Dua Motivasi Puasa Ramadan
Dua Motivasi Puasa Ramadan
Oleh : K.H. HamimThohari, B.IRK (Hons),
[Pembina Kerohanian Islam Yayasan Insan Mulia PAMA, Site KPC Sangatta]
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلهِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ: -- أَعُوذُ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ--﴿شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ
الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚفَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَفَلْيَصُمْهُۖ﴾ وَالصَّلَاةُ
والسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْبَرِيَّةِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أّمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ
اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، فَقالَ تَعالى
مُوَاصِيًا لَنَا بِتَقْوَاهُ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Di hari yang penuh berkah ini, mari kita meningkatkan
iman dan taqwa kita kepada Allah, dengan bersungguh-sungguh mematuhi
perintah dan menjauhi larangan-Nya, agar kita beruntung di dunia dan akhirat.
Allah, Swt. berfirman: وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ“Dan bertaqwalah kepada Allah
mudah-mudahan kamu dirahmati-Nya.” (al-Hujarat: 10)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Kurang dari seminggu, kita sudah memasuki bulan Ramadan, maka dalam khutbah kali
ini, Khatib ingin berbicara tentang: “Dua Perkara, yakni: (tentang) Hukum dan Motivasi Puasa
Ramadan.
Pertama:
Hukum Puasa Ramadan
Hukum puasa
Ramadan adalah wajib bagi setiap muslim-muslimah yang telah akil dan baligh. Dalil tentang kewajiban puasa
Ramadan sangat jelas dan tegas, berdasarkan tiga sumber paling otentik dari agama ini,
yakni: al-Qur’an, al-Hadits dan Ijma’ Ulama’:
1. Dari al-Qur’an,
Allah Swt. berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ
مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ
“Bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan al-Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang batil).Maka barangsiapa di antara kamu hadir (berada di kampung kediamannya)
di bulan itu, maka mestilah ia berpuasa pada bulan itu.” (al-Baqarah: 185)
2. Dari hadits Nabi,
Rasulullah, swt. bersabda:
بُنِيَ الْإسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وأنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وإقَامِ الصَّلَاةِ وإيتَاءِ الزَّكَاةِ، وصَوْمِ رَمَضَانَ، والحَجِّ، ”
Islam dibangun di atas lima (rukun): Syahadat, sholat, zakat, puasa dan
haji.” (Hr. Bukhori)
3. Dari Ijma’ (kesepakatan)
para Ulama’, seperti yang disebutkan oleh Sayyid Sabiq dalam fiqih Sunnahnya, bahwa:
“Ummat Islam (terutama para Ulama’) telah bersepakat akan kewajiban puasa Ramadan,
karena ia merupakan salah satu dari lima rukun Islam, sehingga menjadi perkara aksiomatik
(kewajiban nyasudah diketahui seluruh ummat, tidak boleh diingkari). Barang siapa mengikarinya,
maka kafir dan keluarlah dia dari Islam.
Dikuatkan dengan sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, ra.:
عُرَى الْإِسْلَامِ وَقَوَاعِدُ الدِّينِ ثَلَاثَةٌ عَلَيْهِنَّ اُسِّسَ الْإِسْلَامُ مَنْ تَرَكَ مِنْهُنَّ وَاحِدَةً فَهُوَ بِهَا كَافِرٌ حَلَالُ الدَّمِ : شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَالصَّلَاةُ الْمَكْتُوبَةُ ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ
“Tali Islam dan pangkal agama ada tiga. Di
atasnya Islam dibangun, barang siapa meninggalkan satu saja darinya maka kafir dan
halal darahnya (jika dilakukan dengan sengaja dan telah diminta oleh qadhi / hakim
untuk bertaubat tapi tidak mahu bertaubat). Dan, tiga perkara itu adalah Syahadat,
sholat, dan puasa.” (Hr. Abu Ya’la dan Ad-Dailami)
Juga ditegaskan dengan riwayat dari Abu Hurairah:
مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلَا مَرَضٍ لَمْ يَقضِهِ صَوْمُ الدَّهْرِ وَإنْ صَامَهُ
“Barangsiapa yang sengaja tidak puasa sehari saja di bulan Ramadan
tanpa alasan (yang dibenarkan) dan bukan karena sakit. Maka itu tidak bisa digantikan dengan puasa setahun penuh walaupun dia bisa melakukannya.”
(Hr. Abu Rawud,
Ibnu Majah dan Turmudzi)
Dengan mengetahui hukum dan urgensi puasa
Ramadan dalam syariat Islam, seorang muslim tidak sepatutnya dengan sengaja meninggalkan kewajiban puasa
Ramadan.
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Kedua:
Motivasi Puasa Ramadan
Tidak kalah pentingnya dari perkara
di atas, seorang muslim juga harus benar motivasinya dalam berpuasa; yakni benar niat dan tujuannya.
Jika tidak, puasanya tidak dianggap sebagai ibadah kepada Allah. Maka seorang muslim itu berpuasa semata-mata karena
Allah, berniat lil-LaahiT’aala. Dan untuk puasa Ramadan, setiap malam wajib
“menginapkan niat puasanya” yakni bermalam dengan niat itu sebelum fajar untuk menjalankan puasa keesokan harinya.”
Istilah fiqihnya “tabyiitun-niyyah, dalam madzhab Syafi’iy, termasuk rukun puasa wajib.
Sedangkan puasa itu baru menjadi mukaffirat (penghabus dosa-dosa) jika motivasinya benar. Seperti sabda Rasulullah, saw.:
مَنْ صَامَ (وَفِي رِوَايَةٍ – مَنْ قَامَ) رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ“
"Barang siapa yang berpuasa (atau barang siapa menegakkan sholat malam)
di bulan Ramadan dengan iman dan pengharapan, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu.”
(Hr. Bukhari – Muslim)
Dari
hadits tersebut difahami bahwa puasa atau ibadah itu barud iterima oleh Allah dan berfungsi menjadi penghapusdosa-dosa,
jika didasari oleh dua perkara:
1. Karena iman: Maksudnya,
kata Ibnu Hajar al-Asqolani dalam“Fat-hul Bari” dengan meyakini bahwa puasa itu merupakan kewajiban dari
Allah. Maka seorang muslim ketika menjalankan puasa adalah semata-mata menjalankan perintah
Allah bukan karena perintah atasan, atau malu dengan teman atau lingkungan. Bukan pula
karena semata-mata ingin mendapat faedah duniawi, seperti manfaat kesehatan.
2. Karena ihtisab: Yakni pengharapan kepada Allah agar dirahmati dan diampuni dosa-dosanya. Bahkan boleh berharap surga dan keselamatan di akhirat. Adapun doa Rabi’ah al-Adawiyah yang terkenal:
اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أنِّي أَعْبُدُكَ طَمْعًافِي جَنَّتِكَ فَأَحْرِمْنِي مِنْهَا، “
Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa ibadahku kepada-Mu karena berharap surga-Mu, maka haramkan aku dari surga-Mu,
وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي أَعْبُدُكَ خَوْفًا مِنْ نَارِكَ فَاحْرِقْنِي بِهَا“
"dan jika Ibadahku kepada-Mu
karena takut neraka-Mu maka bakarlah diriku di dalam neraka-Mu.” Itu adalah bentuk ketawadhu’an beliau di hadapan Allah.
Doa di atas tidak menimbulkan hukum larangan berharap surga dan rahmat Allah dalam beribadah atau berdoa. Sebab dalam banyaka yat, Allah sendiri mendorong kita beribadah dengan harapan surga dan keselamatan. Di antara-nya:
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًاۙ“
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya (di
akhirat dengan selamat), maka hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan tidak beribadah dengan menyekutukanTuhan-nya dengan
yang lain.”(QS.Al-Kahfi: 110)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Demikian,
dua perkara tentang hukum dan motivasi puasa Ramadan
telah dijelaskan secara singkat dalam khutbah ini, mudah-mudahan bisa menjadi bekal ilmu untuk kita berpuasa
Ramadan sebentar lagi. Semoga Allah
memberi kita kesehatan dan kemampuan untuk menjalankannya dengan penuh iman dan harapan akan rahmat dan ampunandari
Allah, Swt.
بَارَكَ اللهُ
لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ. أَشْهَدُ
أَنْ لَا اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ *
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا االلهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا
نَهَى وَزَجَرَ* فَقَالَ تَعَالَى: أَعُوذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ - ﴿اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللهِ
وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً
يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَ ﴾
Komentar
Posting Komentar