MEMBESARKAN MUHAMMADIYAH

MEMBESARKAN MUHAMMADIYAH

Oleh: Amrozi Mufida
Anggota MPK PDM Lamongan

Disampaikan dalam Pengajian Rutin di Masjid Asy-Syifa' RSM Lamongan pada Kamis, 18 Agustus 2022, Pkl 12.00-12.30 WIB

1. Sebagai Ormas Islam di Indonesia, keberadaan Muhammadiyah sudah sangat diakui. Bukan saja karena sudah melayani bangsa sejak negara yang bernama Indonesia ini berdiri, namun karena Muhammadiyah tidak pernah berhenti menebar kebaikan untuk negeri. Seperti matahari yang menjadi simbolnya, Muhammadiyah tidak pernah berhenti menyinari semesta Indonesia. Bahkan sudah merambah ke luar negeri. 

2. Namun, angka-angka yang dirilis sejumlah lembaga survei di Indonesia menyebutkan bahwa prosentase jumlah anggota dan simpatisan Muhammadiyah ternyata tidak banyak. Misalnya, survei Alvara Research Center (ARC) tahun 2016, secara umum masyarakat Indonesia mengenal Muhammadiyah 94,3%, sedangkan NU 97%. Tapi, mereka yang berafiliasi dengan Muhammadiyah hanya 14,6%, sedangkan NU 50,3%.

3. Di Majalah Suara Muhammadiyah, nomor 14, 16-31 Juli 2022, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si, mengingatkan angka-angka yang dirilis lembaga survei dapat dijadikan sarana untuk bermuhasabah diri agar tidak merasa berada di zona aman dan nyaman dalam pergerakan membawa Muhammadiyah menjadi unggul dan memperoleh dukungan positif dari masyarakat seluas-luasnya untuk kepentingan dakwah dan tajdid membangun khaira ummah (umat terbaik). 

4. Oleh karena itu, kata beliaunya ada 5 (lima) kekuatan yang dimiliki Muhammadiyah untuk membesarkan Muhammadiyah, yaitu reaktualisasi nilai gerakan, optimalisasi peran pimpinan, revitalisasi regulasi organisasi, pengembangan pemikiran, dan revitalisasi amal usaha. 

5. Pertama, Muhammadiyah dituntut untuk menghadirkan pikiran-pikiran baru yang dapat menjadi acuan hidup bagi kehidupan umat manusia yang berada dalam alam modern abad ke-21. Kedua, Menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah dituntut memiliki komitmen, integritas, pemikiran, etos kerja, kemampuan, dan pengkhidmatan yang tinggi dan progresif. Ketiga, Setiap organisasi modern harus dikelola oleh orang-orang yang juga berintegritas, sigap, cerdas, berkeahlian, berwawasan, dan memiliki etos kerja yang berkemajuan. Keempat, Ketika pemikiran-pemikiran Islam dan kontemporer makin berkembang dengan kecenderungan serba ekstrim, maka pemikiran Muhammadiyah yang bersifat tengahan (wasathiyah, moderat) dalam bingkai pandangan Islam yang berkemajuan, sungguh penting untuk diaktualisasikan sebagai alternatif pemikiran yang lebih unggul. Kelima, Amal usaha merupakan kekuatan strategis Muhammadiyah. Tanpa amal usaha, Muhammadiyah hanya akan menjadi gerakan wacana minus perbuatan. Islam justru menjadi nyata karena amaliyah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi