Empat Perkara tentang Zakat yang Wajib Diketahui oleh setiap Muslim
Teks Khutbah Jum’at
30 Robiuts
Tsaani 1446H / 1 Nov. 2024M
Tema |
: |
“Empat Perkara tentang Zakat yang Wajib Diketahui oleh setiap Muslim” |
Oleh |
: |
K.H. Hamim Thohari, B.IRK (Hons) |
|
|
[Pengasuh Pesantren Adab Al-Qur’an Sangatta Taqwa (PAQUSATTA), Kutai
Timur] |
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ، أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ: ﴿ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ
الرَّاكِعِينَ﴾ [ البقرة: 43] وَالصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ،
أّمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ وَطَاعَتِهِ، حَيْثُ قالَ تَعالى:﴿وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ﴾ [آل عمران: ۲۰۰]
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Dari atas mimbar jum’at ini, Khatib berpesan, agar
kita semua bertaqwa kepada Allah, s.w.t dengan menjaga perintah-Nya dan
meninggalkan lara-ngan-Nya demi meraih keberuntungan di dunia dan akhirat.
Allah, s.w.t. berfirman: ﴿وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ / “Dan bertaqwalah kepada Allah,
agar kalian beruntung.” (Ali Imran: 200)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Islam adalah agama yang sempur-na, maka segala aspek
kehidupan diperhatikan, baik lahir mau pun batin. Dalam hal kebersihan
misalnya, Islam tidak hanya memperhatikan kebersihan spiritual, namun juga
kebersihan material. Dari situlah lahir perintah sholat, sebagai sarana
pembersihan jiwa dan perintah zakat sebagai sarana pembersihan materi.
Maka, khutbah kali ini akan ber-bicara tentang, “Empat Perkara Terkait Zakat yang Wajib Diketahui oleh setiap Muslim.” Berikut ini penjelasannya:
Pertama:
Pengertian Zakat
Secara etimologi atau secara bahasa, zakat itu berasal
dari kata zaká, yazkū – zakaa’an atau zakaatan yang berarti
bersih dan berkembang. Sedangkan secara terminology (istilah di kalangan ulama’
fiqih), di antaranya menurut Imam Taqiyyud-Din As-Subkiy Asy-Syafi'iy,
“Zakat adalah kadar harta tertentu untuk diberikan kepada kelom-pok tertentu
dengan syarat-syarat tertentu.”
Disebut zakat, karena
dengan ber-zakat jiwa dan harta menjadi bersih. Sebagaimana firman Allah: الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهٗ يَتَزَكّٰىۚ /
“yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya).”
(Al-Lail: 18). Di samping itu, harta pun semakin berkembang dan tidak akan
berkurang. Seperti sabda Nabi, s.a.w.: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ /
“Shodaqah (atau zakat) itu tidak akan membuat harta ber-kurang.” (Hr. Muslim)
Saudara-saudaraku,
Jamaah
Jum’at yang dirahmati Allah
Kedua:
Dasar Pensyariatan Zakat
Kewajiban Zakat berdasarkan tiga sumber syariat Islam:
Qur’an, hadits dan ijma’ ulama’.
1)
Berdasarkan al-Qur’an, Allah berfir-man: وَاَقِيْمُوا
الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ / “Dan laksanakanlah salat, tunai-kanlah zakat, dan
rukuklah beserta orang-orang yang rukuk!” (al-Baqarah: 43) dan Firman-Nya: خُذْ مِنْ
اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ
اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ / “Ambillah zakat dari
harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan diri mereka, dan ber-doalah
untuk mereka. Sesung-guhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, (lagi) Maha Mengetahui.” (At-Taubah: 103)
2)
Berdasarkan hadits, Rasulullah, s.a.w. bersabda: بُنِيَ الْإسْلَاُم عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللُه وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاةِ، وَإيْتَاءِ
الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا /
“Islam itu dibangun di atas lima rukun (tiang): 1) syahadat (bersaksi) bahwa
tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, 2) menegakkan sholat, 3)
menu-naikan zakat, 4) berpuasa di bulan Ramadan dan 5) berhaji bagi orang yang
mampu mengu-payakan jalan-nya ke sana.” (Hr. Bukhari – Muslim)
3)
Berdasarkan ijma’ ulama’, baik salaf (ulama’
terdahulu) mau pun khalaf (ulama’ terakhir) bersepakat bahwa zakat itu
adalah salah satu dari lima rukun Islam seperti sholat lima waktu, berpuasa
ramadan dan berhaji ke baitullah.
Saudara-saudaraku,
Jamaah
Jum’at yang dirahmati Allah
Ketiga:
Golongan yang Terkena Kewajiban Zakat atau Muzakki.
Salah satu di antara bukti kerah-matan Islam adalah
syariatnya mudah dilaksanakan. Maka, meskipun zakat itu merupakan kewajiban,
namun tidak semua muslim wajib membayar zakat. Karena zakat hanya diwajibkan
kepada muslim yang memiliki harta dengan syarat dan kadar tertentu.
Dengan demikian, meskipun orang berharta, namun jika
belum cukup syaratnya maka tidak wajib berzakat. Sebagaimana pesan Rasulullah,
kepada Mu’adz bin Jabal, r.a. ketika hendak diutus berdakwah kepada penduduk
Yaman, beliau bersabda: فأعْلِمْهُمْ أنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عليهم
صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِن أغْنِيائِهِمْ فَتُرَدُّ في فُقَرائِهِمْ، / “Maka beritahu mereka, bahwa Allah
telah mewajibkan kepada mereka shadaqah (yakni zakat), yang diambil dari
orang-orang kaya dari golongan mereka dan dibagikan kepada fuqara’ dari
golongan mereka.” (Hr. Muslim).
Golongan yang terkena wajib zakat ini disebut muzakki,
yakni orang yang telah wajib menunaikan zakat. Adapun orang yang berharta namun
belum memenuhi syaratnya, maka tidak wajib berzakat.
Walaupun begitu, jika ia ingin ber-sedekah secara
sukarela, baik dalam keadaan susah mau pun senang, maka dibolehkan dan tetap
berpahala besar. Dan, itu merupakan sifat orang yang bertaqwa. Allah, s.w.t.
berfirman:
الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ /
“[Orang bertaqwa itu]
adalah orang-orang yang menginfaqkan (sebagian hartanya) dalam keadaan senang
atau susah…” (Ali Imran: 134)
Saudara-saudaraku,
Jamaah
Jum’at yang dirahmati Allah
Keempat:
Golongan yang berhak mendapat bagian dari harta zakat atau mustahiq.
Selain mengatur dari mana zakat itu diambil, Islam
juga secara lengkap mengatur kepada siapa zakat itu wajib ditasharrufkan
(didistribusikan). Untuk itu disyariatkan adanya petugas zakat, atau ‘amil
zakat yang dikordinasikan oleh sebuah badan atau lembaga untuk
mengelola zakat secara profesional, transparan dan tepat sasaran.
Di dalam al-Qur’an telah ditetapkan ada 8 ashnaf
mustahiq (golongan yang berhak mendapat bagian dari harta zakat). Allah,
s.w.t. berfirman:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ
وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ
وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِّنَ
اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ / “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk: 1) orang-orang
fakir, 2) orang miskin, 3) amil zakat, 4) orang yang dilunakkan hatinya agar
menerima Islam (atau disebut muallaf), 5) untuk (memerdekakan) hamba sahaya, 6)
untuk (membebaskan) orang yang berhutang, 7) untuk (perjuangan) di jalan Allah
dan 8) untuk orang yang sedang dalam perjalanan (untuk ibadah atau perjalanan
yang halal lalu kehabisan bekal), sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui, lagi Mahabijaksana.”
(At-Taubah: 60)
Maka zakat bukan untuk kyai, ustadz atau tokoh agama,
kecuali mereka termasuk dari golongan faqir, miskin atau amilin (petugas
zakat).
Saudara-saudaraku,
Jamaah
Jum’at yang dirahmati Allah
Di dalam al-Qur’an, perintah untuk menunaikan zakat
selalu didahului dengan perintah untuk mendirikan sholat. Hal ini seolah-olah
menjadi isyarat, bahwa orang yang rajin sholat mesti juga rajin bekerja untuk
mencari karunia Allah agar menjadi orang yang mampu berzakat.
Allah, s.w.t. berfirman: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ
وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ / “Maka apabila shalat telah dilaksanakan, maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (al-Jumu’ah: 10)
Maka keinginan untuk bisa memba-yar zakat mestinya menjadi obsesi dan cita-cita bagi
setiap muslim, sebab itu menunjukkan kemuliaan jiwa. Rasulul-lah,
s.a.w. bersabda: الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى / “Tangan di atas (dalam hal ini seperti sebagai
pembayar zakat / muzakki) itu
lebih baik dari pada tangan di bawah (seperti sebagai penerima zakat).” (Hr.
Bukhari)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ، مُحَمَّدٍ
وآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ
أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ * فَيَآ اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا االله
فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرْ* فَقَالَ تَعَالَى: (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): ﴿الَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ﴾ [ آل عمران:
134]
وَقَالَ تَعاَلَى: ﴿إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ * رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن
لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ * اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى
ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ * اَللَّهَمَّ اجْعَلْنَا مِنَ
الْمُقِيمِينَ الصَّلَاةَ والْمُؤَدِّيْنَ الزَّكَاةَ وَالْآمِرِينَ
بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّاهِينَ عَنِ الْمُنْكَرِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِينْ!
وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، بِفَضْلِ: سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ – أَقِمِ الصَّلَاةَ!
Komentar
Posting Komentar