2021: TERUSLAH BERBURU ILMU DAN KEBAHAGIAAN
2021: TERUSLAH BERBURU ILMU DAN KEBAHAGIAAN
Oleh: Dr. Adian Husaini
( Ketum DDII Pusat )
Ed: Sudono Syueb
(Humas DDII Jatim)
”Dan katakanlah, Ya Rabbi, tambahlah ilmuku!” . (QS Thaha: 114). Itulah perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Doa itu menunjukkan begitu pentingnya pentingnya ilmu dalam Islam. Setiap saat, kita selalu mendukung ilmu, dimana saja, dan kapan saja!
Ilmu merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Dan Islam adalah agama yang sangat menghargai ilmu. A l-Quran merupakan Kitab yang begitu besar perhatiannya terhadap aktivitas pemikiran dan keilmuan. Ini, misalnya, tergambar dari penyebutan kata “ al-'ilm ” dan derivasinya yang mencapai 823 kali.
Bahkan, yang mengajar pertama kali kepada Nabi Adam sebagai pengetahuan tentang nama-nama benda (QS al-Baqarah: 31). Wahyu pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad saw berkaitan dengan perintah membaca ( Iqra ' ) dan menulis yang disimbolkan dengan ”pena” (qalam). Wahyu ini pun sudah Berbicara tentang proses pembentukan manusia yang berasal dari ” al-alaq ” (sesuatu yang melekat). Tetapi, sejak awal, sudah diingatkan, bahwa proses membaca dan belajar tidak boleh dari dasar keimanan.
Semua harus dilakukan dengan nama Allah (Iqra 'bismi rabbikalladzii khalaq). Karena, tradisi ilmu dalam Islam sejak awal sudah bersifat ” tauhidiy ”, tidak sekuler, tidak mendikotomikan antara unsur dunia dan unsur akhirat; antara ilmu-ilmu dunia dan ilmu akhirat; semua ilmu itu bermuara pada satu tujuan: yaitu untuk mengenal ( ma'rifah ) kepada Allah SWT dan mencintai ibadah kepada-Nya.
Maka, Allah memerintahkan : ”Ketahuilah, sesungguhnya tiada Tuhan patut disembah kecuali Allah”. (QS Muhammad: 19). Jadi, untuk sampai pada kesimpulan, bahwa ”Tidak ada Tuhan selain Allah”, harus berdasarkan ilmu; bukan atas dasar ikut-ikutan.
Al-Quran menjelaskan perbedaan antara orang yang berilmu dan yang tidak berilmu. Orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya: Katakanlah, isi sama, orang yang tahu dan orang yang tidak tahu. ” (QS az-Zumar: 9). “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu, beberapa derajat.” (QS al-Mujadalah: 11).
Karena, Allah mengecam keras orang-orang yang tidak menggunakan segala potensinya untuk berpikir dan meraih ilmu, sehingga ilmu itu meraih hidayah. Orang-orang seperti ini, dalam al-Quran, disamakan derajatnya dengan binatang ternak: “Dan sebenarnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai qalb tapi tidak untuk memahami (tetapi), mereka tidak mempunyai ayat (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka yang mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat Allah) . Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka menyerang orang-orang yang lalai. ” (QS al-A'raf: 179).
Rasulullah saw bersabda: ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah dengan maka Allah, faqih (memahami dengan baik) dalam masalah agama (Islam) dan mengilhami petunjuk-Nya.” (Muttafaq alaihi).
Para pencari ilmu juga diberikan penghargaan yang sangat tinggi. Kaum Muslimin wajib berusaha sekuat tenaga untuk mencari ilmu ( thalabul ilmi ). Selain pahalanya sangat besar, ilmu juga menjadi landasan keimanan dan landasan amal. Banyak orang yang terpedaya dengan nikmat sehat dan kelonggaran, sehingga tidak dapat memanfaatkan waktu itu dengan baik. Rasulullah saw bersabda: “Dua kenikmatan yang manusia banyak tertipu, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat waktu lapang”. (HR Bukhari).
Rasulullah saw bersabda: ”Barangsiapa menempuh jalan yang padanya menuntut ilmu, maka Allah telah menuntunnya jalan ke surga.” (HR Muslim). ”Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya pada orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan.” (HR Ahmad, Ibn Hibban, dan Hakim). ”Barangsiapa didatangi kematian dimana dia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara dia dan para Nabi di surga adalah satu tingkat derajat.” (HR Ad Darimi dan Ibn Sunni dengan sanad hasan). (Hadits shahih dan hasan serta pendapat sahabat pada bagian 3 dan 4 ini dikutip dari Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam al-Ghazali).
Imam Syafii, dalam salah satu syairnya menyatakan: ”Wa man lam yadzuq murrat-ta'allumi saa'atan; tajarra'a dzullal jahli thuula hayaatihi ” (Barangsiapa yang tidak pernah merasakan pahitnya mencari ilmu - walaupun sewaktu-waktu - maka ia akan terjerumus dalam kebodohan yang hina sepanjang hayat.). Dan khusus untuk pemuda, Imam Syafii berpesan: ”Wa man faatahu at-ta'liimu waqa syabaabihi; fakabbir 'alaihi arba'an li-wafaatihi. " Lihat, buku Koleksi Syair Imam Syafi'i , karya Yusuf Syekh Muhammad al-Baqi (Terj. Drs. Abdul Rauf Jabir, Pustaka Amani Jakarta).
Maka Rasulullah saw memerintahkan kita semua: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim! Ilmu yang wajib dicari adalah ilmu yang bermanfaat ( ilmu nafi ' ). Yaitu, ilmu yang pemiliknya semakin dekat dengan Allah SWT.
Patut kita catat, ada juga ilmu yang tidak bermanfaat dan ilmu yang mudharat; yaitu semua ilmu yang pemiliknya semakin jauh dari Allah. Bahkan, dengan ilmunya, ia bisa menjadi orang jahat dan merusak diri sendiri dan masyarakat.
Prof. Naquib al-Attas, dalam buku Islam and Secularism , memberikan gambaran singkat tentang tujuan ilmu - yang juga merupakan tujuan utama Pendidikan - yaitu: “Tujuan mencari ilmu dalam Islam adalah untuk menanamkan kebaikan atau keadilan dalam diri manusia sebagai manusia dan diri individu . ” Jadi, orang yang bertambah ilmunya, harusnya semakin menjadi orang yang mulia, karena adil dekat dengan taqwa. Dan orang yang termulia adalah yang paling bertaqwa!
Karena aniaya, memasuki 2021, semoga kita semakin bergiat dalam mencari ilmu, atau terlibat dalam aktivitas keilmuan. Dengan itu, insyaAllah, hidup kita semakin bahagia! Aamiin. (Depok, 31 Desember 2020).
Komentar
Posting Komentar