Tanggapan atas Kritik Santri terhadap Tarjamah QS. 5: 8, Depag RI
Tanggapan atas Kritik Santri terhadap Tarjamah QS. 5: 8, Depag RI
Oleh Adam Bakhtiar
(Alumni YTP, Kertosono)
Tulisan Ustadz Bukhori sangat menarik untuk di kaji lebih dalam lagi
Lebih lagi bahasan yang disampaikan seputar Kitab suci Al-Qur'an. Jadi sangat penting untuk diketahui letak salahnya, apalagi menyangkut pemaknaan ayat. meski tidak mengetahu seperti bentuk aslinya tejemahan Al-Qur'an Depag. Entah dari tahunnya. Serinya atau bahkan sampulnya. Kritik terhadap terjemah Depag sangat perlu dilakukan
Ada bebearapa surat yang dibedah dengan mengunakan metode gramatika (Nahwiyyah) seperti Qs. Al Maidah [5]:8 yang dijabarakan secara detail letak artikulasi pemaknaanya. Dengan musabab kegalaun penulis melihat suatu yang jangal atas penempatan tata letak bahasa pemaknaan.
Maka pembadahan penulis terkait ayat di atas sangat perlu diapresiasi karena penulis sengaja menjelaskanya secara detail dan hati-hati walaupun yang dibedah hanya pada satu ayat dalam Surat Al Maidah.
ada yang menarik dari tulisan Cak Bukhori. Ini bukan pada bagian pembedahan surat Al Maidah atau pada soal karakteristik seorang santri yang lihai dalam format pembacaan kitab kuning yang menjadi ciri khas seorang santri atau mantan santri. Tapi tepatnya ini adalah soal kepekaan melihat sesuatu yang dirasa tidak ada cela ternyata ada cela. Yang dikira sudah benar ternyata masih salah.
Sebuah kritik yang jarang sekali tersaji apalagi konteksnya berkaiatan dengan kebenaran dan Lembaga Negara (Depag)
Kita menyakini alumni pondok pesantren dan ilmu alat ibarat dua sisi mata uang yang berbeda. Tanpa mengenal biografi alumni. Apapun julukan alumni pasti diangap fasih ilmu nahwunya. Walapun belum tentu semua santri bisa lihai dalam pelajaran nahwu, shorof, dll ( ilmu alat). Tapi hal demkian sangat akrab sekali dengan seorang santri.
Cuma untuk mendikte kepakaan. Perlu pertimbangan dan nyali yang kuat. Modal nyali saja tidak cukup perlu keyakinan dan hati yang kuat . Sebab Tidak semua orang bisa melakukan kritik terhadap teks apalagi yang dikritisi Departemen Agama
Sehinga dari sini. intlektualitas santri bukan hanya diproduksi pada tataran bagaimana seorang itu faham akan bacaan kitab gundul dan ilmu agama. Tapi didekontruksikan agar kritik itu berguna dalam setiap perosoalan ketika ilmu alat dan agama yang dipelajari dipesantren itu sudah matang di pelajarinya
Karena kepekaan untuk menerjemahkaan Al-Qur'an siapa saja bisa melakukanya dengan syarat memhami ilum alat tetapi untuk melihat dari sisi lungistik, secara doktriner dan secara historis perlu pematangan dan wawasan yang lebih energik lagi agar bukan hanya satu ayat dalam surat saja yang dikritik tapi mungkin bisa lebih
والله اعلم بالصواب
Komentar
Posting Komentar