SEHAT DAN TAQWA TANPA CORONA

SEHAT DAN TAQWA TANPA CORONA

Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum DDII Pusat

Sebuah situs berita online hari ini (22/6/2021), menurunkan berita berjudul: “Masih Menggila! Kasus Covid-19 RI Tambah 13.668 Hari Ini.”  Disebutkan, bahwa kasus Covid-19 di Indonesia telah menembus 2 juta kasus sepanjang terjadinya pandemi di Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat hingga pukul 12:00 WIB hari ini, kasus Covid-19 bertambah 13.668 orang.

Dengan begitu total kasus Corona di tanah air mencapai 2,018 juta orang, dengan kasus aktif yang terus bertambah. Saat ini jumlah kasus aktif atau pasien yang membutuhkan perawatan mencapai 152.686 orang, bertambah 4.958 dari angka sehari sebelumnya.
Kabar baiknya, jumlah pasien sembuh bertambah 8.375 orang sehingga totalnya 1,810 juta orang. Sementara kasus kematian akibat virus ini bertambah 335 sehingga totalnya menjadi 52.291 kasus.
Berdasarkan akumulasi data 13-21 Juni 2021,  penambahan kasus Covid-19 hampir mencapai 102.955 kasus. Artinya hanya dalam sepekan, rata-rata penambahan kasus setiap harinya di atas 10 ribu atau mencapai 11.439 per hari. (https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210622144540-37-255072/masih-menggila-kasus-covid-19-ri-tambah-13668-hari-ini). 

Menyimak angka korban Covid-19 dan juga berdasarkan fakta di lapangan tentang semakin susahnya mencari rumah sakit untuk penderita Covid-19, dapat disimpulkan bahwa pandemi Covid-19 saat ini sedang berada dalam tahap yang serius. Sejumlah pimpinan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia pun sedang terserang. Kantor Dewan Da’wah ditutup sementara selama 21-26 Juni 2021, dan disemprot desinfektan.  
Pemerintah pun kemudian meluncurkan program baru dalam bentuk pengetatan interaksi dan mobilitas masyarakat. Untuk dilakukan lockdown secara total sangatlah berat, mengingat masyarakat juga harus tetap beraktivitas untuk bekerja mencari nafkah. 

*****
Lalu, bagaimana idealnya cara menanggulangi pandemi Covid-19 ini secara komprehensif dalam perspektif keilmuan Islam? Patut kita ingat kembali, bahwa Islam mengakui sumber ilmu yang berasal dari panca indera (ilmu-ilmu empiris), dari akal, dan juga dari khabar shadiq (berita yang benar). 

Secara empiris dan aqliy, pemerintah dan para pakar kesehatan telah dan sedang berusaha keras untuk menanggulangi pandemi ini. Dalam kaitan ini, kita berharap pemerintah meningkatkan kiat-kiat komunikasinya kepada masyarakat agar semua pihak bersatu-padu dalam menanggulangi pandemi. 
Dalam situasi “darurat” seperti ini, sepatutnya semua pihak bergandeng tangan, bergotong royong, bersama-sama berjuang menanggulangi pandemi. Karena itu kita harapkan pemerintah bersikap lebih aktif dalam menjalin komunikasi dan silaturrahim dengan seluruh tokoh dan pimpinan masyarakat. 
Jangan sampai di saat seperti ini, dipertontonkan ketidakadilan yang akhirnya membuat sebagian masyarakat skeptis, bahkan curiga dengan program-program pemerintah. Memang ini tidak mudah. Berbagai informasi tentang covid-19 dan vaksin terus beredar di tengah masyarakat, tanpa bisa dicegah. 
Tak jarang, berita itu simpang siur. Itu bukan hanya di kalangan masyarakat umum, tetapi juga beredar video-video dari sebagian pakar kesehatan yang punya opini berbeda dengan pemerintah. Seharusnya, para pakar itu segera didatangi oleh pemerintah, diajak dialog dan bersatu dalam melakukan langkah-langkah bersama menanggulangi covid-19. Intinya, kita harus bersatu dalam menanggulangi pandemi ini. Tentu semua kita sangat beharap, pandemi ini segera berlalu. 

Umat Islam sepatutnya tetap mengedepankan sikap adil dalam semua pengambilan keputusan. “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Ma'idah: 8).
Jadi, ancaman virus Corona ini memang nyata. Banyak rumah sakit yang dipenuhi pasien penderita Covid-19. Karena itulah, berbagai usaha untuk mencegah penyebaran virus ini perlu dilakukan. Berdasarkan keilmuan Islam yang integral dan tauhidik, cara mengatasi wabah Covid-19 adalah dengan pendekatan integral atau terpadu. 
Caranya dengan memadukan tiga jenis keilmuan: ilmu empiris, ilmu rasional, dan ilmu wahyu (revealed knowledge). Ilmu-ilmu kedokteran dan virologi yang sudah teruji secara empiris, diterapkan bersamaan dengan pendekatan rasional dan keyakinan penuh bahwa virus ini datang, berkembang, dan mati atas kehendak Allah. 
Berdasarkan ilmu wahyu,  kita paham, bahwa tujuan utama Allah mendatangkan suatu musibah adalah agar manusia semakin mendekat kepada Allah. Menjadi manusia yang sakit tetapi taat kepada Allah, lebih baik daripada manusia yang badannya sehat tapi hobi maksiat. Tentu, kita berharap, kita semua sehat dan sekaligus taat kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. 
Salah satu jalan penting yang harus ditempuh – disamping ikhtiyar inderawi dan aqli – dalam mengatasi pandemi covid-19 ini adalah bertobat, mendekat, dan berdoa secara ikhlas dan sungguh-sungguh kepada Allah. Karena itu,  indah sekali jika pemerintah memelopori gerakan besar-besaran penanggulangan pandemi Covid-19 dengan semboyan: SEHAT DAN TAQWA TANPA CORONA! 
Jika program itu dilakukan dengan ikhlas, cerdas, dan sungguh-sungguh, semoga Allah SWT ridho kepada kita semua dan mengasihani negara dan rakyat Indonesia! Aamiin. 
(Depok, 22 Juni 2021).

Editor: Sudono Syueb

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi