MUHAMMADIYAH GERAKAN ISLAM BERKEMAJUAN

 MUHAMMADIYAH GERAKAN ISLAM BERKEMAJUAN


Oleh : Dr. H. Nur Raihan, MA.

(Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta, Periode 2015-2022)

 

A.  Situasi dan Kondisi yang Melatarbelakangi Muhammadiyah Berdiri

Muhammadiyah merupakan lembaga keagamaan yang memiliki corak pemikiran reformis-modernis dalam upaya menjawab tantangan dan persoalan pada setiap zamannya. Muhammadiyah lahir dipengaruhi faktor subjektif dan objektif, dimana Ahmad Dahlan  yang sekaligus intelektual muslim pada zamannya. Kepribadiannya yang peka terhadap persoalan umat dan bangsa, seorang ulama yang berfikiran praktis dan memiliki jiwa reformis (pembaharu). 

1.  Faktor Subjektif

Tidak hanya itu, dia juga seorang ulama bertipe ulama praktis, bukan ulama teoritis, hal ini terbukti antara lain dari pengajian tafsir yang dilakukannya yakni menggunakan metode tematik yakni memulai dari ayat-ayat yang paling mudah difaham dan mudah diamalkan. Selanjutnya, pemikirannya dipengaruhi para tokoh pembaharu Islam, khususnya dari kawasan timur tengah. Beberapa tokoh di antaranya Taqiyuddin ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abd al Wahhab, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh. Dari beberapa penelitian disebutkan bahwa tokoh-tokoh tersebut memiliki kontribusi yang sangat signifikan dalam hal membangkitkan semangat Izzul Islam Wal Muslimin.

Faktor subjektif yang sangat kuat, bahkan dapat dikatakan sebagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah  berasal dari hasil pemahaman dan pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap Al Qur’an, baik dilakukan dengan cara gemar membaca maupun menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Ia telaah sedemikian teliti sampai dipertanyakan juga kalau ada sebab-sebab yang menjadikan sesuatu ayat diturunkan (ashabul nuzul). Sikap KH. Ahmad Dahlan sebagaimana yang tersimpul dalam Al Qur’am Surat An Nisaa ayat 174-175: Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Quran). Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya, pasti Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya. (QS. An Nisaa: 174-175) Dalam Surat Muhammad, ayat 24 juga disebutkan: Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci? (QS. Muhammad: 24)

2. Faktor Objektif

Sementara faktor objektif terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi lemahnya pemahaman umat terhadap ajaran Islam, ketidakmurnian ajaran Islam, dampak buruk penjajahan oleh Belanda dan lemahnya lembaga pendidikan Islam. Sementara faktor objektif  eksternal berupa pengaruh kebangkitan Umat Islam Internasional, penetrasi bangsa-bangsa Eropa terhadap Indonesia dan adanya gerakan pembaharuan dalam dunia Islam serta gerakan Kristenisasi di Tengah-Tengah Masyarakat Indonesia.  

B. Konsep Islam Berkemajuan

Dalam Buku Risalah Islam Berkemjuan disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah yang membawa misi Islam Berkemajuan yang sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri. Apabila dipahami dan diamalkan dengan benar, Islam akan melahirkan umat yang unggul dan peradaban yang maju. Islam berasal dari akar kata yang menandung makna naik atau maju, sehingga Islam adalah sesungguhnya agama yang mempertinggi, serta menaungi keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan dan kemrosotan moral.

Muhammadiyah sebagai ormas yang berpengaruh di Indoensia memiliki ciri khas atau membawa misi Islam berkemajuan dengan tajdid (pembaharuan). Hal ini karena dalam menjalankan ajaran agama, Umat Islam harus menjawab dinamika dan tantangan baru yang belum pernah muncul pada masa-masa sebelumnya. Jadi, tajdid, disini berfungsi memberikan solusi bagi persoalan yang tengah dihadapi bangsa dan umat Islam khususnya sekaligus juga melahirkan gagasan-gagasan baru yang selaras dengan kemajuan era industry 4.0.

            Lebih lanjut, dalam buku tersebut dijelaskan konsep-konsep dasar yang berorientasi kemajuan untuk dipahami bersama agar Muhammadiyah tetap berada dalam koridor kemajuan, diantaranya sebagai berikut:

 1. Karakteristik Islam Berkemajuan

Dalam menjalankan misi untuk mencapai cita-cita kejayaan Islam yang membawa kemashlahatan umat manusia, Muhammadiyah merumuskan beberapa ciri Islam Berkemajuan (al-Islam al-Taqadummi), karena Islam menjadi kekuatan pendorong bagi kemajuan manusia. Muhammadiyah sendiri mengembangkan cara pandang yang berkemajuan atas Islam yang dirumuskan dalam karakteristik lima (al-Khasna’ishu al-Khamsu), yaitu: pertama, berlandaskan Pada Tauhid (al-Mabani ‘ala al-Tauhid), artinya bertauhid berjuang untuk menyemaikan benih-benih kebenaran dan kebaikan seperti perdamaian, kemashalahatan dan kesejahteraan. Selain itu, tauhid akan membawa kepad sikap kritis saat melihat ketimpangan ketidakwajaran dan ketidakadilan dalam masyarakat, sebuah perwujudan dari kemurnian aqidah. Kedua, berlandaskan pada Al Qur’an As Sunnah (al-Ruju’ ‘ila al Qur’an wa al-Sunnah), dalam hal ini al-Qur’an dan as-Sunnah menjajarkan kebenaran (al-haqq) dan juga kebajikan (al-birr) sehingga setiap persoalan perlu dilihat dari sudut pandang benar atau salah, juga sisi baik dan buruk. Ketiga, Menghidupakan Ijtihad dan Tajdid (ihya’ al-Ijtihad wa al-Tajdid). Implementasi dalam Islam berkemajuan adalah menghidupkan ijtihad melalui pemanfaatan akal dan ilmu pengetahuan yang dilakukan secara terus-menerus agar melahirkan pemahaman yang sesuai dengan tujuan agama dan dengan problem-problem yang dihadapi oleh umat manusia. Tajdid, diperlukan karena pemahaman agama selalu menghadapi tantangan zaman dan situasi masyarakat yang terus berubah. Dua hal ini yang perlu dipadukan dalam rangka mencapai kemajuan bangsa dan umat Islam secara khusus. Keempat, Mengembangkan Wassthiyah (Tummiyat al-Wasathiyah). Implementasinya Islam sendiri seungguhnya adalah agama wasathiyah (tengahan) yang menolak ekstremisme dalam beragama baik dalam bentuk  sikap berlebihan (ghuluw) maupun sikap pengabaian (tafrith). Kelima, Mewujudkan Rahmat bagi Seluruh Alam (Tahqiq al-Rahman li-‘Alamin). Disini Islam harus dihadirkan sebagai pendorong bagi terciptanya perdamaian dan kerukunan dan ditengah-tengah situasi ketidakadilan, maka ia harus ditampilkan sebagai agama yang mewujudkan keadilan dan menghilangkan kedzaliman. 

2. Manhaj Islam Berkemajuan

Masih dalam buku, “Risalah Islam Berkemajuan” dalam memahami agama, diperlukan manhaj (cara) untuk memahami dan memaknai ajaran agama dan mengembangkan pemikiran keagamaan secara benar. Manhaj Islam berkemajuan (al-Islam al-Taqadummi) ini digunakan agar pemahaman dan pemaknaan atas nash dan pengembangan pemikiran yang diperoleh dari al-Qur’an dan al-Sunnah dapat dipertanggungjawabkan atas prinsip-prinsip agama dan akal pikiran. Manhaj Islam berkemajuan dapat dijelaskan sebagai berikut:  pertama, sumber ajaran Islam. Ini artinya adanya pemahaman baru yang selaras dengan kebutuhan umat dan tidak bertentangan dengan nash-nash yang lainnya. Kedua, dimensi ajaran Islam yaitu aqidah (keyakinan), ibadah (perwujudan dan ketundukan seorang muslim kepada Allah), muamalah (berinteraksi sosial dalam kehidupan masyarakat). Ketiga, tiga pendekatan yaitu bayani (menggunakan teks), pendekatan burhani (menggunakan akal), pendekatan Irfani (menggunakan hati). Keempat, Ijtihad berkelanjutan yaitu berbekal hasil ijtihad para ulama pada masa lalu dalam konteks ruang dan waktu tertentu, maka sekarang ini melanjutkan atau menghidupkan lagi ijtihad sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan (ayat kauniyah) yang semakin maju dalam segala bidang. Kelima, akal dan ilmu pengetahuan, artinya ilmu pengetahuan dan agama tidak perlu dipertentangkan, sebaliknya beragama yang tidak melibatkan ilmu pengetahuan maka akan menjadi keberagamaan yang terbelakang. Keenam, mazhab keagamaan yaitu sejalan dengan sikap yang tidak terikat pada mazhab tertentu ini, dalam bidang tasawuf telah dibangun pandangan tersendiri yaitu bentuk tasawuf berkemajuan yang berupa akhlaq (moral), ihsani (etos) dan ijtima’i (sosial). Ketujuh, kemuliaan manusia artinya ajaran agama yang memuliakan manusia dengan menganggap penting pengetahuan, akhlak mulia, kesejahteraan, keadilan, kedamaian dan penghargaan terhadap kemanusiaan. 

C. Gerakan Muhammadiyah dalam Islam Berkemajuan

Dalam  buku, “Risalah Islam Berkemjuan” dijelaskan Muhammadiyah  yang membawa umat Islam menuju kemajuan dengan ruang lingkup pergerakan yang luas. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia akan dipikirkan oleh organisasi Islam Muhammadiyah ini. Muhammadiyah dengan mengusung konsep Islam berkemajuan menempuh gerakan-gerakan sebagai berikut: pertama, gerakan dakwah  misi utama agama Islam adalah dakwah yang membebaskan manusia dari zaman kedzaliman pada awal Islam diturunkan menuju situasi dan kondisi yang penuh disinari dengan kebenaran, ini sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut: Alif Lām Rā. (Ini adalah) Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan pada cahaya (terang-benderang) dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. (QS. Ibrahim:1) Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa umat Islam memiliki kewajiban menyampaikan misi dakwah sepanjang masa perjalanan umat manusia guna membebaskan manusia dari segala bentuk kedzaliman, ketidakadilan, kewenang-wenangan, keterbelakangan, kebodohan, kejahatan dan lain sebagainya.

Setelah berhasil menyelesaikan dan melepaskan diri dari belenggu kemungkaran itu, langkah selanjutnya yaitu membangun kehidupan manusia yang maju berdasarkan prinsip-prinsip agama: pertama, mandat manusia yaitu Allah SWT telah memberikan mandat dakwah kepada manusia dalam usaha menjadi hamba (‘abd) yang taat dan khalifah (wakil) dimuka bumi ini, guna mengelola alam serta berusaha melestarikan lingkungan yang banyak menampung banyak makhluk. Kedua, dakwah, Amar Ma’ruf, Nahi Mungkar. Dakwah yang dimaksudkan disini adalah dakwah yang bersifat pencerahan dalam praktiknya dilakukan dalam bentuk ajakan kepada kebajikan (al-da’wah ila khayr, bentuk dorongan untuk melaksanakan amal kebaikan (al-amr bi al-ma’ruf) dan bentuk pencegahan kemungkaran (al-nahy ‘an al-munkar)..Ketiga, dakwah berbasis budaya, dalam hal ini Muhammadiyah menempuh jalan dakwah berbasis budaya untuk menjawab tantangan zaman dan memberikan apresiasi terhadap budaya yang berkembang serta menerima dan menciptakan baru yang lebih baik sesuai dengan pesan Islam sebagai rahmatan li al-‘alamin. Keempat, dakwah di tengah keragaman, Muhammadiyah terus merajut keberagaman tersebut secara positif dan bijaksana serta mengajak pemeluk semua agama yang hidup di Indonesia untuk mengajarkan perdamaian, keadilan, persamaan dan penghargaan terhadapi semua manusia. Kelima, hubungan antarumat beragama.  “Sikap al-Qur’an terhadap keragaman agama ditegaskan dengan pernyataan “lakum dinikum waliyaddin” (QS. al-Kafirun: 6) yang menunjukkan pengakuan adanya agama-agama selain Islam.” Kendati demikian, bukan berarti Allah akan menjadikan semua manusia menganut agama tertentu atau Islam. ketujuh, kerja sama dalam kebajikan dan taqwa yaitu kerjasama yang dikembangkan pada usaha-usaha memperbaiki keyakinan, peribadatan, akhlak dan muamalah atau pengelolaan kehidupan bersama. Kedua, gerakan tajdid. Gerakan tajdid diwujudkan dalam usaha terus-menerus mengkaji ajaran Islam, mengembangkan pemahaman dan pemikiran serta melakukan purifikasi akidah dan dinamisasi muamalah dengan merujuk kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Ketiga, gerakan ilmu. Gerakkan ilmu Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk pengembangan lembaga-lembaga pendidikan, dari prasekolah, sampai pendidikan tinggi, forum-forum pencerahan, pusat-pusat riset, inovasi, serta pertemuan-pertemuan   untuk mempercepat peningkatan capaian ilmiah. Keempat,  gerakan amal. Islam adalah agama yang lebih mementingkan amal sebagai manifestasi dari  iman yang berorientasi pada pemecahan problematika kehidupan yang disalurkan dalam bentuk lembaga-lembaga zakat, infak dan shadaqah. Dengan begitu, amal saleh tidak lagi dilakukan secara individual, tetapi melalui organisasi Muhamadiyah dengan dukungan sumber daya manusia yang handal dan amanah.

 D.  Tantangan Muhammadiyah dalam Membangun Islam Berkemajuan

Sebaik-baiknya panduan dan rujukan kehidupan adalah al-Qur’an dan as-Sunnah yang telah terbukti mengantarkan manusia kepada suatu zaman keemasan Islam pada masa lampau. Namun sampai era reformasi masih umat Islam masih mengalami kemunduran di segala bidang sehingga negara-negara besar dengan leluasa menguasai sumber daya alam negara-negara Islam, termasuk Indoensia, bahkan sampai hari pun penjajahan terselubung masih terjadi di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Dengan kondisi perpolitikan, sosial dan ekonomi seperti sekarang ini, Muhammadiyah dituntut hadir dalam membebaskan umat Islam dari segala macam bentuk penjajahan baru (neo-kolonialisme), terutama menyangkut kedaulatan negara yang akhir-akhir ini sering mendapat intervensi asing, dalam upaya mengeruk sumber kekayaan sumber daya alam Indonesia. Memang, Muhammadiyah bukan partai politik, tetapi melalui bidang politik dapat memberikan masukan kepada pemerintah agar lebih mengedepankan kesejahteraan rakyat daripada menyerahkan pengelolaan sumber daya alam kepada asing.

Kemudian, Muhammadiyah dihadapkan pada tantangan besar yaitu bidang ekonomi yang mengakibatkan masalah kemiskinan dan kebodohan terus berlanjut, baik dialami masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Disinilah, Muhammadiyah harus menghadirkan sistem ekonomi syariah yang lebih mengedepankan azas keadilan dan pemerataan sebagai solusi dalam kehidupan umat Islam. Dengan demikian, Umat Islam akan berkemajuan dalam segala bidang karena dapat mengimplementasikan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Hadits.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi