Dua Macam Ujian Manusia

 


Khutbah Pertama

 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): ﴿الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ﴾[المُلْك: ۲] وَالصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ، أّمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ، كَمَا قالَ تَعالى:﴿وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾[آل عمران: ۲۰۰]

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Sebagaimana lazimnya, dari atas mimbar jum’at ini, terlebih dahulu Khatib berwasiat agar kita semua bertaqwa kepada Allah  untuk meraih keselamatan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Allah, Swt. berfirman: وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ “dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (Ali Imran: 200)

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Dalam khutbah kali ini, Khatib akan berbicara tentang: “DUA MACAM UJIAN BAGI MANUSIA,” yaitu Ujian Kehidupan dan Ujian Kematian. Dua bentuk ujian itulah yang dinyatakan dalam firman Allah, S.w.t.: اَلَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ / “(Dia) Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengam-pun.” (al-Mulk: 2)

Nabi, s.aw. menyebut dua ujiian itu sebagai fitnatul mahya (yakni, ujian kehidupan) dan fitnatul mamaati (ujian kematian) dalam doanya setelah membaca tasyahhud akhir:اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ / “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, dari azab Jahannam, dari fitnah (yakni, ujian) dunia dan (ujian) kematian dan dari keburukan fitnahnya Dajjal.”  (Hr. Bukhari dan Muslim)

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Pertama: Ujian Kehidupan

Menurut Ibnu Daqiqil ‘Iid, “fitnah atau ujian kehidupan itu akan memapar setiap manusia sepanjang hidupnya. Hal itu bisa berupa ujian dunia, syahwat dan kebodohan.”

Maka dunia ini disebut daarul bala’ (negeri tempat ujian), sedangkan akhirat disebut daarul jazaa’ (negeri tempat balasan). Maka selagi kita hidup di dunia ini, ujian demi ujian akan terus menghampiri kita.

Dinyatakan dalam firman Allah, S.w.t.: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ /”Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekura-ngan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (al-Baqarah: 155)

Di antara ujian kehidupan adalah kesenangan dunia. Ketika tidak hati-hati dan tidak kuat iman, orang akan mudah tertipu dengannya sehingga membuat-nya lalai untuk beribadah kepada Allah. Maka Allah mengingatkan: وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ  / “Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu.” (al-Hadidi: 20)

 Begitu juga harta dan anak-anak merupakan ujian. Seperti yang disebutkan dalam firman Allah, إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ / “Sesungguhnya harta dan anak-anakmu itu adalah fitnah (ujian). Dan di sisi Allah ada pahala yang besar.”  (at-Taghabun: 15)

Maka kata al-Qurthubi: “Janganlah  kamu menuruti kemahuan mereka untuk bermaksiat kepada Allah,” karena disebutkan dalam sebuah riwayat: يُؤْتَى ِبرَجُلٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ أَكَلَ عِيَالُهُ حَسَنَاتِهِ / “Di Hari Kiamat nanti akan didatangkan seorang laki-laki lalu disampaikan kepadanya, (bahwa) keluarganya telah memakan segala kebaikannya.”  (Tafsir al-Qurthubiy)

Maksudnya: di akhirat nanti, kebai-kan yang dilakukan oleh seseorang di dunia bisa habis karena termakan oleh fitnah keluarga, seperti melakukan korupsi karena menuruti kemahuan dan tuntutan istri dan anak-anaknya yang hanya ingin hidup mewah.

Tidak ada jalan terbaik untuk lulus dari ujian kehidupan, melain dengan kesabaran. Bahkan agar keluarga menjadi baik, perlu kesabaran. Seperti ketika memerintahkan agar anak dan istri kita menjalankan sholat, Allah berfirman: وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ / “Dan perintahkanlah keluargamu agar menjalankan sholat dan bersabarlah kamu dalam hal itu.” (Thaha-132)

Dan buah kesabaran itu tidak lain adalah kabar gembira dengan surga. وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ / “Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (al-Baqarah: 155)

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Kedua: Ujian Kematian

Dalam kematian merupakan ujian bagi yang hidup, maupun bagi yang mati. Bagi orang yang hidup, kematian orang lain merupakan ujian. Allah berfirman: وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ / “Dan kami telah menjadikan sebagian kamu sebagai ujian bagi sebagian yang lain, apakah kamu bisa bersabar?” (al-Furqan: 20)

Apakah dia bisa bersabar dengan kematian orang yang dicintainya, lalu membuatnya sadar bahwa ia pun akan mati, maka harus mempersiapkan diri dengan kebaikan dan ketaatan kepada Allah? Begitulah yang dikehendaki oleh Nabi, saw. ketika bersabda: كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا / “Cukuplah kematian itu sebagai penyadar diri.” (Hr. Thabrani)

Selain sebagai ujian bagi orang yang hidup, menurut Ibnu Daqiqil ‘Iid, menjelang kematian adalah ujian yang paling berat bagi manusia. Karena setan terus berusaha untuk menyesatkan manusia bahkan sampai detik-detik terakhir kehidupannya. Setan tidak ingin manusia mati dalam keadaan husnul khatimah. Maka dipengaruhinya agar tidak mengucapkan “laa ilaaha illal-Lah,” dibuatnya berputus asa dari rahmat Allah dan dengan berbagai tipu muslihat lainnya.  

Maka Rasulullah, saw. mengajarkan kita bedoa: رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ / “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bengkokkan hati kami setah Engkau beri kami petunjuk, dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (Rahmat).” [Ali Imran: 8]

Selain ltu ada ujian rasa sakaratul maut yang sakitnya, kata Sayyidina Ali, ra., jauh lebih sakit dari pada seribu  kali tusukan pedang. Hanya  orang-orang yang beriman saja yang bisa sabar terhadap sakitnya sakaratul maut, sehingga tetap istiqanah dengan Laa ilaaha illallaah sampai ajal penghabisan. 

Masih lagi ada ujian di alam kubur. Setiap orang akan diuji oleh dua Malaikat, yaitu Munkar dan Nakir. Akan ditanyai tentang; siapa Tuhannya, Nabi-nya, kitabnya, kewajibannya, dan siapa saudara-saudaranya.

Bagi orang yang semasa hidupnya beriman kepada Allah, beribadah dengan menjalankan sholat lima waktu, mengikuti jalan Nabinya dan petunjuk al-Qur’an akan mudah menjawabnya dan selamat dari siksa kubur. Namun jika sebaliknya, maka tidak akan selamat dari siksa kubur, apalagi siksa di akhirat.

Maka kita berlindung kepada Allah dari siksa kubur dan azab neraka Jahannam.

 

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Khutbah Kedua

 

 

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ * أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ * فَيَآ اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ* وَقَالَ تَعَالَى، (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): ﴿وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌۗ وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ أَمَّا بَعْدُ:

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Dari uraian tentang “Dua Macam Ujian Bagi Manusia”  tersebut, bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.    Dunia adalah tempat ujian, baik itu ujian kehidupan maupun ujian kematian.

2.    Untuk selamat dari dua ujian tersebut, maka jalan satu-satunya hanyalah dengan beribadah dan taat kepada Allah, S.w.t.

 

وَقَالَ تَعاَلَى: ﴿إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ*

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ * اللهُمَّ ثَبِّتْ إِيمَانَنَا فِي قُلُوبِنَا وَصَرِّفْ أَرْكَانَنَا لِطَاعَتِكَ، وَزِدْنَا عِلْمًا وَارْزُقْنَا فَهْمًا وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ * اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ * بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ *  وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، بِفَضْلِ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ – أَقِمِ الصَّلَاةَ!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obituari Kanda Kaeladzi

الحاكم (الصادر الحكم بين أهل الرأي و أهل التقليدي

Menakar Kemuhammadiyahan Kader dalam Pusaran Mulyonoisme