DARI MAKAM JERMAN

DARI MAKAM JERMAN

Catatan : Amam Fakhrur

Sebelum saya bekerja di Megamendung, Bogor, saya sudah seringkali pergi ke Megamendung untuk suatu keperluan. Dari arah Jakarta, setiap kali saya sampai di pertigaan Gadog, saya baca papan petunjuk bertuliskan “Makam Jerman”.  

Saya penasaran mengapa  di Indonesia ada situs makam Jerman. Yang pernah menjajah nusantara kan hanya Belanda dan Jepang. Tidak ada dalam buku sejarah kalua Jerman pernah menjajah nusantara.

Selama lima bulan terakhir ini saya telah bekerja di Megamendung, belum juga dapat mewujudkan kehendak untuk berkunjung ke makam itu. Baru beberapa waktu lalu saya dapat berkunjung. Berkunjung setelah keinginan itu “membuncah”. 

Komplek makam itu rupanya tak jauh dari markas saya, hanya berjarak sekitar 3 km. 
Dengan mengendarai motor bersama Rudi, rekan dekat saya. Kami menuju komplek makam itu. Hanya membutuhkan sekitar 20 menit untuk sampai ke lokasi. Di kaki Gunung Pangrarango,  desa  Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Terletak di area perkebunan PTP VIII.
 Melewati perkampungan di kiri kanan jalan. 

Mengendarai motor dengan kecepatan lambat, tidak berani laju. Selain karena jalannya tidak lebar, juga karena  banyak lalu lalang orang. Hanya sekitar 1 kilometer, jelang sampai lokasi itu jalan sepi. Maklum sudah masuk area perkebunan. Tidak ada papan nama yang mencolok, hampir saja kami kelewatan. Untung mata saya memandang bangunan  bercat putih. Saya parkir motor dan kemudian mendekat. Bangunan itu adalah tugu peringatan, di komplek makam Jerman. 

Kami telah sampai di lokasi, sekitar jam 10.00 WIB.
Komplek makam itu tidak terlalu luas, hanya sekitar  300 meter. Untuk sampai di pintu masuk, dari jalan beraspal, kami melewati jalan setapak, jalan tanah berbalut akar pepohonan. Tidak jauh sih…, hanya sekitar 20 meter. Pagarnya pendek, tidak tinggi. Yang berpagar beton, berada di undakan  atas, selebihnya dari tumbuhan. Tidak tinggi, hanya sekitar 1 meter. Di depan pintu masuk, di sebelah kiri ada pohon beringin. Sepertinya sudah berusia tua banget. Informasinya, di bawah pohon itu dahulu pernah untuk lokasi shooting salah satu televisi nasional, acara “Uka-Uka”.

Tak ada kelihatan penjaga makam. Suasana sepi. Kami memberanikan diri untuk masuk. Di sebelah kiri pintu masuk, terdapat tugu. Ukurannya agak kecil. Terdapat tulisan “ Deutsoher Soldatenfriedhof, Tuga Peringatan Untuk memperingati prajurit yang telah gugur”. Di bagian bawahnya tertulis “ Kedutaan Besar Republik Federal Jerman di Jakarta”. 

Adapun di undakan bagian atas,  ada tugu utama , berukuran 4 meter . Di kiri dan kananya, terdapat  patung mungil ganesha dan Buddha. Dibagikan atas diuntai dengan tulisan berbahasa Jerman.Diperoleh penjelasan, kurang lebih maksud tulisan itu  adalah sebagai  penghargaan kepada prajurit - prajurit Jerman yang pemberani, yang gugur di kawasan Asia Tenggara. 

Dan ada tulisan tahun 1941. Di tahun 1941 telah  terjadi Perang Dunia 1 yang Jerman terlibat dalam peperangan itu. Berarti tugu itu adalah didedikasikan untuk sejumlah prajurit Jerman yang pemberani yang gugur dalam Perang Dunia I, di kawasan Asia Tenggara. Mereka gugur dalam tragedi setelah kapal selam ditembaki oleh lawan. Di bagian bawah ada tulisan dua nama. Konon keduanya adalah pemilik perkebunan itu. Dan ada tulisan tahun 1926, berarti tugu itu dibangun 1926.

Di komplek makam itu ada sepuluh makam. Di barisan paling depan terdapat dua makam. Di masing-masing dua makam itu, ada tulisan berbahasa Jerman “ubekkan”, artinya tidak di kenal. Selainnya, ada di dua deret berikutnya.  Di nisan delapan makam ditulis nama masing-masing yang telah dimakamkan. Dan di setiap batu nisan delapan makam itu didesign berbentuk “ Eisernes Kreus” atau salib baja simbul militer Jerman.

Sebuah pertanyaan, mengapa ada orang Jerman di makamkan di tempat itu? Dari bacaan saya,dan dari ceritera yang berkembang, konon lokasi itu dahulu adalah bagian milik orang Jerman. Ia pengusaha perkebunan teh. Mulai tahun 1942. Jepang menguasai Hindia Belanda, sejumlah tentara Jerman turut datang. Entah apa motivasinya. Apakah  turut bersama Jepang, karena tertarik atas rempah-rempah hasil bumi Indonesia atau karena terkait Perang Dunia II.

Di tahun 1944- 1945, sejumlah tentara Jerman  meninggal, dimakamkan di tempat itu. Meninggal di sejumlah tempat yang berbeda. Entah apa sebab meninggalnya tentara Jerman itu. Bisa jadi sebagiannya terbunuh karena terkait Perang Dunia II atau  sebagiannya terbunuh karena salah sasaran perlawanan  rakyat Indonesia terhadap tentara Belanda yang tengah menjajah. Bisa salah sasaran, karena fisik orang Jerman yang mirip dengan orang Belanda. Atau ada sebab lain.  Yang jelas  dimakamkan di tempat itu  adalah  tidak terlepas karena faktor  sang pemilik lokasi. Lokasi perkebunan yang ketika itu milik orang Jerman.

Setelah cukup menikmati suasana di komplek makam itu,suara adzan dzuhur berkumandang, Kawan saya, Rudi  mengajak pulang. Sekitar dua jam kami berada di komplek makam itu. 

Di jelang menghidupkan stater motor, ada seorang lelaki tua lewat. Nampaknya ia lagi pulang berkebun. “Apa memang di tempat ini selalu sepi Pak..”, tanya saya kepadanya. Ia menjawab, “ jarang-jarang ada pengunjung ke sini, Pak”. “ Tapi kalau bulan sebelas (Nopember), minggu ke tiga ramai sekali”, ia menambahkan. Ramai karena pihak kedubes Jerman mengadakan upacara miiter di tempat itu.

Mungkin ada yang bertanya untuk apa saya  berkunjung ke makam itu. Kan mereka yang dimakamkan di tempat itu tidak ada kesamaan latar belakang apapun dengan saya.Kecuali sama-sama manusia. 

Bagi saya dari sudut tertentu suatu kunjungan ke makam terdapat kemulyaan-kemulyaan. Sangat tergantung motivasinya. Mereka yang dimakamkan adalah manusia, para prajurit yang harus siap menunaikan tugas  ketika itu. Belajar sisi tertentu kebudayaan  bangsa-bangsa, adalah kebaikan.

Lantas apa i’tibar setelah berkunjur ke Makam Jerman ? Setidaknya dapat belajar dan menikmati sejarah. Juga mengingatkan saya, bahwa kehidupan manusia pasti berakhir dengan cara masing-masing, sesuai kehendak-Nya. Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi