PAQUSATTA: Langkah Kecil untuk Sebuah Peradaban Adiluhung

PAQUSATTA: Langkah Kecil untuk Sebuah Peradaban Adiluhung *

Imam Al-Ghozali mentamsilkan setiap pribadi manusia itu ibarat sebuah kota / madinah / negara. Beliau menyebut dg istilah "مدينة مصغرة" (miniatur kota). Maka sebuah kota, negara atau beradaban yang baik, unggul dan adilihung itu perlu dimulai dg membangun keberadaban dan keunggulan tiap2 pribadi yg menjadi penghuni kota atau negara tersebut.

Konsep pemikiran seperti ini diamini oleh para pakar pergerakan abad 19-21, seperti Amir Syakib Arsalan, Hasan Al-Banna, Hasan Hudhaibi, Yusuf al-Qardawi, Prof. Dr. Sayyid Naquib al-Attas... 

Amir Syakib Arsalan ketika diajak untuk segera mendeklarasikan kekhilafahan Islam setelah runtuhmya Khilafah Utsmaniyah (1923), berkata: "Apakah kita akan membangun ummat ini tanpa pondasi (min shifr / dari nol)?" 

Menurut beliau, pondasi ummat ini adalah kokohnya probadi-pribadi muslim sebagai muslim dalam arti yg sebenarnya. Sehingga percuma ada khilafah islam berdiri jika pribadi warganya keropos, tidak berkualitas dan tidak mencerminkan keislamannya dalam kehidupan.

Sejalan dg pandangan tersebut, Hasan al-Banna dg konsep tarbiyyahnya merumuskan a'malud da'wah. Bahwa untuk mencapai kedaulatan Islam dan Ustaadziyatul 'Aalam (Islam menjadi sokoguru peradaban dunia) harus dimulai dari binaa syakhshiyyah muslimah syaamilah (mencetak kepribadian muslim yg utuh dan paripurna)

Kepribadian muslim yg paripurna itu, menurut al-Banna, mempunyai 10 karakteristik (muwashofaat):
1. Saliimul 'aqiidah (akidahnya tdk cacat)
2. Shohihul ibadah (ibadahnya benar)
3. Matiinul khuluq (akhlaqnya kokoh tdk mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungannya yg buruk)
4. Mutsaqqaful fikri (cerdas dan luas pengetahuannya)
5. Qawwiyul jismi (sehat dan kuat badannya)
6. Qaadirun 'alal kasbi (berdikari / mandiri dan berpenghasilan sendiri)
7. Hariishun 'ala waqtihi (selalu menjaga dan mnggunakan waktunya dg sebaik-baiknya)
8. Mujaahidun li-Nafisi (selalu berjuang untuk melawan hawa nafsunya)
9. Munazh-zhomun fii syu'uunihi (disiplin dan tertib dalam sgl urusannya)
10. Naafi'un li-Ghoirihi (bermanfaat kepada yang lain)

Begitu juga penerusnya, al-Qordawi, menjawab pertanyaan "min aina nabda' (dari mana kita mulai membangun ummat?) Jawabnya tidak lain adalah dari "melakukan perbaikan pada diri kita masing-masing (bi-tarbiyyati sy-syakhsiyyah islamiyah)." Maka Syaikh Ma'mun Hudaibi berkata, "Aslih nafsak wad'u ghairak... Wa aqim daulatal iimaan fii quluubikum sataqum fii bilaadikum" (perbaiki dirimu sambil kau seru orang lain (ke jalan Allah)... Dan tegakkanlah kedaulatan iman dalam hatimu, maka akan tegak daulah iman itu di negaramu!"

* Hamim Thohari Al-Lamunjaniy Al-Purbalinjawiy as-Sanjatawiy, Pengasuh Pesantren PAQUSATTA Kutai Timur.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi