Empat Sifat Santri yang Harus Dimiliki oleh Setiap Muslim
Teks Khutbah Jum’at
Untuk Masjid-Masjid di Lingkungan
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA, Site KPC
Sangatta
Khutbah |
: |
Jum’at Keempat |
Tanggal |
: |
22 Rabiuts Tsani 1446H. / 24 Okt. 2024M. |
Tema |
: |
Empat Sifat Santri yang Harus Dimiliki oleh Setiap Muslim |
Oleh |
: |
K.H. Hamim Thohari,
B.IRK (Hons), |
|
|
[Ustadz / Dai Yayasan
Insan Mulia PAMA, Site KPC Sangatta, Kutai Timur] |
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ:﴿ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ
اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ﴾ [القصص: 77] وَالصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ،
أّمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ، كَمَا قالَ تَعالى:﴿وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾[آل عمران: ۲۰۰]
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang
dirahmati Allah
Hari ini, jum’at keempat di bulan Rabiuts
Tsaani, 1446. Dari mimbar jum’at ini, khatib berpesan agar kita semua
selalu menjaga iman dan taqwa untuk
meraih keberuntungan, Allah berfirman: وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “dan
bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (Ali Imran: 200)
Dan, di bulan ini, di
mana pada tgl. 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional, maka khatib
ingin berbicara tentang “Empat Sifat Santri yang Harus Dimiliki oleh Setiap
Muslim.”
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang
dirahmati Allah
Santri adalah sebutan
bagi kaum terdidik dengan pendidikan Islam dari kalangan masyarakat Muslim di
Indonesia. Disebut santri karena ada karakter dan sifat-sifat mereka yang layak
untuk disebut demikian.
Sebagian Kyai
mengatakan bahwa mereka disebut santri karena santri berarti “ihsan tri” atau “tiga
kebaikan,” yaitu: 1) Ihasaanul Janaan, baik hatinya, 2) Ihsaanul
lisaan, baik bicaranya dan 3) Ihsaanul arkaan, baik perilakunya.
Akan tetapi, tiga
sifat tersebut, sesungguhnya tidak hanya milik kaum santri saja, melainkan seharusnya
juga dimiliki oleh setiap muslim. Sebab tiga kebaikan tersebut merupakan bukti
kesempurnaan iman. Sebagai-mana sebuah riwayat menyatakan:
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ،
وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ، وَلَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ
رَجُلٌ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهَ
“Tidaklah lurus iman seorang
hamba sehingga selaras dengan hatinya, tidak lurus hatinya sehingga selaras
dengan ucapannya, dan tidak akan masuk surga orang yang tidak membuat
tetangganya aman dari perbuatan buruknya.” (dari Anas Bin Malik
/ Shohih At-Targhib, No. 2554)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Sifat Pertama: Seorang Muslim Harus Baik
Hatinya (Ihsaanul Janan)
Kebaikan hati seorang
muslim dijaga dengan ihsan dan muroqa-batullah, yakni merasa selalu
dalam pengawasan Allah, sehingga menim-bulkan sikap hati-hati dalam setiap
tindakan dan perilaku. Hati yang baik dan bersih akan menimbulkan perilaku yang
baik.
Maka seorang muslim
harus berusaha menjaga dan membersihkan hatinya, karena kebaikan dan keber-sihan
hati akan menimbulkan perilaku yang baik dan bahkan menjadi pangkal keselamatan
manusia di dunia dan akhirat. Allah, s.w.t. berfirman:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ وَقَدْ خَابَ
مَنْ دَسّٰىهَاۗ
/ “Sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa)-nya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)
Rasulullah, s.a.w.
bersabda: أَلَا وَإنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إذَا
صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ،
أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ / “Ingatlah bahwa ada di
adalam tubuh manusia itu sepotong daging, apabila ia baik, maka akan baik pula
seluruh tubuhnya. Dan apabila ia rusak maka akan rusak pula seluruh tubuhnya.
Ingatlah, ia adalah hati.” (Hr. Muslim)
Cara menjaga dan membersihkan
hati adalah dengan banyak dzirullaah, membaca al-Qur’an dan menjaga
sholat. Allah berfirman: قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ /“Sungguh beruntung
orang yang membersihkan diri * وَذَكَرَ
اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ / “dan mengingat
nama Tuhannya lalu mengerjakan sholat.” (al-Ghasyiyah: 14-15)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang
dirahmati Allah
Sifat Kedua: Seorang Muslim Harus Baik
Ucapannya (Ihsanul Lisan)
Ada dua ayat al-Qur’an
yang memerintahkan agar kita bertutur dengan perkataan ma’ruufan (yang baik)
dan kariiman (yang mulia):
1) وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا / “Dan ucapkanlah kepada mereka dengan qaulan ma’rufaan.”
(An-Nisa’: 5) Menurut Dr. Quraisy Syihab, “qaulan ma’rufan” adalah “perkataan
yang baik, tanpa menyakiti dan meren-dahkan.”
2) وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا / “Dan (kepada kedua orang
tua) katakanlah kepada keduanya dengan qaulan kariiman! (perkataan yang
baik, lembut dan penuh dengan kebaikan serta peng-hormatan kepada keduanya).” (al-Isra’:
23)
Ditegaskan dengan
sabda Rasulul-lah, saw.: وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ / “dan
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau
diam." (Hr. Bukhari)
Dan sabdanya lagi: لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا
الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ / “Seorang Mukmin itu
bukan yang suka mencela, bukan yang suka melaknat, bukan yang suka berkata jorok
dan bukan yang suka berkata buruk.” (Dari Ibnu Mas’ud, Hr.
Turmudzi)
Bahkan menjaga lisan
menjadi jaminan seorang muslim kepada Rasulullah, s.a.w. untuk masuk surga. Beliau
bersabda: مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ
وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
/ “Barang siapa menjamin untukku (untuk menjaga) lobang antara kumis dan
janggutnya, (yakni: mulutnya) dan lobang antara dua kakinya (yakni:
kemaluannya), maka aku akan menjaminnya untuk masuk surga.” (Hr. Bukhari)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang
dirahmati Allah
Sifat Ketiga: Seorang Muslim Harus Baik
Perbuatannya.
Perbuatan lahir
seseorang adalah cerminan dari baik atau buruknya keadaan hati atau jiwa
seseorang. Laksana sebuah wadah air, jika isinya adalah air bersih maka yang keluar
pun air bersih. Sebaliknya, jika isinya air kotor, maka keluarnya pun berupa
air kotor.
Banyak hadits nabi
yang mene-rangkan bahwa perilaku baik sese-orang itu menjadi bukti kesempurnaan
iman seseorang, di antaranya:
1)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
/ "Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.”
2)
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
/ “dan barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia menyambung tali silaturrahim.”
Diterangkan dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah pernah ditanya, “Ya
Rasulullah, si Fulanah itu selalu berpuasa di siang hari dan menger-jakan
sholat malam, namun perila-kunya buruk, suka menyakiti tetang-ganya. Bagaimana orang
seperti itu? Jawab Rasul, “Ia bukan orang baik, ia termasuk ahli neraka.”
Maka akhlaq dan
perilaku yang baik, selain taqwa, adalah perkara yang paling banyak membawa
manusia masuk ke dalam surga. Sabda Rasulullah, s.a.w.: فَإِنَّ أَكْثَرَ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ / “Maka sesungguhnya
perkara yang paling banyak membuat orang masuk surga adalah bertaqwa kepada
Allah dan berakhlaq mulia.” (Imam Bukhari dalam Adab Mufrad)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang
dirahmati Allah
Selain tiga sifat di atas ada satu lagi sifat yang
tidak kalah penting dan untuk melengkapinya, yaitu:
Sifat Keempat: Seorang Muslim harus siap memberi dan mene-rima
nasehat.
Diterangkan dalam surat al-Asr, bahwa semua
manusia terancam kerugian kecuali dengan tiga perkara: dengan beriman, beramal
sholeh dan saling bernasehat.
Artinya, beriman dan beramal sholeh, seperti:
baik hati, baik bicara dan baik perbuatan itu tanda kesholehan pribadi. Akan
tetapi itu belum cukup sebelum disempurnakan dengan mengajak orang lain agar
juga menjadi sholeh. Dan itu ditandai dengan kesediaan untuk menasehati dan
juga siap untuk dinasehati, terutama agar teguh dalam kebenaran dan sabar dalam
ujian. Itulah yang dinyatakan oleh ulama’ pejuang dakwah: أَصْلِحْ نَفْسَكَ وَادْعُ غَيْرَكَ / “Perbaikilah dirimu seraya engkau ajak orang
lain untuk sama-sama memper-baiki diri!”
Sebagaimana Rasulullah, saw. menyatakan bahwa
barangsiapa yang melihat kemungkaran harus dirubah dengan tangannya, yakni
dengan kekuasaannya. Jika tidak, maka dengan nasehatnya; jika tidak, maka
dengan hatinya. Dan itu adalah أَضْعَفُ
الْإِيمَانِ “selemah-lemahnya iman.” (Hr. Muslim)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang
dirahmati Allah
Begitulah Islam mengajarkan kepada kita
bagaimana kita menjadi orang baik. Dan kebaikan itu dimulai dari diri kita, dengan:
berhati baik, berkata baik dan berbuat baik. Lalu kita ajak orang lain,
keluarga kita, tetangga kita dan kawan-kawan kita untuk sama-sama melakukan
kebaikan semampu daya. Dengan begitu kehidupan kita akan diberkati.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ * أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ *
فَيَآ اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا االله فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَزَجَرَ* وَقَالَ تَعَالَى (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): ﴿ وَلَا
تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ﴾[القصص:
77]
أَمَّا بَعْدُ: فَقَالَ
تَعاَلَى: ﴿إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يَآ اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾ اَللهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِينَ، وَمَنْ
تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ*
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ * اَللَّهُمَّ إِنَّا رَضِينَا بِاللهِ رَبًّا،
وِبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
نَبِيًّا وَرَسُوْلًا * اَللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ بِلَا إِلَهَ اِلَّا أَنتَ
إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ، أنْ تَجْعَلَنَا مِنْ اَتْبَاعِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
(صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) فِي الدُّنْيَا وَالْآِخرَةِ * اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
مِنْ أَهْلِ سُنَّتِهِ وَدِينِهِ وَشَفَاعَتِهِ وَارْزُقْنَا الشُّرْبَ مِنْ حَوْضِهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ * بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينْ!
وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، بِفَضْلِ: سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ – أَقِمِ الصَّلَاةَ!
Komentar
Posting Komentar