MEMBELA ORANG LEMAH

MEMBELA ORANG LEMAH

OLEH  :KH. Dr. MASYKUR SARMIAN
(Ketua Majelis Ukhuwah Islamiyah Kalimantan Timur)

ابلغوا حاجة من لا يستطيع ابلاغ حاجته فمن ابلغ سلطانا حاجة من لا يستطيع ابلاغها ثبت الله تعالى قدميه على الصراط يوم القيامة
(رواه الطبراني عن ابي الدرداء )

Sampaikanlah hajat orang yang tidak mampu menyampaikan (sendiri) hajatnya kepada Sulthan, maka barang siapa yang bisa (menolong) menyampaikan  hajat orang tersebut kepada Sulthan, maka Alloh akan menetapkan kedua telapak kakinya diatas Shirothol mustaqim pada hari kiamat kelak
(HR Thobroni dari Abu Darda)


I.  PENGANTAR

1. Menolong kepada sesama adalah perbuatan yang sangat terpuji dan mulia, bahkan Alloh SWT. akan memberikan pertolongan-Nya kepada orang yang biasa menolong kepada sesamanya, saat ia dalam kesulitan dan keterhimpitannya.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Alloh selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu mau (berkenan) menolong saudaranya.

Kalau kita ingin ditolong Alloh SWT maka menjadilah orang yang gemar menolong. Jadikan pekerjaan menolong menjadi habit dalam aktifitas kita, setting bahwa tiada hari tanpa menolong karena dengan itu hati ini jadi bahagia.

2. Kalau kita lagi ditimpa musibah, lagi sedih lagi galau maka lakukan pekerjaan jumping (melompat), dengan cara mencari orang yang lebih susah dari kita lalu ulurkan bantuan kepadanya, perhatikan dan lihat wajahnya, saat dia senyum dan bahagia, saya pastikan kalian akan dapat merasakan bahagia sehingga sedih dan kesusahan yang kita rasakan tiba-tiba akan sirna.
Demikian cara merawat kebahagiaan kita.

Di hadits lain disebutkan juga bahwa barang siapa yang menolong saudara mukmin lainnya dari suatu kesulitan di dunia, niscaya Alloh akan menolongnya dalam menghadapi kesulitan di hari kiamat (kelak).

3.Tersimpan rahasia yang super dahsyat, bahwa menolong orang lemah itu dapat menjadi pintu masuk terbukanya kebaikan, kasih sayang, rizki dan keberkahan.

Sabda Rasululloh SAW :

"Sesungguhnya Alloh akan memenangkan umat ini dengan adanya kaum lemah, disebabkan doa-doa, sholat dan keikhlasan mereka.
( HR. An - Nasa'i )

Rasululloh SAW bersabda :   

"Barang siapa yang membantu seorang Muslim ( dalam ) suatu kesusahan di dunia, niscaya Alloh akan menolongnya dalam kesusahan pada hari Kiamat. Dan barang siapa yang meringankan beban sesama Muslim yang sedang kesusahan ( kesulitan ) maka Alloh akan meringankan bebannya di dunia dan di akhirat."
(HR Muslim dari Abu Hurairah)

Menurut Imam Nawawi, bahwa membantu mencukupi kebutuhan orang lain dan menjadi orang yang bermanfaat bagi mereka, baik dengan Ilmu, harta, bantuan nasehat yang baik, taujihat dan lain-lain, adalah dianggap sebagai suatu keutamaan.

II.JANGAN ASAL BURUK SANGKA

1. Kalau ada saudaramu sesama Muslim, dimudahkan rizkinya oleh Alloh SWT, jangan buru-buru kalian mencurigai apalagi menuduh macam-macam  ?

Maukah kalian semua dapat rizki yang La yahtasib (tidak diduga-duga) ?

2. Yaitu berbuat baik dan gemar menolong orang - orang lemah dan miskin.

Suatu ketika Saa'd RA merasa dirinya memiliki  kelebihan dari orang lain, lantas Rasululloh SAW bersabda :

هل تنصرون وترزقون الا بضعفائكم ؟

Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah di antara kalian ?
(HR.Bukhori dari Mush'ab bin Sa'ad)

Dari Abu Darda' RA,  bahwasanya ia berkata, Rasululloh SAW bersabda :

ابغوني في ضعفائكم فانما ترزقون وتنصرون بضعفائكم

"Carilah keridloanku melalui orang-orang lemah diantara kalian.Karena sesungguhnya kalian diberikan rizki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian"
(HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi,Nasa'i Ibnu Hibban dan Hakim)

3. Berbuat baik,berperilaku sopan dan menolong orang yang lemah selain perbuatan mulia juga akan mengundang keridloan Baginda Rasululloh kepada kita. Dan ketahuilah bila sang Baginda senang kepada salah seorang di antara umatnya, Alloh akan menolong dan memberikan rizki-Nya kepada umat tersebut.

4. Rasululloh SAW adalah teladan utama bagi kita, keberpihakan Beliau untuk selalu peduli dan berbagi kepada sesama, kepada kaum yang lemah sungguh mengagumkan, Rasululloh sangat dekat dengan mereka, hingga tidak ada jarak. Beliau sangat cemas dan hawatir akan masa depan Aqidah mereka, karena كاد الفقر ان يكون كفرا / hampir saja kefakiran itu menjadikannya kufur

Dalam hadits qudsi disebutkan  "Alloh menyuruhku untuk mencintai fakir miskin dan berusaha dekat dengan mereka".

Mencintai fakir miskin dibuktikan ---) berusaha dekat dengan mereka dan selain dekat diikuti pula gemar memberi serta memperhatikan nasib mereka.

5. Rasululloh SAW selalu terbuka rumahnya bagi semua orang. Walau dalam keadaan krisis ketika ada yang berkesulitan secara keuangan Beliau tetap berusaha mencarikan jalan keluar dan tempo-tempo membahasnya bersama sahabat-sahabatnya. Begitu berhasil maka secepat mungkin Beliau segera bantu urusan umatnya tersebut.

6. Demikianlah contoh teladan Beliau, sebagai umatnya kita mesti mencontohnya.

Allah SWT berfirman :

لَقَدْ كَا نَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَا نَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَا لْيَوْمَ الْاٰ خِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا 

"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 21)

Karena kemuliaan budinya, Alloh SWT.menganjung beliau sebagai manusia yang Berbudi Mulia dan Berakhlak yang Agung. 

Allah SWT berfirman :

وَاِ نَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

"Dan sesungguhnya engkau benar-benar, berbudi pekerti yang luhur."
(QS. Al-Qalam 68: Ayat 4)

7. Perhatian kepedulian dan cinta Baginda Rasululloh kepada kaum dhuafa tidak berhenti dengan kata-kata, sikap dan perbuatan semata, namun terus diikuti dengan harapan yang sangat tulus, dan intensitas munajat dan doa-doanya kepada Alloh SWT, agar didekatkan pada kaum yang lemah, dhuafa dan papa juga kepada mereka yang sakit dan menderita. Ketahuilah dalam setiap kesempatan Rasululloh sering mengingatkan sahabatnya bahwa Beliau adalah Ayah bagi anak-anak yatim dan sahabat bagi orang miskin dan papa.

8. Dalam riwayat lain Rasululloh SAW bersabda : 

"Carilah aku di antara para dhuafa dan orang miskin ( diucapkan hingga 3 kali ), karena sesungguhnya engkau akan ditolong dan diberika  kemudahan rizki disebabkan doa kaum dhuafa karena kepedulian dan keberpihakanmu."

9. Rasululloh SAW adalah pribadi yang sangat-sangat mencintai fakir miskin, memberi perhatian pada mereka, mempergaulinya, menolong urusannya, membantu kesulitannya. Bila mereka sakit, Beliau tsn segan-segan menjenguknya bahkan mengantarkan jenazahnya hingga ke kuburnya. Takkan pernah kita jumpai Beliau menghina orang karena kemiskinannya.

10. Suatu ketika ada seorang lelaki sedang terhimpit ekonomi menemui Baginda Rasululloh dan meminta bantuan kepada Beliau, saat itu benar-benar Rasululloh sedang krisis dan tak sedikitpun memiliki uang di kantong, lalu Rasululloh meminta tolong kepada istrinya, tapi istri beliau sama, lagi kosong juga. 

Walau Beliau dan keluarga dalam kesusahan, namun tetap mengusahakan dengan mendatangi para sahabatnya kiranya mereka dapat ikut terlibat dalam membantu menyelesaikan urusan umat ini.

11. Rasululloh SAW, adalah orang yang sangat cerdas. Bahwa tak semua orang yang datang ke rumahnya untuk meminta Bantuan Langsung Tunai (BLT) lantas langsung dikabulkan. Selain tidak semua apa yang diperlukan mereka, selalu ada tersedia, juga dalam kasus orang tertentu, beliau tetap ingin mengedukasi dan mendidik mereka agar tidak gampang meminta-minta.

12. Sebagaimana penuturan Anas bin Malik bahwa seorang lelaki dari kalangan Anshor datang meminta - minta kepada Baginda Nabi SAW. Lalu beliau mengatakan : " Apakah kamu masih punya sesuatu di rumah ? " Saya punya alas pelana ya Rasululloh, satu yang saya gunakan dan satunya lahi saya hamparkan," Jawabnya.

" Coba kalian bawa ke sini," kata Baginda Rasululloh.
Lelaki itu lantas membawa kedua barang itu kepada Baginda Rasululloh SAW. Dan beliau lalu mengambilnya dan bersabda," Siapa diantara kalian yang mau membeli barang ini ? " salah seorang sahabat merespon, "Saya ya  Rasul ingin membelinya dengan 1 (satu) dirham. " Beliau bertanya lagi, "siapa lagi yang mau dengan harga lebih dari itu?" maka berkatalah sahabat yang lain, " Saya mau dengan harga 2 (dua) dirham." Lalu beliau memberikan barang tersebut kepadanya dan meengambil uang 2 dirham tersebut, lantas menyerahkannya kepada sahabat Anshor tersebut. Kepada sahabat Anshor itu Rasululloh berpesan agar dengan 1 dirham ia gunakan untuk membeli makanan dan sisanya agar ditinggalkan untuk istri di rumah dan 1 dirham lagi untuk membeli kapak, setelah medapatkan kapak tersebut kiranya sahabat Anshor itu segera menghadap beliau kembali. Rasululloh segera buatkan gagang kapak tersebut dan setelah memasangnya, lalu Beliau serahkan kapak itu kembali kepada sahabat Anshor itu seraya berpesan. " Sekarang pergilah wahai sahabatku, dengan kapak ini carilah kayu bakar lalu juallah. Aku tak ingin melihatmu 15 hari ke depan."

13. Lalu pergilah ia guna mencari kayu bakar dan alhamdulillah, setelah dijual ia telah mendapatkan keuntungan 10 dirham. Sebagian ia belikan pakaian dan makanan. Lalu ia menghadap Rasululloh SAW. dan lantas Beliau bersabda :

Pekerjaan ini lebih baik bagimu daripada nanti kalian pada hari kiamat akan ada tanda diwajahmu akibat meminta-minta. Sesungguhnya meminta-minta itu tidak baik kecuali karena 3 (tiga) hal : orang yang sangat fakir, odang yang terlilit hutang dan orang yang memiliki tanggungan membayar diyat ( denda sebagai gangi qishash )."
( HR Abu Daud dan Ibnu Majah 

14.Kasih sayang Rasululloh penuh dengan pelajaran. Terkadang Rasululloh langsung mengedukasi, tidak sibuk memberikan ikannya, tapi berusaha mencarikan kailnya, agar dengan kail itu sahabat mau berusaha mencari rizki dan menjauhi dari meminta - minta lagi.

III CARIKAN SOLUSI,BILA KITA TIDAK BISA MEMBANTU ORANG

1. Adakalanya orang lain sedang terdesak dan ia memerlukan bantuan dan  meminta tolong kepada kita, namun diluar dugaan kita sedang tidak berada di tempat atau sedang krisis atau sedang ada halangan lainnya.

2. Sebagai seorang muslim yang baik jangan katakan tidak bisa, jangan buru-buru menyerah, jangan tutup aksesnya, sepanjang memang yang bersangkutan benar-benar membutuhkan bantuan, maka coba usahakan, carikan jalan keluar dengan menghubungi orang terdekat untuk membantu atau membicarakannya kepada Sulthan, orang yang berwenang dan lainnya yang berhak atau dengan orang yang memiliki kemampuan dalam hal ini, siapa tahu lewat kita terbuka akses dan jalan kemudahan dalam membantu meringankan beban sesama.

Dengan demikian tidak ada alasan kita tidak dapat menolong sesama. Inilah yang dimaksud hadits ini

ابلغوا حاجة من لا يستطيع ابلاغ حاجته

3. "Sampaikanlah hajat orang yang dia tidak mampu menyampaikannya (sendiri)."

Baginda Rasululloh SAW adalah orang yang selalu berusaha menolong dan membantu urusan umatnya, dengan usahanya sendiri, dengan tangannya sediri, dan dari kantongnya sendiri.

4. Jika suatu ketika beliau memiliki keterbatasan dan tidak bisa menolong umat dengan tangan dan kantongnya sendiri maka.beliau tidak segan-segan mendatangi sahabat untuk bersilaturrahim dengan mereka, lewat silaturrahim ini beliau punya kesempatan memperbincangkan kesulitan kaum dhuafa sekaligus dibicarakan guna mendapatkan jalan keluarnya.

5. Itulah rahasianya mengapa ketika Rasululloh dalam gundah gulana sepulang bertahannus dari Gua Hira karena bertemu Makhluk yang belum pernah beliau alami dan tak terbayangkan besarnya. 

Dalam keadaan lemah tak berdaya, kepada Ibunda Khadijah beliau mengatakan,
  
"Zammiluunii,zammiluunii  (selimuti aku, selimuti aku)"
Lalu beliau mengatakan kepada Ibunda Khadijah,

"Saya hawatir peristiwa yang baru saja saya alami akan berpengaruh pada kesehatan (mental) saya."
Ibunda Khadijah faham bahwa suaminya baru saja menghadapi pressure dan tekanan psichologis yang luar biasa beratnya. Lalu beliau menghibur suami yang mulia itu dengan pesan-pesan yang mendamaikan:

 Demi Alloh...Sekali-kali Alloh tak kan pernah biarkan Engkau dalam nestapa ini untuk selamanya  wahai suamiku..., karena engkau sosok orang yang gemar silaturrahim, dan engkau pribadi yang ikut memikul beban orang lain, membantu yang papa, memuliakan dan menjamu tamu serta suka menolong kepada sesama di atas jalan yang benar

6.Lihatlah betapa Rasululloh pribadi yang gemar silaturrahim. Dalam silaturrahimnya ke segenap sahabat,  beliau sekaligus memecahkan problem umat dan mencarikan solusi atas himpitan ekonomi yang mendera sahabat. Beliau adalah sosok Pemikul beban ( tahmilul kalla ) Beliau juga sosok Membantu yang papa ( wa taksibul ma'dum ), juga pribadi yang suka Memuliakan dan Menjamu Tamu ( wa taqri dhoif ) dan gemar Menolong sesama dalam kebaikan (wa tu'inu 'ala nawaibil haq)

7. Ketidak mampuan secara finansial keterbatasan dalam segala hal, bukanlah alasan kita menutup peluang untuk dapat menolong sesama kita, menjadi bagian jalan keluar dan solusi bagi orang lain. 

8. Kita masih bisa membuka akses komunikasi dengan para pihak, antara lain dengan Sulthan, dengan Penguasa, Orang yang berwewenang, orang yang mampu, donatur, lembaga-lembaga sosial dan kemanusiaan dan lain-lain.

Bukankah di sekitar kita banyak sekali orang-orang yang benar-benar miskin dan sedihnya, mereka tidak mampu mengkomunikasikan masalah dan kesulitan hidupnya kepada pihak lain.

Padahal orang yang menghardik ( tidak memperhatikan ) urusan anak Yatim dan enggan menyeru memberi makan kepada fakir miskin, itu dianggap sebagai pendusta Agama ( naudzu billah ).  

9. Dengan demikan dipundak kitaa ada tugas dan tanggung jawab memikul beban sesama dan bila kita tidak mampu memberi dari kantong sendiri, masih ada cara yaitu dengan mengajak dan menghubungkan orang lain yang mampu agar membantu dan memberinya. Dengan begitu kita akan terbebas dari claim dan stigma sebagai pendusta Agama.

IV PENCERAHAN ALA KYAI MUHAMMAD DARWIS

1. Di sinilah letak relevansi akan kisah seorang Kiyai, Muhammad Darwis namanya, lebih dari 100 tahun yang lampau tepatnya di Yogya, Beliau ajarkan Al-Qur'an Surat Al-Ma'un selama 8 bulan lamanya.

2. Pada pertemuan pertama, para santrinya diajari membaca dengan tajwidnya. Pertemuan kedua, dikenalkan langgam lagu dan murotalnya. Pertemuan ketiga, ditingkatkan ke pengertian maknanya. Pertemuan keempat, santri diminta menghafalnya. Pertemuan kelima, mereka dijelaskan kandungan tafsirnya. Pertemuan ke enam, dijelaskan makna yang tersurat dan makna tersiratnya. Pertemuan ketuju, para santrinya disuruh merenungkannya. Lantas pada pertemuan ke delapan, diulangi lagi. Pertemuan kesembilan, kembali ke siklus awal. Pertemuan ke sepuluh, begitu seterusnya. Pendek kata setelah 8 bulan berjalan, santri-santri Pak Kiyai merasa bosan, dan sayup-sayup protes kepada Pak Kiyai Muhammad Darwis, mulai muncul, walau sangat beradab.
Suasanya mulai terasa heboh pada waktu itu. Pasti Al-Ma'un lagi, benar-benar gempar Al-Ma'un...

3. Lalu Pak Kiyai dengan santainya menjawab, "Kalian sekarang berani protes, coba apakah ada yang berani maju lalu menghafalnya, menterjemahkan lengkap secara lafdhiyah, terjemahkan secara bebas dan sampaikan maksud dan  kandungan makna dari keseluruhan ayat itu."

Singkat cerita santri-santrinya, beliau gilir maju untuk menjawab soal dan tantangan dari Beliau. Rata-rata membanggakan kemampuan secara kognitifnya. Bahkan ada dari.salah seorang santrinya yang selain hafal ayatnya, bagus suaranya, terjemahan lafdhiyahnya mantap, terjamahan bebasnya ok, penjelasan tafsirnya luar biasa, pemahaman secara tersurat dan tersiratnya membanggakan sekali...luar biasa... semua yang hadir dibuat tercengang.., speechless... terkagum-kagum... 
Tapi Pak Kiyai masih dalam santainya seraya mengatakan... "Sudah.., apakah sudah cukup... atau ada yang masih ingin kasih tambahan lagi...?"
Sampun Pak Kiyai.., Cekap...Sendiko dawuh...

4. Lantas Pak Kiyai mengatakan : " Secara kognitif, kalian semuanya sdh bagus..., tapi  masalahnya adalah bahwa tujuan ayat itu tak hanya cukup disitu...  Ayat itu perlu bukti nyata, ayat tersebut perlu aplikasi dilapangan, ayat itu harus diamalkan.., wahai santriku semuanya." Demikian kata Pak Kiyai.

Akhirnya semuanya jadi diam dan masing-masing menahan malu...

5. Mulai hari itu Pak Kiyai bersama dengan  para santrinya menjadikannya momentum awal bagi Kebangkitan dan berdirinya Lembaga Sosial ( Panti Asuhan dll. ) dan menyusul Lembaga Pendidikan ( Sekolah Sekolah )  cikal bakal berdirinya Universitas dan Lembaga Kesehatan ( Klinik, Rumah Sakit dan lain lain ) serta.lembaga-lembaga lainnya.

6.Tentu saja berdirinya lembaga kemanusiaan, pendidikan kesehatan dan lain sebagainya harus diniyatkan mencari ridlo Alloh serta untuk memerangi kebodohan, mengejar ketertinggalan, bangkit dari kelemahan dan minimal menjadi  penyambung komunikasi yang terputus antara kaum dhuafa lemah dan papa dengan para Sulthan, Pihak yang diberi kewenangan, para Aghniya, donatur dan mereka yang konsen pada urusan mereka.

 فمن ابلغ سلطانا حاجة من لا يستطيع ابلاغها ثبت الله تعالى قدميه على الصراط يوم القيامة

7. Maka bagi orang yang bisa menyampaikan kepada sulthan, hajat orang yang( dia sendiri ) ga mampu menyampaikan hajatnya, maka Alloh SWT akan memantapkan kedua kakinya ( stabil ) di atas (jembatan) shirotol mustaqim pada hari kiamat kelak.

8.Sungguh berbahagia sekali bagi mereka yang mampu hidup dalam Iman dan  Amal shaleh serta dapat mendesain hidupnya menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamanya, dimana  tenaga, fikiran, jiwa,raga, ilmu, harta dan perananya selalu mendukung usahanya untuk menolong yang dhuafa dan papa bahkan dalam  kesulitan dan keterbatasannya tetap bisa menolong mereka yang membutuhkan, dengan cara menghubungkannya kepada pihak yang berwewenang dan berpunya untuk mendapatkan solusinya.

9. Bersyukur sekali bila yang bersangkutan terlibat aktif dalam pendirian Lembaga-lembaga Sosial Kemanusian, Pendidikan Kesehatan dan lain-lain serta terlibat aktif dalam segenap aktifitas dalam deruh gegap gempitanya.

10. Semoga mereka diselamatkan oleh Alloh diatas jembatan Sirothol Mustaqiim hingga sampai di Surga-Nya, Aamiiin.

Wallohu a'lam
Samarinda, 29 Agustus 2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi