Tarjamah Lafzhiyah: Kunci Memahami al-Qur’an
Tarjamah Lafzhiyah: Kunci Memahami al-Qur’an
(Sebuah Pengantar)
Bukhori at-Tunisi
(Alumni Ponpes YTP, Kertosono)
Tidak semua orang itu “alim”, sehingga seseorang kualifaid untuk
menyampaikan keilmuannya. Ada yang setengah alim, apa saja disampaikan
seolah-olah “expert” (ahli) dalam banyak bidang dan multi talenta. Padahal sejatinya
hanya copy-paste dari tulisan tokoh, Youtube, atau media lainnya
yang memang banyak tersedia di Mbah Goegle, bukan dari tafakkur, tadzakkur, apalagi
ijtihad sendiri. Kejadian seperti itu, karena kurang “maddah”
keilmuan Islam “tradisional”. Dipaksa keadaan, sang setengah alim mengeluarkan
pendapat (qaul) dan juga fatwa, padahal background keilmuannya
dipertanyakan.
Seorang jahil tidak mungkin memproduksi ilmu atau teori keilmuan, kecuali duplikasi,
dari apa yang diperoleh inderanya, jika seorang jahil mengeluarkan produk (teori)
keilmuan, akan ditertawakan orang.
Dalam sistem keilmuan lama dan terus bertahan di kalangan para alim, faqih,
dan mufti, bahwa hanya orang yang alim yang bisa memproduksi pengetahuan, dan
hanya seorang faqih yang mampu mengeluarkan produk ijtihad; serta mufti saja
yang mengeluarkan fatwa. Karena memang sudah ahli di bidangnya.
Tarjamah lafzhiyah 3 bahasa (Jawa, Indonesia, Inggris) ini, dapat membantu
untuk mengantarkan seseorang memahami kitab suci al-Qur’an dengan baik, namun
ini baru tingkat “ibtidai”, bukan “’ali” (advance). Masih banyak
keilmuan yang harus dikuasai untuk menjadi seorang alim.
Toshihiko Izutsu, islamolog asal jepang, mengatakan, “Konsep-konsep penting
di dalam al-Qur’an, berasal dari kata kunci tertentu yang membentuk weltanchauung
(world view) al-Qur’an.” Kata kunci itu, menjadi pembuka pintu
bagi medan semantik yang luas yang membentuk pandangan al-Qur’an. Oleh sebab
itu, mustahil seseorang mudah berucap sebagai fatwa tentang halal, haram,
baik-buruk, hasan-sayyiah, madh-qabh, dst., hanya bersumber
dari mengutip, menukil, mem-paste perkataan orang lain.
Buku tarjamah al-Qur’an tiga bahasa ini, bisa dijadikan pegangan untuk
memasuki pintu lautan hikmah ilahiah yang ada di dalam al-Qur’an. Bahasa al-Qur’an
sangat mudah dari seluruh buku atau kitab yang ada di muka bumi, karena itu ia fashahah,
penuh makna dan jelas. Tingkat intelektual dari yang paling bawah hingga
hight level, mampu untuk belajar, memahami dan mendalami al-Qur’an, karena al-Qur’an
memang sangat mudah. Namun, isi, makna, falsafah, hikmah yang dikandung di
dalamnya, sangat dalam.
Kewajiban untuk baca, ditaklifkan kepada semua manusia–terutama yang
muslim--, tapi untuk menjadi alim, bukan sebuah taklif.
Menyambut cetak ulang buku Tarjamah al-Qur’an 3 Bahasa (Jawa, Indonesia,
dan Inggris) karya al-Ustadz Drs. Sudono Syueb, M. H., M.Si., alumni Ponpes
Arroudlotul Ilmiyah, Kertosono dan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, sangat
menggembirakan. Dengan karya ini, beliau telah memberikan sumbangan kepada
khazanah keilmuan keislaman, sekaligus mencatatkan diri sebagai kontributor
dalam pergumulan pemikiran keislaman Indonesia.
Buku ini bisa menjadi “jalan poros” yang harus dilalui untuk menuju “gang-gang”
yang lebih dalam apa yang ada di dalam al-Qur’an, hingga sampai pada tujuan
yang dicitakan.
Komentar
Posting Komentar