Lebaran Harus Baju Baru?

Lebaran Harus Baju Baru?
Oleh: Herwan*

Melihat fenomena melalui surat kabar, televisi dan sosial media tentang orang-orang yang membludak di pasar, pusat pembelanjaan dan bahkan kemacetan yang terjadi diruas jalan dibeberapa daerah meski sedang dalam masa darurat Covid-19. Rasa-rasanya tidak mungkin program pemerintah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dapat berjalan dengan sukses padahal tujuannya untuk memutus rantai penyebaran pandemi virus corona.

Penulis berasumsi mungkin masyarakat yang berkerumun dan membludak di pasar dan pusat pembelanjaan beranggapan bahwa hari raya Idul Fitri harus menggunakan pakaian yang baru, tidak afdhal rasanya bila lebaran tidak tampil beda dibanding dengan hari-hari lainnya.

Sebagai seorang beriman ada baiknya mencermati ungkapan para ulama dalam kitab _Fathul Majid Fii Bayani Maqasidul 'Ied_ (15275). _'Laysal 'ied liman labisal jadiid innamal 'ied liman tha'atuhu tuzid'_ ('Ied bukan berarti menggunakan baju baru, sesungguhnya yang dinamakan 'ied itu dengan bertambahnya ketaqwaan).

Dari ungkapan para ulama diatas, dan sebenarnya masih banyak lagi ungkapan sejenis dengan redaksi yang berbeda tetapi maknanya hampir sama, yaitu jelas kiranya bahwa lebaran menggunakan baju baru bukanlah keniscayaan, atau bahkan banyak yang beranggapan bukan lebaran tanpa baju baru, tentu saja anggapan ini keliru, terlebih di masa pemberlakukan _social distancing_ atau _physical distancing_ seperti sekarang ini. Jangan sampai pengorbanan berbulan-bulan bekerja dari rumah _(work from home)_, belajar dan ibadah di rumah karena sekolah dan tempat ibadah diliburkan dan ditutup, sia-sia hanya karena nafsu tampil beda di hari raya.

Bila pengorbanan itu tidak juga menggugah hati kita untuk tidak berkerumun, mari sesekali melihat dan merasakan pengorbanan para dokter, para perawat dan petugas medis lainnya, jangankan punya keinginan untuk memakai baju baru, untuk mengenakan baju yang biasa dipakai saja sudah sulit karena harus menggunakan APD. Jangan sampai perilaku ceroboh kita justru membuat korban berjatuhan dan meningkatkan grafik angka kematian karena terpapar Covid-19. _Na'udzubillah_.

Penulis yakin tulisan ini tidak akan merubah perilaku masyarakat secara serta merta dan dalam waktu sekejap, tetapi ini merupakan bagian dari ikhtiar edukasi kepada masyarakat agar lebih mengedepankan rasa empati terhadap masyarakat lainnya sebelum melakukan suatu kegiatan.

Wallahu a'lam bi al shawab

* Guru SMAN 1 Parungkuda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi