Dua Jalan Perbaikan Diri dan Ummat
Teks Khutbah Jum’at
Untuk Masjid-Masjid di Lingkungan
PT. PAMAPERSADA NUSANTARA, Site KPC Sangatta
Khutbah |
: |
Jum’at Kedua |
Tanggal |
: |
27 Syawal 1446H. / 25 April 2025M. |
Tema |
: |
Dua Jalan Perbaikan Diri dan Ummat |
Oleh |
: |
K.H. Hamim Thohari, B.IRK (Hons), |
|
|
[Pembina Kerohanian
Islam Yayasan Insan Mulia PAMA, Site KPC Sangatta] |
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ
لِلهِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ التَّنْزِيلِ: -- أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ -- ﴿ كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ﴾ (آل عمران: 110) وَالصَّلَاةُ
والسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْبَرِيَّةِ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أّمَّا بَعْدُ:
فَيَاعِبَادَ اللهِ، أُوصِينِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ،
كَمَا قالَ تَعَالى مُوَاصِيًا لَنَا بِتَقْوَاهُ: ﴿«يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ﴾ (التوبة: 119)
Saudara-saudaraku,
kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Dari atas mimbar
jum’at ini, khatib kembali mengingatkan agar kita semua bertaqwa kepada Allah, Swt. dengan berusaha
menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan segala larangannya demi meraih keberuntungan. Allah berfirman: وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ / “dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung!” (Ali Imran:
200)
Saudara-saudaraku,
kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Ummat Islam adalah
satu tubuh, maka satu sama lain saling memperhatikan dan memperdulikan. Di
antara bentuk saling peduli satu sama lain adalah tawaashaw bil-haq /
saling bernasehat dalam kebenaran dan tawaashaw bish-shabr / saling bernasehat dalam kesabaran. Begitu
juga amar ma’ruf (menganjurkan kebaikan) dan an-nahyu ‘anil munkar, (mencegah perbuatan mungkar) adalah bentuk kepedulian.
Akan tetapi, hari ini
sebagian orang menganggap hal itu sebagai bentuk campur tangan terhadap urusan
orang lain, sehingga ada yang marah ketika diingatkan dan dinasehati
saudaranya. Padahal nasehat itu adalah bentuk kepedulian saudara kita supaya
kita tidak terjatuh dalam keburukan terlalu jauh. Justeru seharusnya kita
bersyukur karena kita diingatkan. Maka dalam khutbah kali ini, Khatib akan
berbicara tentang “Dua Langkah Perbaikan untuk Diri dan Masyarakat.”
Saudara-saudaraku,
kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Pertama: Menganjurkan
Kebaikan atau Melakukan Amar Ma’ruf
Allah, Swt. berfirman:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyerukan kebaikan
dan menganjurkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)
Untuk menjadi
penganjur kebaikan dan pencegah kemungkaran, cukup kita siapkan diri kita
sebagai cermin bagi saudara kita yang lain. Sebagaimana Rasulullah, saw.
bersabda: (اَلْمُؤْمِنُ مِرْآةُ أَخِيهِ) “Seorang mukmin itu cemin
bagi saudara (mukmin) yang lain.” (Hr. Bukhari dalam Adab Mufrad dari Abu
Hurairah)
Artinya, sebagai
seorang muslim, kita harus siap untuk dijadikan cermin bagi saudara kita yang
lain. Fungsi kaca cermin adalah untuk melihat apa yang baik dan apa yang buruk
dari diri kita. Maka, jika saudara kita melihat kebaikan dari diri kita, maka
jadilah sarana untuk menyempurnakan kebaikannya dan jika keburukan yang
terlihat, maka berusahalah memperbaiki diri agar keburukan diri kita tidak
menjadi penyebab keburukan saudara kita.
Maka ketika seorang
muslim sama-sama menyadari bahwa dirinya dijadikan cermin bagi saudaranya, maka
ia akan berhati-hati dalam berbicara dan bertindak. Jika tidak bisa
menganjurkan kebaikan dengan kata-kata dan nasehat yang baik,
sekurang-kurangnya kita tidak melakukan keburukan di depan mata mereka.
Saudara-saudaraku,
kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Jika setiap muslim
tergerak hatinya untuk menjadi contoh dan pionir dalam kebaikan, maka ummat ini
akan terjaga dari keburukan, bahkan akan mendapat kebaikan yang besar.
Rasulullah, saw. bersabda: مَنْ سَنَّ فَي الْإسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً
فَلَهُ أَجْرُهَا، وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مَن
أُجُورِهِمْ شَيْءٌ Artinya: “Barangsiapa di dalam Islam mempelopori perilaku kebaikan, maka ia akan mendapatkan
pahalanya dan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangkan dari
pahala mereka sedikit pun.” (Hr. Ahmad, Muslim dan Turmudzi)
Namun, dalam mengajak
orang berbuat baik, harus menjaga adab dan cara penyampaian yang baik, sebagaimana
yang diperintahkan oleh Allah, S.w.t.: اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ
اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ
اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ / “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 125)
Maka Ibnu Rumi,
seorang penyair Abbasiy berkata: رُبَّ حقٍّ قَدْ يَعْتَرِيهِ سُوءُ تَعْبِيرٍ / “Seringkali suatu kebenaran
dipandang negatif karena buruk dalam penyampaiannya.”
Saudara-saudaraku,
kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Kedua: Mencegah
Keburukan atau Nahi Mungkar
Rasulullah, saw.
bersabda: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ
الْإِيمَانِ" (رواه مسلم) /“Barangsiapa di antara kamu
melihat kemungkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya (yakni: dengan kekuasaannya), jika (dengan tangan) tidak mampu, maka hendaklah dengan lisannya, dan
jika (dengan lisan) juga tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman.” (Hr. Muslim)
Para ulama’ telah
bersepakat tentang wajibnya mencegah kemungkaran. Maka setiap muslim wajib mengambil bagian
dari kewajiban ini sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam syarah al-Wafiy
Hadits Arba’in Nawawiyah, dinyatakan bahwa setiap muslim terkena hukum fardhu
‘ain, untuk mengingkari kemungkaran dengan hati. Maka barang siapa yang tidak
mengingkari kemungkaran, minimal dengan hati, maka sangat lemahlah iman dalam hatinya.
Maka Seorang sahabat
berkata: “Celakalah orang yang tidak menganjurkan kebaikan dan mengingkari
kemungkaran.” Mendengar itu Ibnu Mas’ud berkata: “Bahkan celakalah orang
yang tidak mengenal dengan hatinya apa yang baik dan yang buruk.” Maka
bahaya meninggalkan ingkarul munkar (mengingkari kemungkaran) adalah
sangat buruk terhadap ummat ini.
Riwayat ini sama
dengan peringatan Allah dalam firman-Nya: وَاتَّقُوا فِتْنَةً
لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ
شَدِيدُ الْعِقَابِ / “Dan takutlah kamu terhadap
azab Allah yang tidak akan menimpa orang-orang zholim dari kamu saja, dan
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah itu sangat keras siksaan-Nya.” (al-Anfal: 25)
Terkait dengan ayat
ini, Ibnu Abbas, ra. berkata: “Allah memerintahkan kaum mukminin agar tidak
mendiamkan kemungkaran yang terjadi di depan mata mereka, sebab Allah akan
meratakan adzab-Nya terhadap pelaku kezhaliman dan juga terhadap selainnya).”
(Dinukil oleh Imam al-Baghawi dalam tafsirnya)
Saudara-saudaraku,
kaum Muslimin yang dirahmati Allah
Maka siapa pun yang
punya kemampuan untuk menasehati maka rubahlah kumungkaran dengan
nasehat yang baik. Jika tidak mampu, maka dengan hati; yaitu dengan
membenci kemungkaran dan tidak menjadi pendukung-nya atau dengan medoakan
pelakunya agar berhenti dari perbuatan munkar.
Sebuah riwayat
menyatakan: “Tidak ada satu kaum yang membiarkan kemaksiatan terjadi di
tengah mereka, sedangkan mereka mampu merubahnya melainkan Allah nyaris akan
meratakan azab-Nya kepada mereka juga.” (dikeluarkan oleh Imam Abu Dawud)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
2. Khutbah Kedua
الْحَمْدُ
لِلّهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلًا * أَشْهَدُ أَن لَّا
إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ * اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ
أَجْمَعِيْن * فَقَالَ
تَعَالَى: ﴿ كَانُوْا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ
مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ﴾ (المائدة: 79) * وَقَالَ تَعَالَى: ﴿إِنَّ
اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾ *اَللَّــهُمَّ صَلِّ عَلَى سَـيِّـدِنَـا
مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَـبِـيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَــلـٰى أَلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسِلِّـمْ *
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ،اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ،
وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ،
وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ
بَلَدِنَا، إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ*
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً،
وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْن، وَصَلَّى اللَّهُمَّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينْ *
عِبَادَ اللهِ !إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي،
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرْ * أَقِمِ الصَّلَاةْ!
Komentar
Posting Komentar