Memahami Antara Hidup dan Kehidupan

Memahami Antara Hidup dan Kehidupan 

Catatan Dr. Amam Fakhrur

(Kolumnis Sosial Agama)

Tak biasa saya membuat status dalam WA (WhatsApp). Tetapi Jum’at pagi kemarin saya membuatnya, redaksinya begini, “Hidup itu pendek dan kehidupan itu panjang”. Redaksi itu saya nukil dari tulisan Yudi Latif yang berjudul "Kompas Etis Kepemimpinan."

Ragam respon dari rekan saya atas status tersebut. Ada yang japri dengan menyatakan sendiko dawuh (saya mangikuti apa yang anda katakan). Ada juga yang mengirim komentar bernada penjelasan, di antaranya berbunyi, "Hidup itu harus memberi manfaat kepada sesama." Ada juga yang memberi komentar bahwa, "Redaksi dalam status itu relatif pendek, tetapi maknanya sangat dalam." Ada juga yang bertanya, "Apa maksud dan makna dari apa yang tertulis dalam status itu?" Atas respon rekan-rekan itu, saya merespon balik dengan ucapan, "Terima kasih." atau menanggapi singkat sekenanya.

Agaknya, melalui tulisannya, Yudi Latif ingin mengingatkan siapa pun pemimpin suatu negara adalah sentral teladan, ibarat mata air yang mengalir sungai-sungai kehidupan yang memasok air ke hilir. Seperti apa mutu air ke hulu akan mempengaruhi mutu kehidupan  di hilir. Yang penting bagi pemimpin adalah sejauhmana warisan  standart dan visi etis yang ditinggalkan, dan bukan berapa lama ia menjabat. Setiap konstitusi haruslah dibuat dengan basis moral yang agung. Jangan sampai terjadi defisit moral dan keteladanan. Yudi Latif mengingatkan bahwa hidup itu pendek, tetapi kehidupan itu panjang.

Lantas apa yang dimaksud dengan hidup dan apa yang dimaksud dengan kehidupan? Hidup dalam konteks manusia adalah keadaan di mana ketika nyawa masih di kandung badan. Sedangkan kehidupan adalah keseluruhan proses yang dijalani manusia selama ia hidup. Dapat dikatakan kehidupan adalah catatan riwayat dan sejarah manusia saat  masih hidup. Catatan dan sejarah itu sangatlah luas ruang lingkupnya, meliputi seluruh aspek kehidupan. Memang Yudi Latif fokus soal kepemimpinan suatu negara.

Kalau dalam status tertegaskan bahwa hidup itu pendek, senyatanya memang umur manusia itu pendek. Umur orang Indonesia hanya antara 60 – 70 tahun, atau sedikit di atas itu. Kehidupan itu panjang, karena akan menyejarah pada kehidupan-kehidupan setelahnya. Selain itu, kehidupan bukanlah hanya  soal yang sederhana yang menyangkut kurun waktu, tetapi ia juga menyangkut dampak kehidupan seseorang bagi orang lain.

Dalam dunia politik, pembaca mendengar catatan sejarah Fir’aun. Ia  ingin melanggengkan kekuasaannya dengan cara-cara yang tidak beradab. Ia memerintahkan  prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir, ia khawatir generasi laki-laki mendatanglah yang akan mengancam kekuasaannya. Ia juga menolak misi keagamaan Musa AS. Ia telah mengiklankan dirinya tidak hanya sebagai penguasa, tetapi sekaligus sebagai tuhan. Ia memerintahkan membangun menara tinggi dengan melibatkan kuli 50.000 orang untuk melihat Tuhan Musa AS. agar rakyatnya yakin bahwa Tuhan yang disebut-sebut Musa AS adalah tidak ada. Hidup Fir’aun itu pendek, mungkin hanya ratusan tahun, hidupnya berakhir dengan tenggelam di Laut Merah. Kehidupannya panjang, visi misi kenegaraan dan keagamaannya di luar nalar tatanan kehidupan normal, membuat rakyatnya hidup dalam ketakutan.

Saya kira pembaca juga mendengar kisah seseorang yang diberi harta melimpah oleh Tuhan. Saking banyaknya harta yang dimilikinya, kunci gudang sebagai penyimpan harta, tidak kuat diangkat oleh seorang meski ia orang yang sangat kuat. Ia pernah memamerkan kekayaannya di masyarakat dengan membuat arena pawai. Orang-orang yang menghendaki kesenangan dunai semata, ingin memiliki harta seperti Qorun, namun orang yang saleh justeru memandang Qorun adalah orang yang sombong dan itu adalah merupakan kecelakaan. Hidupnya Qorun toh tidak panjang, diri dan hartanya ditelan bumi. Kehidupannya panjang, menjadi simbol seseorang dengan kepemilikan harta yang melimpah, namun tidak ingat siapa yang memberi harta, dan justeru bersikap sombong.

Berapa lama persisnya  hidup seseorang? Tak ada yang mengetahuinya sebelum ada kepastian lepasnya nyawa. Yang jelas hidup itu pendek, sementara kehidupan adalah panjang. Maka isi kehidupan itu dengan membawa misi ke-Tuhan-an dan kemanusiaan yang sebenarnya. Muhammad SAW adalah sosok ideal sebagai teladan dalam berbagai bidang, baik sosial, ekonomi, politik dan spiritualitas. Nilai-nilai yang ia junjung dalam kehidupannya, tak cukup saya urai di sini. Karena kehidupan itu panjang, maka isi kehidupan itu seharusnya kehidupan yang bermakna. 

Oh ya, panjangnya kehidupan seseorang tidaklah hanya soal efek bagi masyarakat sekitarnya dan menjadi catatan sejarah bagi kehidupan setelahnya. Namun panjangnya isi kehidupan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Isi kehidupan adalah tidaklah hilang,  panjang sampai ditimbang di saat Hari Pertanggngjawaban di hadapan Tuhan. Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi