KEMENANGAN TERBESAR
“KEMENANGAN TERBESAR”
Oleh: K.H. Hamim
Thohari, B.IRK (Hons), CWC.
(Pengasuh PAQUSATTA
Kutim)
Khutbah Pertama:
اَللَّهُ
أَكْبَر....9X
اَللَّهُ
كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ
وَلِلَّهِ الْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَبَّانّا عَلَى الشَّدَائِدِ
وَالْمَلَاحِمِ بِالصِّيَامِ وَجَعَلَنَا بِالصَّبْرِ وَالْيَقِينِ
أَئِمَّةَالْأَنَامِ.
أَشْهَدُ أَنْ
لَاإِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ شَهَادَةَ صِدقٍ وَحَقٍّ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَلْمَبْعُوثُ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ. فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ
بِتَقْوَى اللَّهِ، "وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ
الْمُتَّقِينَ". أمَّا بَعْدُ:
اَللَّهُ
أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri yang Berbahagia
Pada hari ini, kumandang takbir bergema di seluruh jagad raya,
mengagungkan Allah dan menyucikan nama-Nya. Sebagai bentuk syukur dan bahagia
atas kemenangan Ummat Islam dalam berjihad melawan hawa nafsu selama sebulan
penuh.
Bagi ummat Islam, bulan Ramadan adalah bulan jihad dan kemenangan.
Karena selama satu bulan, di samping harus berjuang melawan hawa nafsu, sering
juga harus menghadapi musuh-musuh Allah sebagaimana yang dialami saudara-saudara
kita di Palestina hari ini. Dengan izin Allah, kaum muslimin selalu mendapatkan
kemenangan, baik terhadap hawa nafsu mau pun terhadap musuh-musuh-nya.
اَللَّهُ
أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Jama’ah sholat Idul Fitri yang Berbahagia
Maka dalam khutbah Idul Fitri kali ini, khatib ingin berbicara tentang “Kemenangan
Terbesar bagi Kaum Muslimin Pasca Ramadan.”
Dan kemenangan itu adalah ketika seorang muslim, setelah berpuasa
sebulan Ramadan berhasil meraih predikat sebagai orang-orang yang bertaqwa,
karena itu merupakan kemuliaan tertinggi dan sebagai tujuan utama berpuasa,
yaitu “La‘allakum tattaquun” agar kalian bertaqwa.
Maka kemenangan itu harus tetap dijaga dan dipertahankan dengan
menjalankan dan mewujudkan nilai-nilai ketaqwaan pasca Ramadan dalam keadaan
apa pun, sabagaimana Rasulullah bersabda: “اِتَّقِ
اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ” Artinya: “Bertaqwalah kepada Allah
bagaimana pun keadaanmu!” (Hr. Tirmidzi)
اَللَّهُ
أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslimin, Jama’ah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Dari pertama kali kita membuka al-Qur’an, sifat orang-orang bertaqwa itu
langsung dijelaskan. Yaitu setelah dinyatakan bahwa al-Qur’an itu merupakan
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa, dalam ayat ke-2 surat al-Baqarah, dua
ayat selanjutnya, langsung menerangkan 3 sifat utama orang-orang yang bertaqwa:
Sifat Pertama: Orang bertaqwa itu beriman kepada
Allah meski pun tidak melihat-Nya. Maka mereka membangun hablun minal-Laahi
dengan menegakkan sholat dan hablum-minan-naasi dengan berinfaq
(bersedekah). Allah berfirman: الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنفِقُونَ Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman
kepada yang ghaib, yang mendi-rikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki
yang Kami anugerahkan kepada mereka”. (al-Baqarah:3)
Orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang gaib, terutama
kepada Allah, meski pun tidak bisa melihat-Nya, karena ayat-ayat-Nya bisa
dilihat dengan nyata.
Di antara perkara gaib yang diimani oleh orang bertaqwa adalah taqdir Allah
di balik kehidupan dan kematian. Di sana ada rahasia Allah yang dijadikan-Nya
sebagai ujian bagi manusia, sebagaimana firman Allah, Swt.:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ Artinya:“Dialah yang telah menciptakan
kematian dan kehidupan agar Dia menguji kalian, siapakah di antara kalian yang
paling baik perbuatannya.” (al-Mulk: 2)
Namun dalam menghadapi ujian dari Allah, orang yang beriman dan bertaqwa
akan berusaha ikhlas menjalaninya dan benar dalam menyikapinya, di samping
melakukan dua perkara sebagai berikut:
1. Membangun hubungan kuat dengan Allah (hablum mina-llaah),
seraya menegakkan sholat dan menjadikannya sebagai sarana meminta pertolongan
kepada-Nya. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah, Swt.:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ
Artinya: Artinya: “Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan kesabaran dan
sholat!” (Al-Baqarah: 45)
2. Menjalin hubungan sosial; di antaranya dengan menunaikan hak-hak
kaum dhua’afa dengan hartanya. Dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik Rasulullah,
saw. berkata: بَاكِرُوا بِالصَّدَقَةِ فَإِنَّ الْبَلَاءَ
لَا يَتَخَطَّى الصَّدَقَةَ Artinya: “Segerakanlah bersedekah,
karena bala’ / musibah itu tidak akan melangkahi shadaqah.” (Hr. Baihaqiy)
Orang bertaqwa selalu memadukan antara dua perkara: usaha dan doa. Tidak
hanya berdoa tanpa usaha dan juga tidak hanya berusaha tanpa doa. Selalu memadukan
antara:
1. Ikhtiyar ruhani: dengan sholat, doa, istighfar, sedekah dan
beribadah yang ikhlas dan benar sesuai syariat.
2. Ikhtiyar duniawi; seperti ketika seorang muslim sedang sakit, ia
akan melakukan ikhtiyar duniawi, seperti berobat atau mengikuti petunjuk
dokter.
Dengan dua perkara inilah syarat-syarat ber-tawakkal itu baru terpenuhi.
Allah, Swt. berfirman: وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ
الْمُؤْمِنُونَ
Artinya: “Dan kepada Allah, maka hendaklah orang-orang beriman itu
bertawakkal (berserah diri)!” (Qs. Ali Imran: 122)
Menurut Syaikh Muhammad Sayyid Thantawiy, “Tawakkal yang benar itu
adalah dengan berusaha menjalani sebab-sebab yang dibenarkan oleh syariat, baru
kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah.” (Qs. Ali Imran: 122) Dengan kata
lain, tawakkal itu baru benar setelah didahului atau dibarengi dengan
usaha.
اَللَّهُ
أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslimin, Jama’ah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Sifat Kedua: Orang bertaqwa, percaya dengan misi
para nabi dan rasul. Seperti yang diterangkan dalam penggal pertama surat
al-Baqarah ayat 4: وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ Artinya: “Dan mereka beriman dengan apa
yang diturunkan kepada-mu (Muhammad) dan apa yang diturunkan sebelum-mu…”
(Qs. Al-Baqarah: 4)
Beriman kepada risalah nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya, yaitu
bahwa mereka sama-sama mengajak ummat manusia agar menyembah hanya kepada
Allah, bertaqwa kepada-Nya dan menaati rasul. Sebagaimana dakwah Nabi Nuh, as.
dan nabi-nabi lainnya adalah:
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ Artinya: “Hendaklah kalian menyembah
Allah, bertaqwa kepada-Nya dan menaatiku.” (yaitu menaati rasul yang
diutus kepada ummatnya masing-masing). (Nuh: 7)
Dengan meyakini bahwa para rasul membawa misi yang sama, maka orang
bertaqwa percaya dengan pasti bahwa alam semesta ini adalah ciptaan Satu Tuhan.
Oleh karena itu, seluruh manusia dari pertama hingga terakhir dengan berbagai
warna kulit dan bahasanya adalah ciptaan-Tuhan yang Maha Esa, maka mereka semua
adalah saudara sesama manusia. Maka kemulian manusia bukan ditentukan oleh
warna kulit atau keturunannya, melainkan karena ketaq-waannya.
Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah dalam haji wada’ (yang artinya): “Wahai
manusia, sesungguhnya Tuhanmu itu Satu, moyang-mu juga satu, setiap kalian
adalah keturunan Adam dan Adam itu dari tanah. Orang yang paling mulia di
antara kamu adalah yang paling bertaqwa. Maka tidaklah orang Arab lebih utama
dari orang non-Arab melainkan dengan ketaqwaan."
Karena itu orang bertaqwa tidak akan pernah menyombongkan keturunannya;
tidak akan menindas kaum lain karena suku dan rasnya; serta tidak akan
menyakiti orang lain dengan lisan atau perbuatannya. Nabi Muhammad, saw.
bersabda:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ
وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ Artinya: “Seorang mukmin itu bukan yang
suka mencela, melaknat, melakukan keburukan dan mengucapkan kata-kata kotor.”
(Hr. Tirmidzi)
Orang bertaqwa mempunyai kepedulian terhadap sesama, tidak akan
membiarkan tetangganya kelaparan sedangkan dia bisa tidur nyenyak, karena itu
bertentangan dengan keimanannya. Rasulullah, saw. bersabda:مَا آمَنَ بِي
مَنْ بَاتَ شَبْعَانَا، وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ، وَهُوَ يَعْلَمُ بِهِ
Artinya: “Tidak beriman kepadaku orang yang tidur dengan perut kenyang
sedangkan tetangga dekatnya kelaparan dan ia mengetahuinya.” (Hr. Thabrani)
Mereka adalah orang-orang yang suka berbagi dalam keadaan lapang atau
sempit, seperti dalam firman Allah: الَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(Ali Imaran: 134)
اَللَّهُ
أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslimin, Jama’ah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Sifat Ketiga: Orang bertaqwa meyakini akan adanya
hari akhirat, seperti yang diterangkan dalam penggal kedua surat al-Baqarah
ayat 4: .... وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
Artinya: “... dengan akhirat, mereka meyakini-nya.” (Qs. Al-Baqarah: 4)
Meyakini hari akhirat akan melahirkan sifat-sifat kecerdasan hakiki,
seperti sabda Rasulullah, saw.:الكَيِّس مَنْ
دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ
نَفْسَه هَواهَا، وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ Artinya: “Orang
cerdas itu adalah orang yang bisa menaklukkan nafsunya dan beramal untuk bekal
(kehidupan) sesudah kematiannya, sedangkan orang yang lemah (akal) itu adalah
orang yang suka mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah (tanpa
berusaha).” (Hr. Tirmidzi)
Maka orang bertaqwa itu:
1. Selalu mengevaluasi diri dan mengen-dalikan hawa
nafsunya.
Orang bertaqwa senantiasa mengevaluasi keadaan dirinya. Jika baik untuk
dunia dan akhiratnya maka dia akan lakukan, namun jika buruk untuk dunia dan
akhiratnya maka dia akan tinggalkan.
Amalan muhasabah (evaluasi) diri itulah yang dianjurkan oleh
Khalifah Umar, ra.:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا
Artinya: “Evaluasi dirimu sebelum kelak kamu dievaluasi (di akhirat)!”
وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا
Artinya: “Timbang-timbanglah (amal)-mu sebelum kelak amalmu ditimbang.”
فَإِنَّهُ أَهْوَنُ عَلَيْكُمْ فِي الْحِسَابِ غَدًا،
أَنْ تُحَاسِبُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ Artinya: “Karena
dengan kamu mengevaluasi diri hari ini, kelak akan lebih mudah bagimu menjalani
perhitungan di hari esok (di akhirat).”
وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ، يَوْمَئِذٍ
تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ Artinya: “Dan
perbaikilah amalmu untuk ditampakkan pada perhitungan akbar, di mana ketika itu
tidak ada satu pun darimu yang akan tersembunyi.” (Hr. Ibnu Abi Dunya)
2. Selalu memikirkan bekal dan kesela-matan
akhiratnya. Orang bertaqwa memandang dunia ini berdasarkan
petunjuk Allah yang Mahabenar, seperti dalam firman-Nya:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ (آل عمران: 185) Artinya: “Tidaklah kehidupan dunia ini
kecuali hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali Imran: 185)
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ
وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal
shalih-lah yang lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan.” (al-Kahf: 46)
Menurut Syaikh As-Sa’diy, maksud dari “al-baaqiyaat as-shaalihaat”
adalah segala amal shalih seperti: sholat, bacaan tasbih, tahmid, istighfar,
shadaqah dan segala kebaikan lainnya. Maka semua itu adalah perkara yang akan
menjadi simpanan di akhirat dan bisa diharapkan untuk menjadi penolong bagi
pemiliknya di akhirat nanti.
Terhadap dunia tidak rakus dan tamak, serta tidak sekedar berfikir
dirinya untung, meski pun orang lain buntung. Sebab dia yakin akan adanya
kehidupan sesudah kematian, segala amal perbuatannya kelak harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. فَمَن
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ
شَرًّا يَرَهُ
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. * Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
(Qs. Az-Zalzalah: 7-8)
Maka orang yang bertaqwa selalu berhati-hati dalam mencari dunia. Jika
selama Ramadan dia selalu berhati-hati agar tidak batal puasa meski pun dengan
setetes air masuk ke kerongkongannya, maka setelah puasa dia harus lebih
berhati-hati dari harta haram dari masuk ke dalam perutnya dan perut
keluar-ganya, karena itu penyebab orang masuk neraka.
اَللَّهُ
أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Kaum Muslimin, Jama’ah sholat Idul Fitri yang berbahagia
Semoga kita selalu dalam bimbingan Allah dan dimasukkan dalam golongan
orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. أُولَٰئِكَ
عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya: “Mereka itu berada dalam petunjuk dari Tuhan mereka, dan mereka itu
adalah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-Baqarah: 4)
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua:
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ،
اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. "اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ، اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ
خَذَلَ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ، اللهُمَّ وَأَلِّفْ بَيْنَ
قُلُوبِنَا، وَأَزِلِ الْغِلَّ وَالْحِقْدَ وَالْحَسَدَ وَالْبَغْضَاءَ مِنْ
صُدُورِنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّنَا، بَرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ
الرَّاحِمِينَ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزِّلْزَالَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته []
Komentar
Posting Komentar