Metode Pembelajaran Ilmu Pesantren yang Dirintis K.H. Salim Achyar di YTP

Metode Pembelajaran  Ilmu Pesantren yang Dirintis K.H. Salim Achyar di YTP

Oleh: Sudono Syueb
Alumni Pontren YTP, Kertosono

ASSUAIBY.COM,SURABAYA-
Metode Pembelajaran Ilmu Pesantren yang dirintis K.H. Salim Achyar Allahuyarham sebetulnya sama dengan  Pesantren Salafiyah Syafiiyah yang ada di lndonesia lainnya. Hal ini bisa dipahami karena K.H. Salim Achyar adalah alumni Ponpes Tebu Ireng asuhan K.H. Hasyim Asy'ari.
Bedanya, metode terjemah lafzhiyah kitab-kitab rujukan bahasa Arab dengan menggunakan bahasa lndonesia secara simpel, dengan tidak meninggalkan kaidah Nahwu Saraf dan ilmu alat yang lain. Dikatakan simpel karena metode terjemah yang diajarkan Yai Salim tidak menyertakan semua simbol-simbol Nahwu, tetapi para santri diajari memahami posisi kalimat dalam kalam bahasa Arab secara tepat dan bertanggung jawab. Apakah kalimat itu jadi mubtada', khabar, na'at, tamyiz, dll.

Sementara itu di Jawa hampir semua pesantren, sistem terjemah lafzhiyahnya menggunakan bahasa Jawa Pegon lengkap dengan kaidah Nahwu Sarafnya. Misalnya, kata الحمد diterjemahkan dengan "utawi sekabehane puji." Kata "utawi" adalah simbol dari mubtada'. Dalam Ilmu Nahwu, biasanya di atas kalimat yang jadi mubtada' itu dikasih simbol م singkatan dari "mubtada'". "Utawi ", diindonesiskan semakna dengan "adapun". 

Itulah keberanian Yai Salim untuk menggunakan terjemah lafzhiyah kitab-kitab standard pesantren dengan bahasa lndonesia tanpa mengurangi kaidah Nahwu Sarafnya. Hasilnya cukup memuaskan, hampir semua santriwan dan santriwati Pontren YTP, bisa membaca "kitab kuning" dengan benar dan bisa memahami kandungan kitab kitab itu secara bertanggung jawab.

Tahun 1949an, metode Yai Salim itu sangat asing dan aneh. Karena itu banyak yang mencibir. Yai Salim bergeming. Sistem pengajaran pesantren YTP terus berlanjut sampai beliau dipanggali Allah tahun 1974.

Setelah Yai Salim wafat tahun 1974, keberlangsungan Pontren YTP diteruskan oleh K.H. Mustain Kastam, biasa dipanggil Yai Tain, yang waktu itu masih berumur 25 tahunan, muridnya Yai Salim sendiri. 
Diamanahi untuk meneruskan kepengasuhan Pontren YTP itu, bukan karena Yai Tain kerabatnya Yai Salim, tapi lebih pada kemampuan Yai Tain menguasai Metode Ilmu Pesantren yang dirintis oleh Yai Salim. 

Apakah anaknya Yai Salim tidak ada yang mampu menguasai ilmunya Yai Salim?. Ada, tapi anaknya perempuan dan belum menikah.

Karena yang meneruskan kepengasuhan Pontren YTP itu muridnya Yai Salim sendiri yang mumpuni, maka Metode Pembelajaran Ilmu Pesantren yang dirintis Yai Salim tetap terjaga dan eksis sampai sekarang.

Ketika Yai Tain wafat pada tahun 1996, kepengasuhan Pontren YTP diteruskan oleh muridnya Yai Salim juga, yaitu K.H. Ali Manshur, ketepatan masih adiknya Yai Tain sendiri. Dengan begitu, metode pembelajaran ilmu pesantren yang dirintis Yai Salim tetap eksis sampai sekarang.

Kita bisa bayangkan, umpama pengasuh utama Pontren YTP itu bukan alumni YTP yang tidak faham metodenya Yai Salim, YTP pasti berubah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi