Dua Sifat Keteladanan Rasulullah, Saw.
Teks Khutbah Jum’at Untuk Masjid-Masjid di Lingkungan PT. PAMAPERSADA NUSANTARA, Site KPC Sangatta
Khutbah : Jum’at Kedua
Tanggal : 14 Rabiul Awwal 1445H. / 29 Sept. 2023M.
Tema : “Dua Sifat
Keteladanan Rasulullah, Saw.”
Disiapkan oleh : K.H. Hamim Thohari, B.IRK (Hons), [Pembina Kerohanian Islam Yayasan Insan Mulia PAMA, Site KPC Sangatta]
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلُ
فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ: ﴿ قُلۡ إِن كُنتُمۡ
تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ
ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ﴾ [آل عمران: 102] وَالصَّلَاةُ السَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ، أّمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ
اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ لِقَوْلِهِ تَعالى: ﴿يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾
Saudara-saudaraku, Jamaah Jum’at yang dirahmati
Allah
Dari atas mimbar jum’at ini, khatib berpesan
untuk diri sendiri dan untuk para jama’ah sekalian, agar kita selalu bertaqwa
kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan istiqamah dalam iman dan islam
kita sampai ajal penghabisan. Sebagaimana Allah, Swt. berfirman: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا
اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. (QS. Ali
'Imran: 102)
Di bulan Rabi’ul Awwal ini, perkara yang tidak
terlupakan bagi seorang muslim adalah hari kelahiran Baginda Rasulullah, saw. karena
kecintaan kita kepada beliau. Namun, cinta itu harus dibuktikan dengan
mengikuti dan meneladaninya. Sebagaimana Allah berfirman: ﴿ قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ
وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ﴾ / “Katakanlah (wahai
Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah (jalan)-ku, pasti
Allah akan mencintaimu dan akan mengampuni dosa-dosamu, dan Allah itu Maha
Pengampun dan Maha Pengasih.” (Ali Imran: 31)
Maka dalam Khutbah ini, Khatib ingin menerangakan, “Dua
Sifat Utama Yang Bisa Diteladani dari Rasulullah, Saw. dan Generasi Salaf. ” Berdasarkan firman
Allah, Swt.: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ / “Muhammad adalah utusan Allah. Dan orang-orang yang
bersamanya bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi bersikap kasih
sayang terhadap sesama mereka…” (Qs. Muhammad:
29, terjemahan Dr. Muhammad Quraiys Syihab)
Saudara-saudaraku, Jamaah Jum’at yang dirahmati
Allah
Dari ayat di atas, ada dua sifat generasi salaf
yang bisa kita teladani dan sekaligus kita jadikan sebagai sikap hidup kita:
1.
Bersikap tegas terhadap orang-orang kafir
2.
Berkasih sayang terhadap sesama muslim
Sikap Pertama: Bersikap Tegas Terhadap Orang-orang
Kafir
Selama ini ada kesalahfahaman di kalangan
sebagian orang yang memahami bahwa hubungan antara muslim dengan orang kafir (non-muslim)
itu dibangun di atas dasar sikap permusuhan dan kekerasan secara mutlak.
Pemahaman ini didasarkan atas firman Allah di atas, yakni: أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ (asyiddaa-u ‘alal-kuffaar) difahami sebagai sikap keras dan bersungguh-sungguh dalam memusuhi
mereka tanpa melihat keadaan, kapan harus keras dan kapan harus lunak. Padahal al-Qur’an
dan praktek mu’amalah Nabi serta para shahabatnya tidak menunjukkan demikian,
seperti beberapa sikap dan ajaran Islam berikut:
1.
Al-Qur’an menganjurkan berbuat baik dan tetap
berlaku adil kepada orang kafir yang tidak memerangi dan memusihi kita. Allah berfirman: لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ
يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ
وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ / “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.” (al-Muntahanah: 8)
2.
Rasulullah, saw. memberi peringatan keras dan ancaman
berat terhadap orang yang memusuhi orang kafir yang berdamai dengan orang
muslim. Rasulullah, saw. bersabda: ألَا مَنْ ظَلَمَ مُعَاهَدًا ، أَوِ انْتَقَصَهُ حَقَّهُ ، أَوْ كَلَّفَهُ
فَوْقَ طَاقَتِهِ ، أَوْ أَخَذَ مِنْهُ شَيْئًا بِغَيْرِ طِيْبِ نَفْسٍ مِنْهُ ، فَأَنَا
حَجِيجُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه أبو داود) / “Ingatlah,
barangsiapa yang menzalimi (non muslim) yang mengadakan perjanjian damai dengan
muslim, mengurangi haknya, memberi beban di luar kesanggupannya, atau mengambil
sesuatu darinya tanpa kerelaan hatinya, maka aku akan menjadi pembelanya kelak
di hari Kiamat.” (Hr. Abu Dawud) dan sabdanya yang lain: مَنْ قَتَلَ نَفْسًا مُعَاهَدًا لَمْ
يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ
عَامًا (رواه البخاري) / “Barangsiapa membunuh jiwa non muslim yang mengadakan perjanjian damai
dengan muslim, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal baunya sudah
dapat tercium sejauh perjalanan empat puluh tahun.” (Hr. Bukhari)
3.
Boleh mempekerjakan atau bekerjasama dengan non-muslim
serta boleh memanfaatkan pengetahuan dan keahliannya. Seperti yang pernah dilakukan
oleh Rasulullah, saw. dan Abu Bakar, ra. ketika hendak berhijrah. Beliau menyewa
seorang pemandu profesional dari Bani Dail yang masih kafir untuk menjadi
penunjuk jalan yang aman dan selamat menuju ke Madinah. Begitu juga keteladanan Rasulullah, saw. dalam
bergaul di tengah masyarakat; sebagai tetangga beliau menjenguk tetangganya non-muslim
yang sedang sakit; Imam Bukhari bahkan meriwayatkan bahwa Rasulullah, saw.
membeli makanan untuk keluarganya dari orang Yahudi; ketika beliau wafat, baju
perangnya masih tergadaikan di tangan orang Yahudi senilai tigapuluh sho’
gandum. Begitu juga beliau mahu menerima hadiah dari Muqauqis, Raja Mesir dan
hadiah seekor domba dari perempuan Yahudi.
Saudara-saudaraku, Jamaah Jum’at yang dirahmati
Allah
Sikap keras atau asyiddaa-u dalam surat
Muhammad ayat 29 di atas, lebih tepat bila diartikan sebagai “sikap tegas”, seperti pendapat Prof. Dr.
Quraiys Syihab. Terutama bila terkait dengan keyakinan dan kebenaran, seorang muslim harus bersikap tegas dan berani untuk mengatakan “tidak”, seperti
terhadap pendapat yang mengatakan bahwa “agama itu semuanya benar”. Meski pun begitu, seorang muslim tetap harus
menghormati keyakinan orang lain. Karena Islam mengajarkan kaedah “lakum
diinukum wa liyadiin”, (bagimu agamamu dan bagiku agamaku), tanpa harus
mencampuradukkan keyakinan.
Dalam bermu’amalah seorang muslim tetap
harus bersikap baik, ihsan dan adil terhadap siapa pun termasuk non-muslim,
sebagaimana Allah berfirman: يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ
لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ / “Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (al-Maidah: 8)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Sikap Kedua: Berkasih sayang terhadap sesama muslim
Seorang muslim terhadap muslim lainnya bersifat “رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ”, saling mengasihi dan menyayangi, seperti yang
digambarkan oleh Nabi, saw.: مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ
فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا
اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى / “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling menyintai,
menyayangi dan berempati seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya
sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut merasakan sakit, hingga tidak bisa tidur
dan mengalami demam.” (Hr. Bukhari) dan
sabdanya lagi: لَيْسَ مِنَّا مَنْ
لَمْ يَرْحَمْ صًغِيرَنَا ، وَ يَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا / “Tidak termasuk golonganku, orang yang tidak
menyintai yang kecil dari kami dan tidak menghargai hak yang tua dari kami.” (Hr. Abu Dawud,
Turmudzi dan Ahmad)
Sifat kaum beriman yang kompak dan saling
menyayangi itu ditegaskan dalam firman Allah selanjutnya:
1.
Kompak dalam beribadah (Bersama dalam ruku’ dan
sujud), diisyaratkan dalam firman-Nya: تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانًا ۖ / “Kamu melihatnya mereka ruku’ dan sujud karena
mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya.” Dari sifat-sifat mereka yang
kompak menjalankan ibadah, terutama dalam menegakkan sholat yang dilakukan
semata-mata untuk mencari keutamaan dan ridha Allah, Swt. Seorang muslim jika baik
hubungannya dengan Allah, maka akan baik juga hubungannya dengan sesama
manusia, bahkan itulah kunci kesuksesan dan keberuntungan. Sebagaimana Allah
berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ / “Wahai orang-orang yang beriman: rukuk, sujud dan
berbuatlah baik agar kamu beruntung!” (al-Hajj: 77).
2.
Kesan sujud (ibadah)-Nya tercermin dalam
wajahnya (prilakunya), diisyaratkan dalam firman-Nya: سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ / “Di
wajah mereka (tampak) tanda-tanda dari kesan sujud (ibadahnya).” Tanda banyaknya mereka bersujud, menurut Ibnu Abbas
dan Mujahid, akan tercermin dalam kebaikan akhlaq, perilaku dan ketenangan
jiwanya. Ibnu Katsir, menukil sebuah atsar: إِنَّ لِلْحَسَنَةِ نُورًا فِي الْقَلْبِ ، وَضِيَاءً فِي الْوَجْهِ ، وَسِعَةً
فِي الرِّزْقِ ، وَمَحَبَّةً فِي قُلوبِ النَّاسِ / “Sesungguhnya
kebaikan (karena banyaknya bersujud) itu menghasilkan cahaya di hati, sinar di
wajah, kelapangan rizki dan cinta dalam hati manusia.” Dan dari Umar bin Khattab, ra. menyatakan: مَنْ أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ أَصْلَحَ اللهُ عَلَانِيَتَهُ / “Barangsiapa yang
memperbaiki keadaan batinnya (dengan memperbanyak ibadah / sujud), maka Allah
akan memperbaiki keadaan lahirnya.” (Tafsi Ibnu Katsir)
3.
Saling mendukung dan menguatkan
كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَىٰ عَلَىٰ
سُوقِهِ / “seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya, maka menguatkannya dan menjadi lebat lalu menjadi sama
dengan batang induknya.” (Muhammad: 29). Potongan ayat ini menunjukkan bahwa
sifat seorang mukmin itu adalah saling menguatkan satu sama lain, tidak saling
melemahkan. Sebagaimana sabda Nabi, saw.: اَلْمُؤمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كًالْبُنْيَانِ يَشُدُّ
بَعْضُهُ بَعْضًا / “Seorang Mukmin bagi seorang mukmin yang lainnya
laksana sebuah bangunan, satu sama lainnya saling mengokohkan.” (H.r. Bukhari) Seperti
yang diperintahkan oleh Allah, Swt.: وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى
الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ / “Dan saling tolong menolonglah kamu atas dasar kebaikan
dan ketaqwaan, dan janganlah saling tolong menolong atas dasar dosa dan
permusuhan.” (al-Maidah: 2)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Dua sifat utama di atas
harus difahami dan diamalkan dengan baik dan benar agar kita bisa bersikap adil
dan proporsional terhadap sesama muslim dan non-muslim. Ketika harus membenci
musuh, bencilah karena Allah, maka kamu akan tetap bersikap adil dan begitu
juga ketika harus mencintai, cintailah karena Allah, maka kamu tidak akan menyesal.
Sebuah riwayat dari Sahabat
Ali, ra. menasehati kita: أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا،
عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا، عَسَى
أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
/ “Cintailah kekasihmu sedang-sedang saja, siapa tahu di suatu hari nanti
dia malah menjadi musuhmu; dan bencilah musuhmu sedang-sedang saja, siapa tahu
di suatu hari nanti dia akan menjadi kekasihmu.” (Hr. Turmudzi)
Hari ini, akibat salah
memahami dan mengimplentasikan dua sifat tersebut, yakni: Keras (tegas)
terhadap orang kafir dan berkasih sayang kepada sesama muslim, sebagian
ummat Islam justru bersikap kebalikannya. Terhadap sesama muslim malah saling membenci dan
mencaci, sedangkan terhadap kaum kafir yang mengajak kepada kesesatan malah
dipuji dan dicintai. Maka, di sini khatib mengajak agar kita kembali kepada pemahaman kaum
salaf dan ulama’ yang lurus dalam memahami makna ketegasan terhadap orang kafir
dan kecintaan terhadap saudara seiman, supaya kita tetap bisa bertindak adil
dalam cinta dan benci, sesuai dengan ajaran Islam yang wasatiy (yakni
yang moderat atau pertengahan).
بَارَكَ اللهُ لِي
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ []
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ *
فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا االلهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا
نَهَى وَزَجَرَ* فَقَالَ تَعَالَى فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ: -- أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ -- ﴿ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ ﴾ (فُصِّلَتْ:
34)
وَقَالَ تَعاَلَى: ﴿إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ،
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ نَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لَنَا
شُؤُونَنَا كُلَّهَا وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ، لَا
إلَهَ اِلَّا أَنْتَ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا، رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا
مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا
الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ
وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِينَ!
وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ
رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِيْفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكُمْ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى
عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ – أَقِمِ الصَّلَاةَ!
[][][][][]
Komentar
Posting Komentar