Bunga Cempaka Penghias Ruang Hatiku

Bunga Cempaka Penghias Ruang Hatiku
(bagian 2)


Oleh       : Ihsanuddin
                 Alumni YTP Kertosono


Sepeninggal bayi mungil kami , fikiran kami jadi selalu was-was.
Hampir tiap ada sempat , aku tengok mutiara hatiku ke ruang bayi.
Meskipun dilarang masuk, namun aku masih bisa memandanginya dari jendela kaca.
Beda memang beda.
Saat mutiara hatiku masih berdua, keduanya tampak begitu ceria. Tapi saat ini sangat berbeda.
Mutiara hatiku kini tampak gelisah segelisah ibu dan ayahnya.
Kegelisahanku makin bertambah ketika sehari setelah kepergian salah satu mutiaraku, banyak bayi yang menyusul, pulang tak bernyawa.
18 bayi yang ada selama aku  di sana, tidak lebih dari 10 bayi yang pulang hidup.
Sepertinya ada hal yang tidak beres di RSUD saat itu.

Pada hari yang kedua setelah kepergian mutiaraku yang satu, aku di panggil kekantor , dikatakan kalau bayiku membutuhkan obat yang harus segera dimasukan, sanggupkah menebus ,  karena harganya mahal...
Mendengar pertanyaan itu , hampir saja aku naik pitam, untung hal tersebut dapat ku kendalikan.
Kalau memang itu darurat, mengapa pakai tanya sanggup apa gak......
Maka akupun menyanggupinya, walaupun saat itu Krismont lagi melanda negeri ini.
Hari ke 3 setelah mutiaraku yang satu berpulang, kulihat tempat bayiku yang satunya kosong, ku tanya pada petugas jaga katanya lagi mendapat perawatan khusus.
Pikiranku semakin tak karuan.....

Disaat aku melaksanakan shalat ashar di mushalla, tiba-tiba ada yang memanggilku kekantor , dan diberi tahu kalau mutiara hatiku yang satunya menyusul saudara nya kembali ke pangkuan Ilaihi...
Antara sadar dan tidak, aku menjerit sekuat-kuatnya........

انا لله وانا اليه راجعون........

Semua yang ada di ruang kantor berusaha menenangkan aku.
Beberapa saat setelah agak tenang , ku beri tahu *Cempaka* yang masih berbaring di kamar perawatan , dan setelah itu aku tak ingat.
Entah bagaimana ceritanya aku sudah sampai kerumah mengabari yang ada di rumah,   sekaligus mengabari teman yang ada di Puskesmas, maka oleh temanku langsung dibawakan mobil ambulan dari Puskesmas.
Sesampainya RS. rupanya agak gempar juga, karena semuanya mencari keberadaan ku , dan tidak menemukan ...

Apapun keadaannya , pada saat itu pula *Cempaka* saya ajak pulang meski harus menandatangani pernyataan pulang paksa.
Dengan meninggalnya mutiara hatiku yang kedua ini, keluarga dari *Cempaka* sebenarnya ingin menggugat fihak Rumahsakit, karena sepertinya terjadi hal yang tak wajar.     *malpraktek*.
Tapi hal itu tidak jadi dilakukan atas pertimbangan saya.
Maka kami sekeluarga akhirnya hanya pasrah pada kenyataan . 
Toh bila kami menuntut/menggugat fihak RS , bagi kami hanya memperpanjang masalah, dan mutiaraku pun tak akan kembali hidup.

Ya Allah.....
Kini tinggal kesunyian dan kekosongan pada diri kami berdua.
Tiada tangisan bayi yang kami demgar.
Yang ada hanya kesedihan dan kesenduan.
Belum finiskah cobaan ini....
Kapankah bahtera kehidupan kami ini berlabuh di pantai bahagia...


Ya Allah.....
Derita yang bertubi-tubi ini , bagi kami berdua terasa sangat berat, namun berkat iman yang tertanam pada dada kami, semua itu dapat kami atasi meskipun amat lamban.
Kami yakin bahwa ini semua pasti ada rahasia di Hadlirat Mu yang kami berdua tidak dapat mengerti.
Hanya Engkaulah ya Allah yang Maha tahu..

Ya Allah   ya Robbi....
Janganlah Engkau Bebani kami dengan cobaan yang kami tidak mampu memikulnya.
Aamiin........

Ya Allah....
Segala puji hanya untuMu  ya Allah.
Kedua mutiara hatiku peninggalan *Teratai* , rupanya bisa sedikit menghibur hati ibundanya yang baru saja kehilangan dua mutiara.
Walaupun kadang menggoda dan menjengkelkan, namun kesunyian dan kebekuan rumahtangga dapat mencair oleh tingkahnya, kelucuannya dan juga kenakalannya.....
Maklumlah, namanya anak-anak..
Sementara mutiaraku yang sulung melanjutkan pendidikan di kota neneknya.

Dalam sunyinya malam ku bermunajat kepadaMu ya Allah...
Tenangkan lah kehidupan rumahtangga kami.
Berilah kami pelita dari hasil pernikahan kami, agar hamba dapat melihat cerah nan indahnya *Cempaka* , walaupun hanya dengan sebutir mutiara.



  



Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIGA SYARAT TERKABULNYA DOA

24 Siswa MA YTP Kertosono diterima Berbagai PTN lndonesia Jalur SNBT, dan Jalur lainnya

Rukhsah Teologis dan Rukhsah Fiqhi