Musyrik yang Konyol

Musyrik yang Konyol


Ada buku yang ditulis DR.Imanduddin Abdurrohim, dalam penggalian mengomentari orang yang merokok, disebut, "Musyrik konyol".
Dengan berbagai macam alasan ilmiyah.
Dan itu diulangi dalam seminar di Universitas Ibnu Chaldun pada tahun 1998.
Dia juga menyatakan, Universitas Yarsi, telah memberi contoh, seluruh civitas akademiknya telah mengharamkan apa yang dinamakan kegandrungan manusia Indonesia pada rokok.
Kampus yang merupakan bagian Ibnu Chaldun, karena F. kedoktorannya diambil alih oleh Dr. Ali Akbar.
Sebuah kejadian yang pilu ketika itu, hingga terjadi tafarruk civitas akademiknya.
Dalam pengajian akbar di halman gedung PP Muhammadiyah Menteng, dihadiri tokoh agama dan utusan dari Australia, Taufiq Ismail, tokoh budayawan membaca puisi, tentang rokok, bahwa rokok mengandung 5000 penyakit dalam satu batangnya, dan Muhammadiyah dalam Majelis Tarjihnya dengan tegas mengharamkan rokok.
NU dalam hal ini hanya memakruhkan rokok.
Maka dalam hal ini agak unik orang Muhammadiyah yang kecanduan Rokok, akan mengikuti hukum  mana?
Seperti cerita Rektor UMM Malang ketika akan ada tamu tokoh NU.
Tokoh NU tersebut anaknya kuliyah di UMM Malang, maka beliau akan menjenguk anaknya , di saat Hasyim Muzadi sampai kampus UMM Malang.
Pak Rektor sudah tunggu di kantornya.
Sambil tunggu tentu bosan, Rektor lalu ambil satu biji rokok ,
Ketika ketemu Hasyim Muzadi, betapa kagetnya Hasim Muzadi.
Bahwa di tangan rektor ada sebatang rokok yang sedang menyala.
Hasyim Muzadi menyanggah, bukankah muhammadiyah mengharamkan Rokok Pak Rektor ?
Iya,
Kalau ada orang NU rokok jadi Makruh.
Lalu pada ketawa kedua tokoh tadi.
Ini mungkin intermeso kedua tokoh organisasi besar tadi.
Rokok antara masukan devisa negara dan realitas.
Aku benci tapi rindu.
Aku melupakanmu tapi kucari.
Aku mencampakkanmu tapi ingin dirimu dalam sepi.
Oh rokok.




17 desember 2024.

Ahmad Darojul Ali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obituari Kanda Kaeladzi

الحاكم (الصادر الحكم بين أهل الرأي و أهل التقليدي

Menakar Kemuhammadiyahan Kader dalam Pusaran Mulyonoisme