Dua Pelajaran di Tahun Baru
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْقَائِلِ
فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ): ﴿هُوَ
الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ
لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا
بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ﴾ [يونس: ٥] وَالصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْدِّينِ، أّمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ، كَمَا قالَ تَعالى:﴿وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ﴾[آل عمران: ۲۰۰]
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Dari mimbar jum’at ini, di awal tahun
baru Syamsiyah 2025 ini, khatib berpesan agar kita semua tetap bertaqwa kepada
Allah, Swt., bahkan meningkatkannya demi meraih keberuntungan di dunia dan
akhirat. Allah, Swt. berfirman: وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ “dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (Ali Imran: 200)
Dalam khutbah kali ini, Khatib akan berbicara tentang: “DUA PELAJARAN
DARI TAHUN BARU.”
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Setiap tahun, kita mengalami pergantian
tahun baru. Baik yang berdasarkan peredaran matahari (solar Sistem), maupun
yang berdasarkan peredaran bulan (lunar sistem). Allah berfirman: ﴿هُوَ
الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ
لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا
بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ﴾ / “Dialah yang telah
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dia telah menentukan
tempat peredaran-(nya) agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
masa. Tidaklah Allah menjadikan hal itu melainkan dengan sebenar-benarnya. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui.” (Yunus: 5)
Bagi kaum bariman,
pergantian tahun bukanlah sebuah kegembiraan tanpa batas. Justru merupakan
moment intropeksi, sebab dengan pergantian tahun berarti jatah hidup kita
semakin berkurang, semakin dekat dengan kematian. Dari itu, sekurang-kurangnya
ada dua pelajaran yang harus kita perhatikan:
Pelajaran Pertama: Tidak Ada Yang Kekal dan Abadi
Selain Allah
Ayat 5 dari surat Yunus di atas, tentang peredaran matahari dan bulan menunjukkan bahwa semua makhluk
itu tidak ada yang kekal. Hanya Allah saja yang Maha Kekal, Sempurna dan tidak
pernah mengalami perubahan. Maka Allah berfirman: (وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ) / “Dan bertawakkallah kamu kepada (Tuhan) Yang Maha Hidup
lagi Yang Tidak Pernah Mati dan bertasbihlah kamu kepada-Nya dengan
memuji-Nya!” (al-Furqan: 58)
Bebeda dengan
sifat makhluk-Nya, ketika sudah dianggap sempurna, akan mulai berkurang.
Seperti yang dinyata-kan oleh Abul Baqa’ Ar-Rundi:
لِكُلِّ
شَيءٍ إِذَا مَا تَمّ نُقْصَانُ |
Segala sesuatu jika telah sempurna, akan mulai berkurang |
فَلَا
يُغَرَّ بِطَيْبِ الْعَيْشِ إِنْسَانُ |
Maka janganlah seseorang terkecoh oleh manisnya kehidupan |
هِيَ
الْأُمُورُ كَمَا شَاهَدْتُهَا دُوَلٌ |
Hal itu, seperti yang kusaksikan, mengalami pergantian |
مَنْ
سَرَّهُ زَمَنٌ سَاءَتْهُ أَزْمَانُ |
Orang merasakan bahagia di satu masa, di masa-masa lainnya bisa
dirundung duka. |
وَهَذِهِ
الدَّارُ لَا تُبْقِي عَلَى أَحَدٍ |
Dunia ini tidak akan kekal bagi siapapun |
وَلَا
يَدُومُ عَلَى حَالٍ لَهَا شَانُ |
Dan tidak selamanya tetap dalam satu keadaan. |
Maha benar
Allah dengan Firman-Nya: وَتِلْكَ
الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ / "Dan masa (kejayaan dan kehancuran)
itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)."
(Ali Imran: 140)
Maka berlaku sunnatullah
atas seluruh hamba-Nya; senang dan susah, sehat dan sakit, hidup dan mati.
Semua itu berlaku tanpa terkecuali, termasuk kepada manusia pilihan-Nya: وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ ۖ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ
الْخَالِدُونَ﴾ / “Dan tidaklah
Kami jadikan untuk seorang manusia pun sebelummu ada yang kekal, maka apakah
jika kamu (Muhammad) telah dimatikan, maka mereka akan hidup selamanya?” (al-Anbiya’: 34)
Jika Nabi
Muhammad, saw. saja, seorang manusia pilihan dan pembawa keselamatan untuk alam
semesta, tidak dikekalkan hidupnya, apalagi kita?
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Pelajaran Kedua: Semua Akan Kembali Kepada Allah
dan Butuh Bekal untuk Kembali Kepada-Nya.
Kematian tidak pandang bulu: Seorang
raja mati, orang kaya mati, orang sehat mati, orang tua mati, orang muda mati.
Maka al-Qur’an (surat al-Hijr: 99) menyebut kematian itu
sebagai al-yaqin (sebuah kepastian). أَيْنَمَا تَكُونُوا
يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ / “Di mana pun kamu berada, kematian akan mendatangi kamu, walau pun kamu
berada di dalam benteng yang kuat.”
(An-Nisa’: 70)
Untuk mempesiapkan kematian yang tidak
diketahui kapan waktunya, maka kita harus menjadi al-kayyis (orang yang
cerdas). Menurut Syaikh Utsaimin, “al-kayyis, (orang cerdas) itu adalah
orang yang bersemangat untuk selalu menggunakan setiap waktunya untuk beramal
sholeh dan tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan.”
Demikian itulah yang dikehendaki oleh Nabi
dalam sabdanya: الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ
لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى
عَلَى اللَّهِ / “Orang cerdas itu adalah orang yang
selalu mengevaluasi dirinya dan beramal untuk (bekal) kehidupan sesudah
kematiannya. Sedangkan orang yang lemah (mental) itu adalah orang yang hanya
mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan (akan mendapatkan kesela-matan)
dari Allah (tanpa berusaha).” (Hr. Turmudzi)
Maka Nabi, saw. bersabda:اِغْتَنِمْ
خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ
وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ
مَوْتِكَ / “Manfaatkanlah lima
perkara sebelum lima perkara: 1) Mudamu sebelum tuamu, 2) Sehatmu sebelum
sakitmu, 4) Kayamu sebelum fakirmu, 4) Luangmu sebelum sibukmu, dan 5) Hidupmu
sebelum kematianmu.” (al-Jami’ as-Shaghir)
Masa muda adalah kesempatan untuk
berprestasi dan menempa diri, bukan untuk merusak potensi. Maka masa muda yang
digunakan untuk kebaikan: beribadah, berbakti kepada orang tua dan menuntut
ilmu yang bermanfaat, jika mati muda berpeluang menjadi salah satu dari tujuh
golongan yang akan mendapat perlindungan di padang makhsyar, yaitu: شَابٌّ نَشَأَ في عِبَادَةِ رَبِّهِ /
“seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan beribadah kepada Tuhan-nya.” (Hr. Bukhori dan
Muslim). Jika hidup sampai tua, tentu akan menjadi bekal yang berguna untuk
kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Jika waktu sehat, selalu digunakan
untuk beribadah dan beramal sholeh, maka ketika sedang sakit dan tidak mampu
melakukan ibadah secara sempurna, maka tetap akan mendapat pahala seperti yang
didapatkannya sewaktu sehat. Nabi bersabda: إِذَا مَرِضَ
الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِنَ الْعَمَلِ مَا كَانَ يَعْمَلُهُ وَهُوَ صَحِيحٌ
مُقِيمٌ / “Jika seorang hamba
sakit atau sedang bepergian, akan dicatatkan untuknya dari (pahala) amalnya
seperti pahala yang dilakukannya dalam keadaan sehat dan mukim di rumahnya.”
(Dikeluarkan oleh Bukhari)
Begitu juga memanfaatkan harta, waktu
luang dan kehidupan ini untuk ketaatan kepada Allah dan berbagai kebaikan,
adalah kunci keselamatan di dunia dan akhirat. Allah mengingatkan kita: وَتَزَوَّدُوا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى / “Dan berbekallah kamu, maka
sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah ketaq-waan.” (al-Baqarah: 197)
Menurut Imam Ar-Raazi, maksud “bekal
ketaqwaan” adalah amal sholih. Perjalanan manusia itu ada dua: perjalanan
di bumi, butuh bekal makanan, minuman dan uang, sedangkan perjalanan ke akhirat
butuh bekal ilmu, iman dan taqwa. Dan itulah bekal yang terbaik dan yang akan
menghindarkan manusia dari penyesa-lan
di akhirat. Seperti yang diingatkan oleh Maimun bin Qais al-A’sya:
إِذَا أنْتَ لَمْ تَرْحَلْ بِزَادٍ
مِنَ التُّقَى |
Jika
kamu tidak pergi dengan bekal ketaqwaan |
وَلَاقَيْتَ بَعْدَ الْمَوْتِ
مَنْ قَدْ تَزَوَّدَا |
Dan
kamu bertemu setelah kematianmu orang yang benar-benar mempersiapkan
bekalnya, |
نَدِمْتَ عَلَـى أنْ لَاتَكُـونَ
كَمِثْلِـهِ |
kamu
akan menyesal kenapa kamu tidak berbuat sepertinya |
وَأنَّـكَ لَمْ تُرْصِدْ لِمَا
كَانَ أرْصَدَا |
Dan
kenapa kamu tidak mempersiapkan bekal seperti yang ia telah persiapkan |
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ، والصَّلَاةُ والسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ * أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ *
فَيَآ اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا االله فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَزَجَرَ* وَقَالَ تَعَالَى، (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ):
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى ﴾ أَمَّا
بَعْدُ:
Saudara-saudaraku,
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Dari uraian tentang “Dua Pelajaran dari Tahun Baru,” tersebut, bisa diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dunia ini fana, tiada yang kekal dan abadi selain Allah saja. Yang
berkuasa bisa turun tahta, yang muda bisa mati tiba-tiba.
2. Dalam posisi apa pun dan dalam keadaan apa pun kita harus tetap siap
siaga menyambut kematian, maka berbekallah untuk
kembali kepada Allah dengan bekal taqwa.
فَقَالَ تَعاَلَى: ﴿إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ
اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ*
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
* رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ
دُعَاءِ * اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ *
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ!"
وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، بِفَضْلِ: سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ – أَقِمِ الصَّلَاةَ!
Komentar
Posting Komentar