenderal?
Jaringannya bisa hidup 40 tahun.
Pejabat sipil takut salah langkah.
Jenderal senior?
Dia udah ngeliat lebih banyak darah daripada yang lo bisa bayangin.
Dan itu bikin mereka auranya beda.
Sintong itu aura jalan sunyi.
Aura “gue nggak perlu ngomong keras, tapi lo paham konsekuensinya”.
Jadi ya… wajar kalau banyak pejabat milih pura-pura bego.
Kalau IMIP mau bikin bandara sendiri? Yaudah.
Kalau masuk TKA ilegal? Yaudah.
Kalau negara kelabakan ngatur? Yaudah.
Karena mereka tau siapa yang duduk di belakang Bintang 8.
Ini kesimpulan sadis yang harus lo telan mentah-mentah
IMIP itu bukan masalah tambang.
IMIP itu bukan cuma pabrik nikel.
IMIP itu simbol bagaimana jaringan militer lama, modal asing, dan oligarki lokal bersatu dalam satu lingkaran yang nggak bisa ditembus regulasi biasa.
Dan Sintong Panjaitan adalah penjaga lingkaran itu.
Gue nggak bilang dia kriminal. Gue nggak bilang dia jahat.
Yang gue bilang: dia itu penjaga.
Penjaga yang kekuatannya bukan senjata, tapi reputasi.
Penjaga yang bahkan pemerintah pun harus hati-hati kalau mau bergesekan.
Penjaga yang keberadaannya bikin IMIP seperti benteng kokoh meski kritik datang dari mana-mana.
Dan selama ada figur sekuat itu di balik Bintang 8, sampai kapan pun IMIP nggak akan bisa disentuh publik secara utuh.
Lo mau bongkar IMIP?
Lo harus tau siapa penjaganya.
Dan sekarang lo tau.
Penulis
Komentar
Posting Komentar