Empat Ranah Keorganisasian dalam Kehidupan Seorang Muslim
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ (أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): ﴿كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ ۗ ﴾
[ آل عمران: 110] وَالصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ، أّمَّا
بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ
وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ، كَمَا قالَ تَعالى:﴿وَاتَّقُوا اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾[آل عمران: ۲۰۰]
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Pertama,
khatib tidak lupa untuk berpesan agar kita semua bertaqwa kepada Allah, Swt. demi meraih keberuntungan dunia
dan akhirat. Allah, Swt. berfirman: وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “dan
bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. [Ali
Imran: 200]
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Kaum
Muslimin disatukan dalam sebuah ikatan yang kuat berupa kalimat tauhid, laa
ilaaha illal-laah. Ikatan itulah yang menjadikan mereka bagaikan satu tubuh
dan dalam sebuah organisasi besar yang disebut “ummat terbaik (كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ); dikeluarkan untuk
kebaikan bagi seluruh manusia (أُخْرِجَتْ
لِلنَّاسِ); dengan membawa misi:
1) sebagai penganjur kebaikan (تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ);
2) pencegah keburukan (وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنكَرِ); dan beriman kepada
Allah (وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ).” (Ali Imran: 110)
Karena
menjadi bagian dari khairu ummah (ummat terbaik), setiap muslim harus
menjalani hidup dalam beberapa level keorganisasian, yakni kehidupan yang
teratur dan terarah sesuai dengan ajaran agama Islam.
Maka
dalam khutbah kali ini, khatib hendak menerangkan “Empat Ranah
Keorganisasian dalam Kehidupan Seorang Muslim”.
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Pertama:
Keorganisasian dalam Ranah Pribadi.
Keorganisasian
dalam arti keteraturan dalam hidup di mulai dari ranah individu. Maka Imam
al-Ghazali menyebut seorang muslim itu merupakan miniatur atau cerminan bagi
peradaban ummatnya. Maka keadaan suatu ummat bisa dilihat dari keadaan setiap
pribadinya. Sebagaimana Allah menciptakan segala sesuatu dengan teratur, maka
agama Islam bertujuan agar manusia hidup dalam keteraturan.
Seorang
muslim yang menjalankan agamanya dengan baik akan mengorganisasikan
kehidupannya dan menata segala urusannya berdasarkan skala prioritas, seperti
yang dijelaskan oleh Nabi, saw.: أَفْضَلُ
الْأعْمَالِ الصَّلاةُ لِوَقْتِهَا ، وَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ وَ الْجِهَادُ فِي
سَبِيلِ اللهِ / “Seutama-utamanya amal adalah sholat
pada waktunya, berbakti kepada kedua orang tua dan jihad di jalan Allah.” (Shahih al-Ja’mi’) Maka sholat
menjadi prioritas pertama sebelum melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya.
Kemampuan
mengorganisasikan diri dan mengatur urusan berdasarkan skala prioritas adalah
kunci kesuksesan seseorang. Maka di
antara salah satu dari tujuan pendidikan Islam (tarbiyah Islamiyah) adalah agar
seorang muslim menjadi مُنَظَّمٌ فِي
شُؤُونِهِ (pribadi muslim yang tertitib
dan terorganisir dalam segala urusannya).
Keteraturan seorang muslim, bahkan sampai dilihat dari
segi penampilannya. Maka Rasulullah,
saw. pernah menegur seorang laki-laki yang datang kepadanya dengan rambut dan
jenggot yang acak-acakan. Beliau mengarahkannya agar keluar dulu untuk
merapikannya. Dan, ketika ia masuk lagi, Rasulullah, saw. bersabda: أَلَيْسَ هَذَا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْتِيَ
أَحَدُكُمْ ثَائِرَ الرَّأْسِ كَأَنَّهُ شَيْطَانٌ
“Bukankah seperti ini lebih baik dari pada
seorang di antara kamu datang dengan rambut acak-acakan seperti setan?” (Hr. Imam Malik)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Kedua:
Keorganisasian dalam Ranah Keluarga.
Keluarga adalah bentuk organisasi terkecil yang
memiliki perangkat keor-ganisasian yang lengkap. Sedangkan keluarga muslim
memiliki peran penting sebagai benteng utama untuk mempertahankan nilai-nilai
akhlaq dan kebaikan yang diajarkan oleh Islam. Fungsi ini telah diamanatkan
kepada setiap kepala rumah tangga muslim dalam firman Allah.: "يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ..." / “Wahai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu dan keluargamu terhadap api neraka!” (at-Tahrim: 6)
Sebagai organisasi, keluarga muslim memiliki tujuan,
misi dan visi yang jelas. Visi keluarga muslim, berdasarkan ayat di atas,
adalah meraih keselamatan di akhirat. Sedangkan misinya adalah membentengi
keluarga dari prilaku buruk yang membawa ke neraka. Perangkat keorganisasian
keluarga yang lengkap itu terdiri dari ayah sebagai qowam (pemimpin), ibu
sebagai wakil, anak sebagai perangkat pendukung dan jika ada pembantu, sebagai
penjaga harta.
Rasulullah, saw. bersabda: كُلُّكُمْ راعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ؛
/ “Setiap kamu adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab terhadap
kepim-pinannya; اَلإِمَامُ
رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ / Pemuka kaum itu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab terhadap kepimpinannya;
والرَّجُلُ رَاعٍ في أَهْلِهِ وَمَسْئُولٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ، / Suami
adalah pemimpin di dalam keluaganya, dan bertanggung jawab terhadap
kepimpinannya; وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ في بَيْتِ
زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
/ “istri adalah pemimpin di rumah suaminya,
dan bertanggung jawab terhadap kepimpinannya; وَالخَادِمُ
رَاعٍ في مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، / Pembantu
rumah tangga juga pemimpin terhadap harta tuannya, dan bertanggung jawab
terhadap kepimpinannya. فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ". / Maka setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap
kepimpinannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Ketiga:
Keorganisasian dalam Ranah Masyarakat dan Lingkungan Kerja
Pribadi
muslim yang baik, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, adalah pribadi
yang tertib dan terorganisir dalam segala urusannya. Seorang muslim dengan sifat seperti itu akan membawa kebaikan dan
kemanfaatan bagi lingkungannya. Maka Rasulullah, saw. mengumpamakannya seperti
lebah: مَثَلُ الْمُؤْمِنِ مَثَلُ
النَّحْلَةِ، لَا تَأكُلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَلَا تَضَعُ إلَّا طَيِّبًا “Seorang mukmin itu laksana lebah, tidak makan kecuali yang baik dan
tidak mengeluarkan (dari perutnya) kecuali yang baik.” (Hr. Ibnu Hibban) Dalam riwayat yang lain ada
tambahan, وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِرْ وَلَمْ تُفسِدْ / “Dan (ketika) hinggap, ia tidak
mematahkan dan tidak merusak.” (Hr. Ahmad)
Ketika seorang muslim berkiprah di tengah
masyarakatnya baik sebagai pekerja biasa atau pimpinan, ia akan bekerja dengan
sungguh-sungguh dan profesional. Segala tugasnya dilakukan secara terorganisir
berdasarkan skala prioritas. Untuk merealisasikan visi dan misi organisasinya,
ia akan selalu siap untuk bekerja sama dengan semua pihak, baik atasan atau
sesama rekan pekerja.
Profesionalitas seorang muslim dalam bekerja bukan
karena takut kepada atasan semata-mata, namun karena takut kepada Allah, Swt.
Karena ia tahu bahwa pekerjaannya adalah bagian dari ibadah dan hasilnya akan
disaksikan oleh Allah, Rasul-Nya dan kaum beriman. Allah, Swt. berfirman: ﴿وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ
عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ
الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ﴾ / “Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu,
maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara yang ghaib
dan yang nyata, lalu akan diberitahukan-Nya kepadamu apa saja yang telah kamu
kerjakan. [Taubah: 105]
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Keempat: Keorganisasian
dalam Ranah Keumatan
Setiap pribadi muslim harus
berusaha menjadi cerminan terbaik bagi ummat ini. Maka
sifat-sifat utama yang menjadi ciri khas bagi ummat ini harus dimiliki oleh
setiap pribadi muslim, di antaranya:
1.
Karena
Ummat Islam disebut كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ “ummat terbaik yang dipersembahkan untuk kebaikan seluruh
manusia” (Ali Imran: 110), maka setiap muslim harus berusaha untuk menjadi
“manusia terbaik dan bisa memberi kontribusi terbaik untuk semua manusia.”
(Hr.Thabrani)
2.
Karena
Ummat Islam dijadikan oleh Allah sebagai “ummat wasathan) moderat,
bersikap adil dalam bertindak
dan tidak melampaui batas dalam berperilaku, untuk menjadi
tolok ukur kemoderatan bagi ummat lainnya,”… وَكَذَٰلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ (al-Baqarah: 143) maka setiap muslim harus
bersikap pertengahan dan moderat dalam mengamalkan agamanya. Maka Allah
berfirman kepada Ahli Kitab: قُلْ
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ / “Katakanlah: ‘Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu
berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu...” [Maidah:
77]
3.
Ummat
Islam diperintahkan agar “berpegang teguh dengan tali (ajaran) Allah dan
tidak berpecah belah,” وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ (Ali Imran:
103) dan “diperintahkan agar menaati Allah dan Rasul-Nya, serta dilarang
berbantah-bantahan satu sama lain,” وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ
وَلَا تَنَازَعُوا “sebab itu akan membuat ummat ini menjadi pengecut dan
kehilangan kekuatannya.” فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ (al-Anfal: 46) Maka setiap
muslim wajib menjaga persatuan dan kesatuan ummat, dan tidak menjadi provokator
pemecah belah ummat.
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Sebelum khutbah pertama diakhiri, ada empat kesimpulan untuk dijadikan
pelajaran:
1. Seorang muslim yang tertib
di level pribadi adalah sorang yang mampu mengor-ganisasikan dirinya dan hidup
dalam ketera-turan.
2. Seorang muslim yang tertib
ketika berada di level keluarga akan menjalankan peranan-nya sesuai posisinya.
3. Seorang muslim yang tertib
dan terorganisir urusannya ketika berada dalam level masyarakat atau lingkungan
kerja selalu berkontribusi positif.
4. Seorang muslim yang tertib
di level keumatan mampu mencerminkan sifat-sifat utama ummatnya dalam
prilakunya.
Demikian khutbah ini disampaikan, mudah-mudahan
bisa difahami dan diamalkan.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ * أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ * فَيَآ اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا االله
فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ* وَقَالَ تَعَالَى، (أَعُوذُ
بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): ﴿ وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً
وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ
شَهِيدًا ۗ ﴾[ البقرة: 143]، أَمَّا بَعْدُ:
فَقَالَ تَعاَلَى: ﴿إِنَّ
اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُ
بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ*
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ * اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسأَلُكَ خَشيَتَكَ في السِّرِّ وَالعَلانِيَةِ، وَالعَدْلَ في الرِّضَا
وَالغَضَبِ، وَالقَصْدَ في الفَقرِ وَالغِنَى.* بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِينَ!"
وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
اَجْمَعِيْنَ، بِفَضْلِ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ – أَقِمِ
الصَّلَاةَ!
Komentar
Posting Komentar