AMANAT MEMIMPIN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH

AMANAT MEMIMPIN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH


Oleh: Ust. Amrozi Mufida
(Anggota MPK PDM Lamongan)

Disampaikan di Pengajian Rutin Pembinaan Karyawan RSM Lamongan pada Kamis, 15 September 2022, Pkl 12.00-12.30 WIB, di Masjid Asy-Syifa', RSM Lamongan

1. Alhamdulillah, amal usaha Muhammadiyah (AUM) makin tumbuh dan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan AUM di daerah-daerah sangat membanggakan. Dengan pertumbuhan dan perkembangan AUM itu, tentu merupakan sesuatu yang sangat positif bagi kelangsungan gerakan Muhammadiyah dalam usaha-usaha memajukan ummat dan bangsa. Sebab hanya melalui amal usaha atau karya nyata, ummat Islam di negeri ini akan terukur tingkat kemajuannya menuju kehidupan yang lebih berkeunggulan selaku Khairu Ummah, sebagaimana firman Allah SWT, QS Ali Imran (3): 110

كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله    

2. Namun, di balik tumbuh-kembang AUM yang menggembirakan itu, terjadi pula masalah-masalah yang menjadi beban bagi Muhammadiyah, seperti konflik ketika terjadi suksesi kepemimpinan, yang seringkali berbuntut panjang

3. Menurut Bpk Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si, Ketua Umum PP Muhammadiyah, ada tiga faktor yang menjadi penyebab konflik ketika terjadi suksesi kepemimpinan, dan biasanya saling terkait. 

Pertama, faktor keringnya nilai gerakan. Mereka yang terlibat dalam konflik biasanya karena tidak menjiwai spirit dalam ber-Muhammadiyah. Dalam Muhammadiyah, jabatan harus diletakkan dan dipahami sebagai amanat yang harus dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat. Jabatan tidak dilihat sebagai kedudukan yang terdapat daya tarik duniawi, seperti kekuasaan, uang, fasilitas, dan prestise sosial yang harus diperebutkan. Jabatan tidak boleh diminta, dicari, dan diusahakan. Tetapi, apabila Persyarikatan menugaskan, maka jangan ditolak. 

Kedua, faktor ketidakpahaman. Mereka tidak paham dengan mekanisme suksesi yang berlaku dalam AUM. 

Ketiga, faktor persilangan kepentingan. Amal usaha yang mengalami konflik, biasanya sedang tumbuh besar. Ibarat pepatah, ada gula ada semut. Di sana banyak kepentingan, baik di dalam maupun di luar. Boleh jadi, mereka memiliki niat baik untuk memajukan, tetapi caranya yang berbeda sehingga terjadi konflik. 

4. Oleh karena itu, ada empat pemecahan secara tersistem yang harus diletakkan dan dicarikan sebelum adanya gejala konflik dalam AUM. 

Pertama, ikhtiar melakukan usaha preventif jauh lebih penting daripada tindakan memadamkan api yang telah tersulut, yaitu melakukan peneguhan komitmen semua pihak, baik di amal usaha maupun persyarikatan, yang berbasis pada ideologi gerakan. Nilai-nilai dasar Kemuhammadiyahan harus dijadikan pondasi, bingkai, dan orientasi dalam mengelola amal usaha, sehingga dapat meredam dan mengalahkan hal-hal yang bersifat kepentingan duniawi. 

Kedua, bahwa jabatan, kekuasaan, uang, fasilitas, prestise, dan apapun yang bersifat fisik-material memang penting, tetapi apabila tidak didasari oleh nilai-nilai ideologis, seperti keyakinan, pandangan, pemikiran, spiritual, moral, dan prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah, maka hal-hal yang bersifat duniawi akan berubah menjadi beban, masalah, dan fitnah. 

Ketiga, AUM harus melakukan pembinaan-pembinaan ideologis Kemuhammadiyahan bagi seluruh pengelolanya, termasuk para pejabat strukturalnya. Laksanakan kegiatan Baitul Arqom, Darul Arqom, Pengajian Khusus, berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah, sosialisasi tuntunan-tuntunan agama hasil keputusan Majelis Tarjih, dan lain-lain, secara reguler dan tersistem. Sehingga terbentuk alam pikiran, sikap, dan tindakan yang sejalan dengan prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah

Keempat, siapapun yang berkiprah dan memimpin AUM harus menyadari sepenuhnya bahwa jabatan merupakan amanah yang harus ditunaikan dengan pertanggungjawaban moral dan organisasional yang tinggi. Laksanakan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh ketika diberi mandat dan jangan terus ingin mempertahankan jabatannya apabila telah dipandang cukup oleh Pimpinan Persyarikatan. Siapapun yang berkiprah di AUM dan diberi amanat memimpinnya harus berkomitmen kuat menjadikan AUM sebagai wahana pelaksanaan misi Muhammadiyah untuk menggerakkan dakwah dan tajdid menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Perhatikan QS Ash-Shaf (61):4

إن الله يحب الذين يقاتلون في سبيله صفا كأنهم بنيان مرصوص

Juga QS Al-Baqarah (2): 208

يايها الذين أمنوا ادخلوا في السلم كافة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi