EMPAT Penerapan Hikmah



Teks Khutbah Jum’at

Untuk Masjid-Masjid di Lingkungan

PT. PAMAPERSADA NUSANTARA, Site KPC Sangatta

 

Khutbah

:

Jum’at Keempat

Tanggal  

:

28 Shofas 1447 H. / 22 Agustus 2025 M.

Tema

:

“EMPAT Penerapan Hikmah”

Oleh   

:

K.H. Hamim Thohari, B.IRK (Hons), CWC.

 

 

[Ustadz / Dai Yayasan Insan Mulia PAMA, Site KPC Sangatta, Kutai Timur]

 

Khutbah Pertama

 

الحمدُ للهِ الَّذِي أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الإِيمَانِ وَشَرَّفَنَا بِالْقُرْآنِ، وَجَعَلَنَا مِنْ اُمَّةِ خَيْرِ الأَنَامِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامُ، نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ. أّمَّا بَعْدُ:  فَقَالَ تَعالى: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ (آل عمران: ۲٠٠)

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’aala dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, karena hanya dengan bertakwalah kita akan memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat.

 

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

 Salah satu penyebab terjadinya keka-cauan dan bencana dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, bahkan masya-rakat adalah karena kecerobohan. Keceroboan dalam berfikir, kecerobo-han dalam berkehendak, kecerobohan dalam berbicara, dan kecerobohan dalam berbuat. Semuanya dilakukan tanpa hikmah, tanpa kebijaksanaan.

 

Padahal Allah Ta’aala menegaskan bahwa barangsiapa diberi hikmah, maka ia telah diberi karunia yang besar, sebagaimana firman-Nya: وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا” / Barang siapa yang diberi hikmah, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak” (QS. Al-Baqarah: 269).

 

Maka, khutbah hari ini akan mengi-ngatkan kita semua tentang empat penerapan sifat hikmah.

 

Pertama: Hikmah (Bijaksana) dalam berfikir

Seorang Muslim hendaknya berfikir dengan jernih, mendalam, dan tidak tergesa-gesa. Jangan mudah termakan isu, kabar bohong, atau bisikan hawa nafsu. Allah Ta’aala memuji hamba-hamba-Nya yang menggunakan akal untuk merenungkan tanda-tanda kebe-saran-Nya.

 

Dan, karena hikmah (kebijaksanaan) itu terkait dengan ilmu, maka sebelum bertindak perlu dipikirkan dengan pertimbangan ilmu yang benar. Maka Allah berfirman: ﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

/ “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesung-guhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertang-gungjawabannya” (al-Isra’: 36)

 

Kedua: Hikmah (Bijaksana) dalam berkehendak

Keinginan manusia sangat banyak, tetapi tidak semua kehendak itu baik untuk diwujudkan. Orang yang berhik-mah akan memilih kehendak yang diridhai Allah, bermanfaat bagi diri dan masyarakat.

 

Maka orang yang berhikmah akan selalu menjaga hatinya, melandasi keinginan dan kehendaknya dengan niat ikhlas karena Allah. Selalu mengarahkan hidupnya semata-mata mencari ridha Allah. قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (*) لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (*) / “Katakanlah (Muhammad), “Sesung-guhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (Al-An‘ām ayat 162–163.)

Ketiga: Hikmah (Bijaksana) dalam bertutur kata

Lisan adalah cermin hati. Dengan hikmah, seorang Muslim menjaga lisannya, berbicara dengan kata-kata yang benar, santun, dan bermanfaat. Allah Ta’aala berfirman: وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا /“Dan berkatalah kepada manusia dengan perkataan yang baik.”  (QS. Al-Baqarah: 83).

Imam al-Ghazali berkata: الحَكِيمُ مَنْ وَضَعَ قَلْبَهُ أمَامَ لِسَانِهِ، وَالْأَحْمَقُ مَنْ وَضَعَ لِسَانَهُ أمَامَ قَلْبِهِ  / "Orang yang bijak itu adalah orang yang meletakkan hatinya di depan lisannya, sedangkan orang yang dungu itu adalah yang meletakkan lisannya di depan hatinya."

Maksudnya: bahwa orang bijak selalu menimbang dulu dengan hati, akal, dan hikmah sebelum berbicara. Sedangkan orang bodoh itu langsung berbicara tanpa pertimbangan, baru menyesal setelah-nya.

Keempat: Hikmah (Bijaksana) dalam berbuat dan bekerja

Hidup tidak cukup hanya dengan niat baik, tetapi harus diwujudkan dalam amal yang baik, tepat, dan bermanfaat. Hikmah membuat kita tidak ceroboh dalam bekerja, serta mendorong kita untuk profesional, adil, dan amanah.

Allah Ta’aala berfirman: وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ /
"Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin; dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Ayat ini menjadi dalil bahwa Islam mendorong kerja nyata yang bernilai dan penuh tanggung jawab, karena semua amal akan dipertanggung-jawabkan.

Saudara-saudaraku,

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah

Hikmah adalah cahaya dari Allah SWT. Barangsiapa yang berhikmah, ia akan selamat dari kesalahan besar. Mari kita terapkan hikmah dalam empat hal: berfikir, berkehendak, bertutur kata, dan berbuat. Dengan itu insya Allah kita akan menjadi pribadi yang selamat, keluarga yang harmonis, dan masyara-kat yang damai.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

 

KHUTBAH KEDUA

 

اَلْـحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

 

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ أَوَّلًا بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

﴿وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا﴾ (البقرة: ٢٦٩).

عِبَادَ اللَّهِ، صَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى خَيْرِ الْبَرِيَّةِ، فَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَهَيِّئْ لَهُمُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

 

اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الشَّاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ، الْقَائِمِيْنَ بِذِكْرِكَ، الْمُخْلِصِيْنَ فِي طَاعَتِكَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، بِفَضْلِ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ. أَقِمِ الصَّلَاةَ!

 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obituari Kanda Kaeladzi

الحاكم (الصادر الحكم بين أهل الرأي و أهل التقليدي

Menakar Kemuhammadiyahan Kader dalam Pusaran Mulyonoisme