Dua Persiapan Memasuki Tahun Baru

 

Teks Khutbah Jum’at

Untuk Masjid-Masjid di Lingkungan

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA, Site KPC Sangatta

 

Khutbah

:

Jum’at Ketiga

Tanggal  

:

23 Zul Qo’dah 1445H. / 30 Mei 2024M.

Tema

:

“Dua Persiapan Memasuki Tahun Baru”

Oleh   

:

K.H. Hamim Thohari, B.IRK (Hons), CWC.

 

 

[Ustadz / Dai Yayasan Insan Mulia PAMA, Site KPC Sangatta, Kutai Timur]

 

Khutbah Pertama

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ، أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ: ﴿إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ﴾ وَالصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْبَرِيَّةِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أّمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، فَقالَ تَعالى مُوَاصِيًا لَنَا بِتَقْوَاهُ: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Di hari yang penuh berkah ini, khatib kembali berpesan, agar kita semua bertaqwa kepada Allah, dengan menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya demi meraih keberuntungan di dunia mau pun akhirat. Maka Allah, Swt. berfirman: وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “Dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Al-Baqarah: 189)

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Dicintai oleh Allah adalah impian bagi setiap muslim. Maka ketika disakiti oleh penduduk Thaif, Rasulullah, saw. berdoa: إِنْ لَمْ تَكُنْ غَضْبَانًا عَلَيَّ فَلَا اُبَالِيAsalkan saja Engkau tidak murka kepadaku ya Allah, aku tidak peduli (dengan kebencian mereka kepadaku)…” (Dari Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib). 

 

Maka seorang ulama’ berkata: “Janganlah Kamu keburu senang karena dicintai oleh seseorang, tapi senang dan bahagialah jika kamu dicintai Allah. Sebab secinta-cintanya seseorang kepadamu, tidak menjamin-mu bisa masuk surga, namun jika Allah sudah mencintai-mu, maka cinta-Nya akan menjaminmu masuk surga.” 

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Tak terasa, kita sekarang sudah berada di penghujung tahun 1445 Hijriyah, kurang lebih satu jum’at lagi kita sudah berada di tahun baru  hijriyah, 1446. Dalam tradisi kita, menjelang tahun baru kita, selalu mempersiapkannya dengan bebersih. Namun kebersihan paling utama adalah kebersihan hati dan jiwa. Dan, itulah yang harus diutamakan.

 

Dengan hati yang bersih, kita berharap bisa mendapatkan cinta dan Ridha Allah, Swt. Maka khatib akan berbicara tentang “Dua Perkara Agar Dicintai Allah, Swt.” Dinyatakan dalam firman-Nya: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyuci-kan diri.” (al-Baqarah: 222) 

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Maka untuk meraih cinta dan ridha Allah, menjelang memasuki tahun baru ini kita bebersih diri dengan melakukan dua perkara: 

Pertama: Bertaubat

Orang yang suka bertaubat disebut dalam al-Qur’an sebagai “at-tawwaab” atau “al-Awwaab.” Secara harfiyah artinya “orang yang kembali kepada Allah, yakni orang yang apabila jatuh dalam perbuatan dosa, dia kembali ke jalan Allah dan segera meninggalkan perbuatan dosanya, lalu memohon ampun kepada Allah.”  

 

Allah, Swt. berfirman: وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ “Dan (Allah juga menyukai) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau berbuat zhalim terhadap diri mereka sendiri, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak mene-ruskan perbuatan kejinya itu, karena mereka mengetahui (keburukannya).” (Ali Imran: 135)

 

Menurut para ulama, taubat itu wajib dilakukan setiap kali melakukan perbuatan dosa. Dalam kitab Riyadhus Sholihin, Imam An-Nawawi menyebut-kan syarat diterimanya taubat. Jika kemaksiatannya terkait dengan hak Allah maka ada tiga syarat:

1.   Menghentikan perbuatan maksiatnya

2.   Menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan 

3.   Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan itu selamanya

 

Dan jika kemaksiatannya ada sangkut pautnya dengan hak adami (sesama manusia) maka syarat taubatnya selain dengan tiga syarat di atas, ditambah syarat keempat, yaitu: meminta kehalalan dan kebebasan dari pihak terkait. Seperti jika terkait dengan harta maka harus mengembalikan atau mengganti apa yang diambil atau dirusaknya. Jika berupa fitnah, tuduhan dan gunjingan, maka pelakunya harus meminta ma’af kepada orang yang difitnah atau digunjing. 

 

Sungguh Allah sangat suka dan sangat gembira dengan taubat hamba-Nya setiap kali berbuat maksiat. Sehingga digambarkan dalam sabda Rasulullah, saw. bahwa kegembiraan Allah terhadap taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan orang yang menemukan kembali onta tunggangannya yang hilang di tengah padang pasir, di mana seluruh keperluannya ada bersamanya. Di saat orang itu sudah putus asa untuk berharap kendaraannya bisa kembali, tiba-tiba ontanya itu muncul di depan matanya. Saking senangnya, dia salah ucap: “ya Allah Engkaulah hambaku dan Akulah tuhan-Mu!” (Hr. Muslim)

 

Berbuat salah dan dosa adalah sifatnya manusia, oleh sebab itu Rasulullah, saw. bersabda: كُلُّ ابْنِ آدَمَ خطَّاءٌ ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ Artinya: “Setiap anak Adam pasti punya salah, (namun) sebaik-baik orang yang bersalah adalah tauwwaabun (orang-orang yang suka bertaubat).” (dikeluarkan oleh At-Turmudzi dari Anas bin Malik)

 

Maka Allah berfirman: وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Asy-Syuura: 25) Ditambah firman-Nya yang lain: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (al-Baqarah: 222)

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Kedua:  Membersihkan Diri

Menurut Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di, bersuci dan bebersih diri itu ada dua macam:

1.   Bersuci atau bebersih diri secara maknawi (batin atau non-material), seperti membersihkan diri dari dosa-dosa syirik (menyekutukan Allah) dan dari dosa karena berakhlaq tercela.

2.   Bersuci atau bersih secara hissiyah (lahir atau material), seperti membersihkan kotoran atau najis dari badan dengan berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil atau mandi janabat untuk menghilangkan hadats besar. 

 

Dalam Islam, seorang muslim wajib membersihkan segala kotoran, baik yang lahir mau pun batin. Sebagaimana yang dimaksudkan oleh firman Allah, Swt. لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا ۚ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ “Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang suka bebersih diri.” (Q.s. at-Taubat: 108)

 

Maksud dari bebersih diri dalam ayat ini menurut Syaikh As-Sa’di adalah membersihkan diri dari kotoran maknawiyah (batin) dan kotoron hissiyah (lahir). Sebagimana yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, saw.: وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ Artinya: “Dan pakaianmu, maka bersihkanlah!” (al-Muddats-tsir: 4) 

 

Disebutkan dalam tafsir al-Baghowi, maksud dari perintah membersihkan pakaian itu meliputi pembersihan hati dari niat-niat yang buruk dan pembersihan perilaku dari akhlaq tercela, serta pembersihan badan dan pakaian dari kotoran dan najis. Maka Said bin Jubair berkata (tentang maksud ayat itu): “Hati dan niatmu, bersihkanlah!” Al-Hasan berkata: “Maka akhlaqmu, perbaikilah!” Ibnu Sirin dan Ibnu Zaid, menambahkan bahwa itu adalah perintah untuk membersihkan pakaian yang dikenakan untuk beribadah agar tidak sama seperti orang musyrik yang tidak membersihkan pakaiannya.” 

 

Sebagian ulama’ tafsir menambahkan, bahwa maksud dari “membersihkan diri” dalam ayat tersebut adalah menghindarkan diri dari perbuatan terlarang dan menyimpang, seperti melakukan perbuatan seks dengan sesama jenis (homoseks atau lesbian), ini menurut Ibnu Athiyyah. Atau melakukan perbuatan keji dan menjijikkan, seperti mendatangi istri dari jalan belakang (dubur), ini menurut pendapat Mujahid. 

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Kesimpulannya, Allah menyukai orang-orang yang suka bertaubat dan membersihkan diri dari segala keburukan atau kotoran baik yang terkait dengan fisik atau pun non-fisik, kotoran lahir atau pun batin. 

 

Dan, dua hal itulah yang selalu kita minta dalam doa, yaitu setiap kali kita usai berwudhu: اللّهُـمَّ اجْعَلنـي مِنَ التَّـوّابينَ وَاجْعَـلْني مِنَ المتَطَهّـرين  / “Ya Allah jadikanlah aku termasuk dari golongan orang-orang yang suka bertaubat dan dari golongan orang-orang yang suka bebersih diri.” 

 

Sungguh kita semua ingin dicintai Allah, sebab jika Allah mencintai kita jaminannya adalah surga. Dan kita mesti takut terhadap murka-Nya, sebab jika Allah telah murka terhadap hamba-Nya, ancamannya adalah neraka. Kita memohon kepada Allah agar menja-dikan kita termasuk dari dua golongan manusia yang telah diterangkan di atas. 

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ 

 

Khutbah Kedua:

 

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ * فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا االله فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ*  فَقَالَ تَعَالَى فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): ﴿وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُو عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

 

وَقَالَ تَعاَلَى: ﴿إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ:

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ، رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ، اللَّهُمَّ أعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

 

وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، بِفَضْلِ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِيْفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ – أَقِمِ الصَّلَاةَ!

 

 

  

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi