Meneladani Nabi Ibrahim dalam Membangun Keluarga dan Masyarakat Mulia O



Teks Khutbah Idul Adha 1446 H.

Untuk Masjid-Masjid di Lingkungan

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA, Site KPC Sangatta

 

Khutbah

:

IDUL ADHA 1446.H

Tanggal  

:

10 Zul Hijjah 1446 H. / 6 Juni 2025 M.

Tema

:

Meneladani Nabi Ibrahim dalam Membangun Keluarga dan Masyarakat Mulia

Oleh   

:

K.H. Hamim Thohari, B.IRK (Hons), CWC.

 

 

[Ustadz / Dai Yayasan Insan Mulia PAMA, Site KPC Sangatta, Kutai Timur]

 

Khutbah Pertama

 

اَللَّهُ أَكْبَرُ 3x، اَللَّهُ أَكْبَرُ 3x، اَللَّهُ أَكْبَرُ 3x، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ * اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا * وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا * وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا*  لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ *  صَدَقَ وَعْدَهُ  * وَنَصَرَ عَبْدَهُ  * وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ * لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ * مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكاَفِرُوْنَ *

 

الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّيَامَ أَيَّامَ الأَعْيَادِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ *   أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ  * وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ * اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ * وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْن * أَمَّا بَعْدُ: فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ * قَالَ اللهُ تَعَالى: ﴿ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ﴾ وَقَالَ تَعالَى: ﴿ قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ﴾ (المُمْتَحَنَة:4)

 

اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

 

Jama’ah sholat Idul Ad-ha

yang Dirahmati Allah

Pada hari ini, kumandang takbir bergema di seluruh jagad raya, mengagungkan Allah dan menyucikan nama-Nya. Sebagai bentuk syukur dan bahagia atas nikmat Allah dan anugerah-Nya serta kemampuan untuk berkurban.

 

Bagi ummat Islam, bulan Dzul Hijjah adalah bulan yang penuh kebaikan. Di samping termasuk bulan haram (yang dimuliakan), disebut juga sebagai bulan Besar, di mana puncak ibadah haji dan Kurban dilaksanakan. Sekaligus sebagai bulan penghujung tahun hijriyah dan penutupannya. Kemudian akan berawal lagi dengan bulan Muharram, juga sebagai bulan haram (yang dimuliakan) sebagai awal tahun baru. Menandakan bahwa ummat Islam itu mestilah mengawali dan mengakhiri kehidupan-nya dengan kemuliaan dan kebaikan.

 

Di bulan inilah, seluruh Ummat Islam mendapatkan pelajaran berharga dari Kekasih Allah (Khalilullah), Nabi Ibrahim, as. dan putranya, Nabi Ismail, as. untuk bersabar dan ikhlas dalam menerima ujian dari Allah.

 

Maka dalam khutbah Idul Adha kali ini, khatib ingin mengajak jamaah sekalian untuk “Meneladani Nabi Ibrahim demi Membangun Keluarga dan Masyarakat yang Mulia.”

اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah sholat Idul Ad-ha

yang Dirahmati Allah

 

Pertama: Meneladani Ketaatan Nabi Ibrahim, as. Dalam Melaksanakan Perintah Allah

 

Kisah kehidupan Nabi Ibrahim, as. tidak ada habisnya untuk diceritakan. Di antaranya, perjalanan beliau dari negeri Syam ke lembah Bakkah atau Mekah sejauh lebih kurang seribu lima ratus kilo meter, demi menjalankan perintah Allah untuk menempatkan sebagian anak keturunannya di sana.

 

Jika bukan seorang yang yakin dengan hikmah dan iradah Allah, niscaya hal itu tidak akan sanggup dilakukannya. Bagaimana mungkin seorang ayah yang baru saja mendapatkan seorang anak setelah berusia senja, lalu harus berpisah dengan anak yang diharap-harapkannya dan harus ditempatkan di sebuah lembah tanpa tanaman dan penghuni?

 

Maka disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, ketika Ibrahim, as. hendak meninggalkan Siti Hajar dan Ismail untuk kembali ke Negeri Syam, dengan berat hati dia berjalan pelan-pelan menjauhi mereka tanpa menengok ke belakang. Mengetahui gelagat suaminya itu, Hajar mengejarnya dan bertanya, “Wahai Ibrahim apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tandus ini?”

 

Tiga kali pertanyaan itu diutarakan, Ibrahim tidak menjawabnya dan tetap berjalan  tanpa menengok ke belakang. Akhirnya Hajar berkata: “Apakah ini atas perintah Allah?” Baru Ibrahim menjawab: “Ya, betul.” Maka Hajar pun berkata: “Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami di sini.”

 

Begitulah keyakinan yang sama antara suami dan istri yang beriman, bahwa ketika Allah yang memerintahkan pasti tidak untuk menyusahkan hamba-Nya. Maka keyakinan itulah yang membuat keduanya merasa tenang. Ibrahim mantap meninggalkan anak dan istrinya di lembah Bakkah, sedangkan Hajar, istrinya ridha ditinggalkan di tempat itu dengan bekal seadanya.

 

Lalu dari kejauhan sambil menghadap ke arah tempat di mana istri dan anaknya ditinggalkan, Ibrahim, as. berdoa:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tidak bertanaman, di dekat rumah-Mu yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka berupa buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (Qs. Ibrahim: 37)

 

Di antara yang membuat Nabi Ibrahim merasa yakin dan optimis bahwa anak keturunannya akan aman dan menjadi keturunan yang baik adalah karena mereka ditempatkan di lingkungan Baitullah (rumah Allah) yang sudah ada sejak Nabi Adam, meskipun saat itu tinggal tersisa pondasinya. Maka kelak Ibrahim dan Ismail yang membangun-nya kembali. 

Di samping itu, ketika Nabi Ibrahim, as. membangun Ka’bah bersama putranya, Ismail, as. beliau berdoa: رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ “Wahai Tuhan Kami, utuslah di kalangan mereka seorang utusan dari (keturunan) mereka…” (al-Baqarah: 129)

 

Seluruh harapan dan doa Nabi Ibrahim itu telah dikabulkan oleh Allah, meski pun puncaknya baru terjadi setelah 2800 tahun kemudian, yaitu dengan diutusnya Muhammad, sebagai nabi dan rasul dari keturunan Ibrahim dari jalur Ismail. Dan Ka’bah yang ada di Mekah menjadi tempat yang selalu dirindukan oleh seluruh kaum muslimin dari segala penjuru dunia. Begitu juga, meski pun Mekah tidak menghasilkan buah-buahan sendiri, namun segala buah-buahan di dunia ini bisa dibeli di kota Mekah.

 

اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah sholat Idul Ad-ha

yang Dirahmati Allah

Rahasia kesuksesan Nabi Ibrahim, as. membangun kelurga kecilnya sehingga menjadi bangsa dan ummat yang besar dan bertahan selama berabab-abad tidak terlepas dari beberapa perkara seperti berikut:

1.    Dukungan keluarga secara totalitas (sepenuhnya)

2.    Ketaatan, keyakinan dan prasangka baiknya kepada Allah

3.    Menempatkan keluarga di lingkungan yang kondusif untuk beribadah

4.    Tidak berhenti berdoa dan berputus asa walau pun perlu waktu cukup lama untuk dikabulkan.

Maka Allah memuji Ibrahim dengan firman-Nya: إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُّنِيبٌ “sesungguhnya Ibrahim itu orangnya penyabar, lembut hati dan sangat kuat pengharapannya kepada Allah.” (Hud: 75)

 

اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah sholat Idul Ad-ha yang Dirahmati Allah

Kedua: Meneladani Ibrahim Sebagai Sosok Penyabar dan Tangguh

 

Satu lagi dari kehidupan Nabi Ibrahim, as. yang bisa dijadikan pelajaran adalah kesabarannya dalam menjalani segala ujian dari Allah. Di antara yang paling berat adalah perintah untuk menyem-belih putranya, yaitu Ismail.

 

Ibnu Katsir meriwayatkan kisah ini sebagai berikut: Setelah Iblis mengetahui bahwa Ibrahim akan melaksanakan perintah Allah tersebut, Iblis menjadi gusar dan cemas. Dia berkata: “Kali ini aku harus berhasil mempengaruhinya agar membatalkan niat menyembelih putranya. Sebab jika aku gagal, maka selamanya aku tidak akan mampu mempengaruhinya lagi.”

 

Maka Iblis datang terlebih dahulu kepada Siti Hajar, istri Ibrahim dengan berkata: “Hendak ke mana suamimu pergi membawa putranya?” Hajar menjawab: “Ada urusan yang akan dilakukannya.” Iblis berkata: “Ketahui-lah! Suamimu pergi membawa putra-nya itu sebenarnya untuk menyem-belihnya.”

 

Maka Hajar bertanya: “Apa alasannya dia hendak menyembelih putranya?” Iblis menjawab, “Karena Ibrahim mendapat mimpi diperintahkan oleh Tuhan untuk menyembelih putranya.” Dan, tidak disangka, Hajar berkata: “Kalau begitu baguslah dia, hendak menjalankan perintah Tuhannya.”

Merasa gagal membujuk istri Ibrahim, Iblis pun pergi dan selanjutnya mencoba untuk mempengaruhi Ismail agar tidak bersedia disembelih ayahnya. Namun, jawabannya sama seperti Ibunya, bahwa karena itu perintah Allah, maka ayahnya pasti akan melaksanakannya.

 

Percobaan terakhir adalah mempe-ngaruhi Ibrahim secara langsung dengan segala bujuk rayunya. Ternyata dia mendapati Ibrahim lebih tangguh, dia besikukuh untuk tetap akan melaksanakan perintah Allah tersebut. Iblis pun kecewa dan pergi mening-galkan Ibrahim, karena ternyata dia mempunyai keyakinan sangat kuat.  

 

Allah menjelaskan tentang kepatuhan Ibrahim itu dalam al-Qur’an: فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim memba-ringkan anaknya atas pelipis-(nya), وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ / “Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ / “Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Ash-Shoffat: 103-107)

 

Orang mana yang siap menjalankan ujian seberat itu, jika tidak mempunyai keyakinan yang kuat dan kesabaran yang tinggi. Dan Allah pun mengakui bahwa apa yang dilakukan oleh Ibrahim itu adalah “benar-benar ujian yang nyata”, إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ. Maka Allah sekali lagi memuji Ibrahim dengan firman-Nya: وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ, “Dan ingatlah ketika Tuhannya menguji Ibrahim dengan beberapa perintah, lalu dia melaksanakannya dg sempurna…” (al-Baqoroh: 124)

Karena kepatuhan dan keberhasilan Ibrahim, as. menjalani ujian demi ujian dari Allah bahkan melaksanakannya dengan sempurna, maka Allah berfirman: قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ, “Berkata (Tuhan), ‘Sungguh Aku akan menjadikanmu sebagai pemimpin buat seluruh manusia.’” (al-Baqaroh: 124) Ibrahim pun berdoa:   قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي ۖ  “Begitu juga dari anak keturunanku (jadikan pemimpin juga)!” (al-Baqoroh: 124), Namun Allah berfirman: قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ “Janjiku ini tidak akan didapatkan oleh orang-orang yang zhalim.” (al-Baqoroh: 124)

 

Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menunjukkan bahwa dari keturunan Nabi Ibrahim, as. akan ada yang berlaku zhalim. Maka [sekali pun dari keturunan Nabi Ibrahim, jika berbuat zhalim], وَأَنَّهُ لَا يَنَالُهُمْ عَهْدُ اللهِ ، وَلَا يَكُونُونَ أَئِمَّةً فَلَا يُقْتَدَى بِهِمْ “tidak layak mendapatkan kepimpinan itu, dan tidak layak juga untuk diikuti atau diteladani.”

 

اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah sholat Idul Ad-ha yang Dirahmati Allah

Dari kisah pengorbanan dan ketaatan Ibrahim hingga dikokohkannya oleh Allah sebagai pemimpin dan teladan bagi ummat manusia, dapat diketahui sebab-sebab yang melayakkan beliau mendapatkan keistimiwaan itu – tentu saja di samping memiliki empat sifat yang wajib dimiliki oleh setiap nabi dan Rasul, yaitu: Shidiq (jujur), Amanat (tidak pernah berkhianat), Tabligh (tidak menyembunyikan kebenaran) dan Fathonah (cerdas dan bijaksana dalam segala urusannya), Ibrahim juga didukung dengan kualitas:

1.    Kelurga yang satu frekwensi dalam keimanan dan keyakinannya

2.    Keluarga yang kompak dalam menaati perintah Allah meski pun itu dirasakan berat.

3.    Kesabaran Ibrahim dalam mengha-dapi ujian Allah dan keyakinannya yang penuh akan hikmah di balik semua perintah  Allah.

4.    Keadilannya sebagi pemimpin dan jauh dari bersikap zhalim.

 

اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jama’ah sholat Idul Ad-ha yang Dirahmati Allah

 

Mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dari kisah pengorbanan dan kesabaran Nabi Ibrahim, as. dalam memimpin keluarga dan ummatnya. Dengan begitu, mendorong diri kita untuk berusaha menjadi pemimpin keluarga atau pun negara yang membawa kebaikan dan keberkatan buat semua. Aamiin, ya Rabbal ‘aalamiin.

 

جَعَلَنَا اللَّهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ  الْمُتَّقِينَ، وَأَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِى وَلَكُمْ، وَلِوَالِدِيْنَا وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِينَ والْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khutbah Kedua:

 

اللهُ اَكْبَرُ (٣×) اللهُ اَكْبَرُ (٤×) اللهُ اَكْبَرُ كبيرًا، وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصيْلاً، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ، وَاللَّهُ اَكْبَرْ، اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  أَمَّا بَعْد:

 

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: "إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،"

 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُم ارْزُقْنَا الْعُلَمَاءَ الْعَامِلِينَ والْأَئِمَّةَ الصَّالِحِينَ، وَادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وِبِالْإِجَابَةِ لِدُعَائِنَا يَا رَبَّنَا أَنتَ جَدِيرٌ. وَصَلَّى اللَّهُمَّ علَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

 

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ واللهَّ يَعْلَمُ بِمَا يَصْنَعُونَ []

 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obituari Kanda Kaeladzi

الحاكم (الصادر الحكم بين أهل الرأي و أهل التقليدي

Menakar Kemuhammadiyahan Kader dalam Pusaran Mulyonoisme