Raih Kejayaan Dengan Kembali Kepada Al-Qur’an

Raih Kejayaan Dengan Kembali Kepada Al-Qur’an


Oleh : Zakiyah Hanin Bajuban 

(Santriwati Kelas 3 Aliyah, PPTQ AL HIMMAH, Dau, Malang)


Islam mencapai puncak kejayaan dan menguasai peradaban dunia selama 700 tahun 

sebelum bangsa-bangsa barat maju adalah karena masyarakat muslim pada saat itu berpegang 

teguh pada Al-Qur’an. Tidak heran jika peradaban islam menguasai dunia, berkembang 

dengan pesat. 

Sementara ini, umat islam mengalami kemunduran. Sumber kemorosotan kaum 

muslimin yang paling jelas dan nyata adalah karena mereka jauh dari sumber ajaran 

agamanya, yakni Al-Qur’an. 


Umat islam kehilangan motivasi agama yang memiliki semangat 

dan ruh, sebagai tenaga pendorong menuju puncak kejayaan peradaban, yaitu Al-Qur’an. Jauhnya umat terhadap Al-Qur’an merupakan suatu masalah besar yang sangat fundamental dalam tubuh kaum muslimin. Rasululloh SAW bersabda :


إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ.


“Sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan kitab (Al-Qur’an) ini dan 

menghinakan yang lain dengannya pula.” (HR.Muslim) 


Para musuh islam berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal 

maupun kelompok dari sumber utama kekuatannya yaitu Al-Qur’an. Sebagaimana yang telah 

diungkapkan oleh Al-Qur’am sendiri mengenai target rahasia mereka dalam memerangi kaum muslimin, Allah SWT berfirman dalam (QS.Fussilat [41] : 26)


وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَا تَسْمَعُوا۟ لِهَـٰذَا ٱلْقُرْءَانِ وَٱلْغَوْا۟ فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ


Artinya: 

“Orang-orang yang kufur berkata, “Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an ini dan 

buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan (mereka)." 


Kesibukkan kita terhadap Al-Qur’an kini diganti dengan sinetron-sinetron dan acara 

televisi, music, konser, dan segala bentuk yang melalaikan kita dari Al-Qur’an, yang 

sebenarnya di balik itu adalah peran dari kuffar dan munafiq untuk mengalihkan kita dari islam

dari petunjuk Allah yaitu Al-Qur’an. Padahal Nabi Muhammad SAW secara gembalang 

mewasiatkan agar kita senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan (Al-Qur’an dan 

As-Sunnah). Hanya dengan bersikap demikianlah kita tidak bakal tersesat dari jalan yang lurus. 

Allah SWT berfirman dalam (QS.Al-Mu'minun [23] : 71) 


 وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَـٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَـٰهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ


 Artinya:

“Seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, niscaya binasalah langit dan bumi serta 

semua yang ada di dalamnya. Bahkan, Kami telah mendatangkan (Al-Qur’an sebagai) 

peringatan mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.”


Adapun bentuk-bentuk meninggalkan Al-Qur’an sebagaimana telah disebutkan oleh ibnu 

Qoyyim Al Jauziyah adalah sebagai berikut: 

Pertama, tidak mau mengamalkannya, mengimaninya dan memerhatikannya, Allah SAW 

berfirman dalam (QS.Al-A’raf [7]:204) 


 وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ


Artinya: 

“Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu 

dirahmati.” 


Kedua, tidak mengamalkannya dengan tidak memerhatikan apa yang telah dihalalkan dan 

diharamkannya walaupun ia membacanya dan mengimaninya, Al-Qur’an adalah petunjuk ke 

jalan yang lurus. 


Ketiga, tidak mau berhukum dengan Al-Qur’an, baik dalam masalah akidah maupun yang 

lainnya. Kemudian, menganggap bahwa Al-Qur’an tidak memberikan keyakinan dan lafaz-lafaznya tidak memberikan keilmuan. Allah SWT berfirman dalam (QS.An-Nahl [16]:89) 


 وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ شَهِيدًۭا عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًۭا عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ ۚ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبَ تِبْيَـٰنًۭا لِّكُلِّ شَىْءٍۢ وَهُدًۭى وَرَحْمَةًۭ وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ


Arinya:

“ (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghadirkan seorang saksi (rasul) kepada setiap umat dari 

(kalangan) mereka sendiri dan Kami mendatangkan engkau (Nabi Muhammad) menjadi saksi 

atas mereka. Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu 

sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang muslim.”


Kempat, tidak merenungkannya, memahaminya, dan tidak berusaha untuk mengetahui 

keinginan sang pembicara dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam (QS.An-Nisa’[4]:82) 


أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِيهِ ٱخْتِلَـٰفًۭا كَثِيرًۭا


Artinya: 

“Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur’an? Seandainya (Al-Qur’an) itu tidak datang dari sisi 

Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya.” 


Alangkah sia-sianya jika Al-Qur’an ini kita biarkan begitu saja, tersimpan di dalam 

lemari, di dalam laci, atau rak penuh debu dan kotor, atau mungkin disimpan di gudang. 

Na’udzubillah!


Kenyataanya memang demikian, hanya mengenal Al-Qur’an , sebagai kitab suci 

tanpa tahu isi dan maknanya apalagi mengamalkannya.


Oleh karena itu mari kita renungkan kembali dan melihat kebenaran Al-Qur’an dengan 

penuh kejujuran. Sudahkah kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, petunjuk, jalan 

kebenaran, tempat mengadu dan mencari solusi? Ataukah kita tidak pernah membacanya? Atau 

jangan-jangan belum bisa membacanya? 


Marilah kita sama-sama kembali kepada Al-Qur’an 

dengan mempelajarinya, memahami makna-maknanya dan tetu saja mengamalkannya. Kita 

berdoa kepada Allah, semoga Allaah menggerakkan hati dan memudahkan langkah kita dan umat 

islam lainnya untuk kembali kepada kitabullah dan sunnah Nabinya, sehingga menjadi umat terbaik sebagaimana firman Allah dalam (QS.Ali Imran [3] : 110)


كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَـٰبِ لَكَانَ خَيْرًۭا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَـٰسِقُونَ


 Artinya:

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu 

menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. 

Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang 

beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obituari Kanda Kaeladzi

الحاكم (الصادر الحكم بين أهل الرأي و أهل التقليدي

Menakar Kemuhammadiyahan Kader dalam Pusaran Mulyonoisme